Rio Baswara diceraikan istrinya karena dianggap bangkrut dan gagal. Satu hari kemudian, dia dapat sistem informasi paling akurat. Seminggu setelahnya, dia jadi miliarder.
Mantan istri yang sombong kini hanya bisa menangis menyesal. Sementara Rio sibuk bangun kerajaan bisnis dan dekat dengan adik kandung mantannya yang jauh lebih baik—cantik, baik hati, dan setia.
Saatnya dunia tahu, pria yang mereka remehkan kini jadi penguasa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16: PELAJARAN UNTUK SEPUPU SERAKAH
Rio ngeliatin Dinda yang lagi bergaya sok sangar, dia malah pengen ketawa. Cewek ini beneran tolol, zaman sekarang masih pake cara preman? Di desa terpencil mungkin masih bisa, tapi ini Jakarta, kota besar, mau main kekerasan? Udah izin polisi belum? Dia gak punya etika, Rio juga gak bakal anggep dia keluarga lagi. Langsung aja Rio keluarin ponsel dan telpon polisi.
"Halo, saya mau lapor!" ucap Rio dengan nada santai tapi tegas.
Dinda sebenernya cuma mau nakut-nakutin Rio doang, gak beneran mau mukul dia. Lagipula dua cowok gede di sebelahnya cuma bayaran murah dari gym, mereka cuma setuju buat jadi figuran, kalau harus mukul beneran harganya beda lagi. Jadi sebelum Rio sempet jelasin situasinya ke polisi, Dinda udah nyamber duluan, ponsel Rio langsung dirampas terus dibanting ke aspal.
PRANG!
Ponsel Rio hancur berkeping-keping.
"Lapor polisi? Polisi juga gak bakal nolongin lu! Apalagi orang lain! Rio Baswara, karena kita masih keluarga, gue kasih kesempatan terakhir! Sekarang jual sahamnya, terus balikin duit Mama gue! Semuanya! Gak boleh kurang sepeserpun!" bentak Dinda dengan suara tinggi.
Kayaknya karena ada dua bodyguard di sebelahnya, Dinda jadi lupa takut, makin lama makin berani. Tingkah lakunya bikin Rio geli campur kesel. Tadinya Rio cuma mau nakut-nakutin Dinda dikit, biar dia kabur sendiri tapi cewek ini berani-beraninya ngerusak ponselnya. Di ponsel itu banyak file penting, foto-foto, video, kontak, semuanya ilang gara-gara dibanting Dinda. Ini gak bisa dibiarkan. Kalau Rio diemin, cewek ini bakal makin menjadi-jadi.
Rio natap dua preman bayaran itu dengan tatapan dingin. "Gue gak tau kalian siapa. Kalau sekarang kalian pergi, gue anggep gak ada apa-apa, tapi kalau tetep di sini, tanggung sendiri resikonya," ancam Rio dengan nada datar tapi menyeramkan.
Dua preman itu saling pandang, jelas mereka lagi mikir.
Dinda cuma bayar mereka empat ratus ribu total, liat Rio yang percaya diri gini, pasti ada sesuatu. Entah dia jago berantem atau punya backing kuat. Apapun itu, bukan orang yang bisa mereka urusin. Empat ratus ribu gak sepadan sama resiko berantem sama orang berbahaya.
Mereka cepet-cepet ambil keputusan, salah satu langsung ngomong ke Dinda dengan nada buru-buru, "Eh Mbak, maaf banget nih. Tiba-tiba gue inget, istri gue lagi mau lahiran, kayaknya gue gak bisa bantu deh!"
Begitu selesai ngomong, dia langsung lari secepat kilat, kecepatannya cocok banget jadi atlet lari.
Dinda melongo, gak nyangka cuma gara-gara beberapa kata dari Rio orang suruhannya langsung kabur. Dia cuma bisa ngelirik ke preman satunya lagi dengan tatapan penuh harap.
Preman itu malah jawab dengan enteng, "Istrinya itu selingkuhan gue, gue juga harus ke rumah sakit."
Terus dia juga kabur, ninggalin Dinda sendirian ngadepin Rio.
Rio emang tinggi besar, waktu kecil Dinda masih bisa ngerjain dia, soalnya cewek lebih cepet gede, pas SMP Dinda udah setinggi sekarang. Tapi begitu Rio mulai tumbuh, posisi mereka balik, sekarang Dinda harus dongak buat natap Rio.
Liat Rio yang mukanya penuh niat jahat, Dinda menelan ludah gugup. "Rio, jangan macam-macam! Awas gue lapor polisi!"
