NovelToon NovelToon
Cinderella N Four Knight

Cinderella N Four Knight

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Naruto / Nikahmuda / Romansa
Popularitas:266
Nilai: 5
Nama Author: Vita Anne

Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.

Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.

Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara

Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?

Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Lost Control

Noted : Rate 18+🚫

Explisit content? (Not That Much!)

Usia di bawah 18 tahun Harap menyingkir🚫. Ini hanya fiksi. Di larang keras meniru, mencontoh dan menjadikan apa yang Author tulis di sini, inspirasi atas tindakan kalian🚫. Kita punya budaya yang berbeda!

So be Smart to Capture all things that may u like! Because not all things that u like is something's good!

...°°°...

Hinata duduk di bawah sinar bulan malam ini. Di bangku taman di belakang kamarnya. Ini sudah pukul sepuluh malam dan pria itu, Uchiha Sasuke belum juga pulang.

Dia terus menatap Mansion di depannya yang hanya berjarak beberapa langkah kedepan.

Hinata terus memaki pria itu dalam hati yang tidak bisa melakukan apapun untuk menolak rencana kakek.

Seharusnya dia bisa menolak kan?

Kenapa dia tidak bisa melakukan apapun?

Decaknya dalam hati.

Dia tengah menunggu pria itu. Dia harus bicara mengenai rencana pernikahan yang Kakek ucapkan siang tadi. Mungkin saja Sasuke bisa merayu kakek dan memberi pengertian pada pria tua itu.

Dia belum ingin menikah. Sasuke harus menghentikan ini semua. Barangkali kakek akan mendengar jika cucunya sendiri yang mengatakannya.

Karena Hinata yakin. Hubungan mereka yang dingin dan sifat mereka yang bertolak belakang tidak akan membuat semua berjalan lancar sesuai dengan rencana kakek.

Malam semakin larut. Tidak ada tanda-tanda pria itu sudah kembali. Sejak sore dia terus bertanya pada Nyonya Mizuke tentang kembali~nya Sasuke dari rumah sakit. Tapi Nyonya Mizuke berkata bahwa cucu tertua kakek itu belum juga kembali dari pekerjaannya.

Hinata mendesah lelah. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Sedikit jauh dari pandangan~nya di sana, ada Mansion dengan bentuk serupa dengan lampu yang menyala. Menandakan kehadiran seseorang.

Di sana pria itu berada, cucu kedua Kakek tinggal, Namikaze Naruto.

Hinata bangkit perlahan, gadis itu melangkahkan kakinya mendekat. Sebenarnya dia begitu penasaran dengan isi dari Mansion cucu-cucu Kakek.

Apa akan terlihat begitu menakjubkan seperti yang Tuan Gaara katakan waktu itu?

...°°°...

Hinata melangkahkan kakinya ke tangga putih yang menghubungkan balkon Mansion itu dengan taman.

Gadis itu menundukkan kepalanya, melihat apa sang pemilik ada di dalam. Di balkon yang terbuka lebar itu. Menampilkan ruang depan Mansion dengan sofa berwarna Abu dan beberapa furnitur yang terlihat mewah.

Hinata membuka mulutnya membentuk huruf O. Dia terkagum dengan pemandangan itu. Salahnya telah bicara omong kosong pada Tuan Gaara.

Hinata kembali mengendap dengan pelan. Langkah sepatunya terdengar lembut menyentuh lantai marmer.

"Kau mengendap-endap seperti pencuri?" Tanya suara itu yang terdengar dari balik pintu kamar yang terbuka. Sang pemilik telah kembali dan dia tertangkap basah.

"Astaga!!"

Hinata tercekat, jantungnya hampir saja melompat dari sana jika dia tidak segera memegang dadanya."Kau mengejutkan ku!"

"Ini kamar ku! Bukankah seharusnya aku yang terkejut?" Sahut pria itu seraya duduk ke atas sofa dan menaruh satu botol Wine dan sebuah gelas ke atas meja yang ada di depannya. Dia masih mengenakan kemeja kerjanya yang berwarna putih dengan bagian lengan tergulung sampai siku.

Hinata mengangguk pelan. Ucapan pria itu memang benar. Dia tidak punya alasan yang cukup untuk dia utarakan atas keberadaannya di sini sekarang.

Gadis itu memilih mengedarkan pandangannya pada seisi Mansion yang di dominasi oleh dinding kaca. Semua begitu indah.

Lalu dia melihat botol Wine yang tengah pria itu tengguk.

"Kau minum Wine?" Tanya Hinata.

Naruto menaikan sebelah alisnya.

"Aku, Biasanya tidak melakukan ini! Beberapa pekerjaan ku menuntut ku untuk selalu sadar sepanjang waktu." Sahut pria itu menatap gelas di tangannya.

"Lalu? Kenapa Kau melakukannya hari ini Tuan Namikaze? Kau bisa kehilangan kesadaran mu dengan ini." tanya Hinata heran.