Rio senyum sinis. "Lapor polisi? Teriak sampe kerongkongan putus juga gak bakal ada yang nolongin lu!"
Setelah ngomong gitu, Rio melangkah maju, angkat Dinda kayak angkat karung, terus rebahkan dia di pangkuannya, tangannya langsung gerak cepat, nampar pantat Dinda berkali-kali.
PAK! PAK! PAK!
Hampir tiga puluh tahun hidupnya, Dinda baru pertama kali dipermalukan kayak gini, dipukulin di pantat sama sepupu sendiri, di depan umum pula. Dia hampir pingsan karena malu dan marah. Begitu sadar, reaksi pertamanya bukan berontak, malah nutup muka pakai tangan, berharap gak ada yang kenal dia, tapi takdir emang suka main-main. Detik berikutnya, Kiara muncul sambil gandeng Kenzie. Orang lain mungkin gak kenal Dinda tapi Kiara sama Kenzie jelas inget dia. Kiara sebenernya baik hati, dia gak mau bikin Dinda tambah malu, tapi Kenzie beda. Anak kecil gak ngerti susah, cuma punya rasa penasaran.
"Tante Dinda, kamu juga gak nurut ya makanya dipukulin Papa?" tanya Kenzie dengan nada polos sambil miring kepala.
Kiara hampir gak bisa nahan tawa, tangannya nutup mulut kuat-kuat. Dinda yang jadi korban malah pengen mati aja, rasanya pengen gali lobang dan kubur diri sendiri di situ, dalam hati, kebenciannya ke Rio udah maksimal. Kalau tadi cuma masalah duit, sekarang jadi masalah harga diri, buat sebagian cewek, harga diri itu lebih penting dari segalanya.
Dinda mikir, sekarang Kenzie sama Kiara udah dateng, pasti Rio bakal berhenti.
Ternyata salah besar.
Rio malah makin semangat kayak lagi lampiaskan dendam bertahun-tahun, pantat Dinda udah bengkak merah, baru dia berhenti. Setelah itu Rio pinjem ponsel Kiara, login akun media sosialnya, terus video call Tante Mira yang masih liburan di luar negeri. Rio ceritain semua ulah Dinda, sekalian bilang hasil investasinya. Begitu denger cerita Rio, reaksi pertama Tante Mira bukan nanya kondisi anak perempuannya, tapi langsung cek saldo rekening, begitu liat duitnya beneran naik dua-tiga kali lipat, Tante Mira shock, terus dia langsung marah-marah ke Dinda lewat video call. Gara-gara ulah Dinda, Tante Mira gak invest semua uangnya. Sekarang rugi puluhan juta kesempatan untung.
Buat Tante Mira, gak dapet untung itu sama aja rugi.
Diomelin mama kandung sendiri, Dinda gak bereaksi apa-apa, soalnya otaknya lagi mikir hal lain. Rio ternyata beneran gak bohong, malah nunjukin jalan dapet cuan gede, tapi Dinda yang ngehalangin mamanya untung banyak. Dinda kan anak tunggal, nanti harta orang tuanya juga bakal jadi miliknya. Sekarang mamanya rugi puluhan juta, sama aja Dinda yang rugi.
Dinda emang cewek yang gila duit, tau dia kehilangan kesempatan dapet puluhan juta, rasanya lebih sakit daripada dipukulin di depan umum. Emosinya langsung meledak, fia nangis sejadi-jadinya di tengah jalan.
Rio cuma geleng-geleng lalu ngajak Kiara sama Kenzie pergi. Sepupu ini emang dimanja dari kecil sampe rusak mentalnya. Dia gak mikir, kalau Rio beneran gak bisa dipercaya, masa dia cuma ngajak Tante Mira doang invest? Pasti semua saudara sama temen udah dia ajak. Lagian kalau Rio beneran judi, harusnya ada jejak kemana duitnya lari kan? Rio abis resign juga gak kemana-kemana, mana sempet judi? Tapi ya gimana, prasangka orang itu susah diubah, kayak gunung gede yang gak bisa dipindahin.
Setelah ninggalin Dinda yang masih nangis di pinggir jalan, Rio bawa Kiara ke toko ponsel premium. Kiara tadi liat ponsel Rio hancur di aspal, dia pikir Rio mau beli ponsel baru. Eh tapi begitu masuk toko, Rio malah noleh ke dia sambil nanya, "Kiara, lu mau warna apa?"
Kiara bengong. Jarinya nunjuk hidung sendiri. "Ha? Aku?"
Rio ngangguk santai. "Iya lu lah, emang siapa lagi?"