"Dahulu, Aku tidak ingin kehilangan kesadaran! Namun kini, seperti nya aku butuh ini semua agar bisa tidur dengan tenang." Sahut Pria itu datar.

"Benarkah?" Tanya Hinata dengan dahi mengeryit. Gadis itu beranjak mendekati Naruto ke sofa. Dia duduk di sana, di sebelah Naruto yang masih menatap gelas di tangannya."... Kalau begitu, berikan pada ku! Aku juga butuh ini agar bisa tidur tenang malam ini."

Hinata merebut gelas dalam genggaman Naruto. Menengguk isinya hingga tandas. Gadis itu meringis merasakan rasa yang menyengat di mulut hingga tenggorokannya.

Naruto mendecih, sudut bibirnya tertarik menciptakan sebuah tawa kecil di sana. Melihat apa yang gadis itu lakukan di depannya mengingatkan dia pada tragedi Club waktu itu.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya pria itu datar seraya menatap kosong ruang yang ada di depannya."... Ada yang mengganggu pikiran mu?"

"Jangan bertanya seolah kau tidak tahu apa-apa Tuan Namikaze! Aku hampir mati memikirkan pernikahan. Aku bahkan belum berkenalan dengan keluarganya. Belum mengetahui semua tentangnya. Lalu, situasi ini terasa tidak masuk akal bagi ku." Sahut Hinata sarkas.

Naruto mendecih Untuk yang kedua kalinya. Kali ini dia tersenyum tipis mendengar keluhan gadis cerewet di sampingnya.

"Kau sudah mengenal Kakek!" sahut nya singkat.

"Aku, Tidak mengenal kedua orang tua~nya! Bahkan aku tidak mengetahui nama mereka, calon menantu macam apa aku ini." runtuknya pada diri sendiri.

"Ayahnya ikut tewas bersama ayah ku saat kecelakaan tiga tahun lalu!" sahut pria itu datar."... Lalu, ibunya, Dia hidup di Swiss bersama suami barunya di sana! Dia anak tunggal yang tidak memiliki adik atau kakak!" Jelas Naruto panjang lebar.

Hinata tercekat mendengar penjelasan pria itu.

Apa dia sedang berusaha menjadi Mak comblang?

"Aku sudah tahu tentang itu! Cucu Kakek hanya empat dari keempat putrinya kan?" Potong Hinata cepat."... Lalu,Tentang ayah kalian! Aku minta maaf karena tidak tahu sebanyak itu." Ucapnya tidak enak hati. Suara nya mengecil di akhir kalimat.

Naruto hanya tersenyum hambar tanpa mau menjawab kata-kata terakhir Hinata. Dia kembali menuang Wine ke dalam gelas itu. Dimana mereka meminumnya secara bergantian.

Suasana hening sesaat hingga Hinata kembali membuka suaranya.

"Terima kasih telah merawat ku! Waktu itu, saat aku sakit dan tidak sadarkan diri." Ucap gadis itu pelan.

Tidak ada respon Dari Naruto. Dia hanya menoleh pada gadis itu seraya menghembus nafas dalam.

"Apa kau juga seorang Dokter? Bukan kah kau menggantikan Ayahmu di KM Manufakturing? Bukankah akan melelahkan menjalani keduanya? Aku rasa itulah alasan Kakek menyuruhmu menggantikan Tuan Sasuke yang menolak datang ke Yokohama. Karena kau juga salah satu dokter di sana yang juga cucu~nya. Iya kan?" Selidik Hinata.

Dia mulai merasa seperti seorang detektif yang tengah menyelidiki suatu kasus sekarang. Teka teki keluarga Hashirama dengan kisah keempat cucunya yang kelam.

Bukankah akan menjadi sebuah judul cerita yang menarik untuk sebuah kisah di flatform online?

Rentetan pertanyaan dari Hinata membuat Naruto mendesah lelah.

"Aku bukan lagi seorang Dokter! Itu sudah masa lalu buatku!" Sahutnya singkat.

Meski banyak pertanyaan berputar di Kepalanya saat ini. Hinata memilih untuk tetap diam. Dia tahu membicarakan masa lalu bukan hal yang mudah untuk setiap orang. Dia ingin membuang jauh-jauh rasa penasaran itu. Namun sepertinya, mulutnya sedang tidak bisa di ajak bekerja sama.

Hinata memalingkan wajahnya sesaat.

"Juga kekasih mu yang menjadi masa lalu buat mu kan?!" Gadis itu hanya mendesis pelan pada diri sendiri.

Mendengar Naruto mengucap perihal masa lalu. Mengingatkannya pada cerita Gaara kala itu.

"Aku mendengar apa yang kau katakan barusan." Ucap Naruto.

Hinata mengeryit. Dia tidak bermaksud menggerutu di belakang pria itu.

"Maaf!" Ucap gadis itu singkat, tidak enak hati.

Naruto menghembus nafas dalam sekali lagi. Dia menggelengkan kepalanya sesaat sembari memejamkan matanya. Kepalanya mulai terasa sakit.

"Kau punya waktu lima detik untuk pergi dari sini." Ucap pria itu dengan suaranya yang dalam.

Hinata menoleh, menatap pria itu yang tengah meraup rambut di kepalanya dengan kedua tangan~nya.

"Kenapa? Apa kau sakit? Tuan Namikaze? Apa kau marah karena kata-kata ku barusan?" Tanya Hinata dengan wajah khawatir.

"Waktu lima detik mu hampir habis!" Ucap pria itu memberikan peringatan lagi. Dan kemudian dia mulai menatap Hinata di sebelahnya yang masih menatapnya dengan wajah tidak mengerti.

Mata biru itu seolah kembali menenggelamkan iris bulannya dalam sekejap. Menelan mentah-mentah hingga ke dasar dimana kegelapan pekat memenuhi seisi ruangan.

Itulah yang dia rasakan ketika cucu kedua kakek menatapnya tajam. Seolah menenggelamkan kewarasannya ke dasar lautan. Dan semua mendadak terasa kelam. Dia tidak bisa menimbang lagi mana yang salah atau benar.

Hinata tidak bisa bergerak atau berkata-kata lagi untuk sepersekian detik yang terasa lama. Melihat wajah pria itu yang menatapnya dengan dalam. Membuat jantungnya benar-benar berdebar.

Naruto mengalihkan pandangannya dalam sekejap seraya mendecih. Seringai di wajah pria itu membuat Hinata bertanya-tanya.

"Kau kehilangan kesempatan mu untuk melarikan diri dari ku!" desis pria itu seraya memejamkan matanya yang terasa mulai perih. Beberapa detik kemudian pria itu membuka mata~nya lagi. Dia kembali menatap Hinata yang masih terpaku di tempatnya. Seolah tersihir oleh apa yang dia lihat.

Gadis itu tercekat. Melihat tatapan kelam pria itu pada~nya. Bukan hanya jantungnya yang kini berdebar kencang. Namun kepalanya juga tidak bisa mencerna dengan normal sikap lelaki di depan~nya ini.

Dengan satu gerakan yang lembut. Pria itu sudah menempatkan tangan besarnya pada dagu hinata. Mengusap dengan lembut bibirnya yang berwarna Peach. Tanpa melepaskan tatapan matanya pada gadis itu yang kini tidak bisa berkata-kata lagi.

Hanya satu sentuhan dari pria ini di bibirnya membuat perutnya terasa keram. Ada kupu-kupu di sana hingga ke dada yang seolah ingin membawa gadis itu terbang.

Naruto menangkup kedua belah pipi Hinata dengan tangannya yang besar. Sebuah ciuman lembut mendarat di sana. Ciuman lembut yang terasa manis dan mendebarkan.

Hinata memejamkan matanya ketika dia merasakan bibir pria itu menyesap bibirnya perlahan. Bermain di sana dengan lihai meski terasa begitu lembut. Ciuman ini terasa berbeda dengan apa yang Sasuke lakukan padanya kala itu. Ini terasa lebih, menggetarkan hatinya.

Detak jantungnya yang hampir meledak membuatnya tak berdaya kecuali hanya menurut pada apa yang pria itu inginkan. Hinata menangkup tangan besar pria itu pada wajah~nya dengan sebelah tangannya yang bebas. Sebelah tangannya lagi mengusap pipi pria itu yang masih menekan bibirnya dengan intens. Seolah memberi izin pada sang pria untuk tetap berada di sana.

Naruto hilang kendali atas dirinya sendiri. Pria itu mulai bergerak dengan bebas sesuka hati tanpa melepaskan tautan mereka. Tangan hangatnya menjamah tubuh Hinata yang hanya bisa terdiam kaku. Pria itu memasukan tangannya ke balik pakaian Hinata. Mengusap kulit hangat gadis itu dengan lembut. Hinata menggelinjang ketika merasakan tangan pria itu di balik bajunya.

Suara desahan~nya tertahan tatkala pria itu yang tidak juga melepaskan ciuman~nya sejak tadi. Membuat Hinata hampir kehabisan nafas. Pria itu terus mendorong tubuh Hinata hingga gadis itu tersudut di ujung sofa.

Dia melepaskan tautannya ketika dia menyadari Hinata yang mulai terengah. Tangan~nya kembali mengusap pipi gadis itu yang memerah. Lalu beralih mengusap bibir gadis itu yang kini memerah dengan lembut. Ada bekas ciuman kasar dia itu di bibirnya yang terlihat bengkak.

Naruto menempelkan kening mereka sesaat. Memberi waktu agar gadis itu bisa mengambil nafas.

Deru nafas Hinata yang tersengal menganggu pikiran~nya. Wajah gadis itu yang tersipu malu membuatnya semakin tergoda. Namun, Dia tidak sampai hati untuk meneruskan kegiatannya pada bibir yang semakin merona itu. Di sebabkan oleh ulah~nya yang sibuk mencium dengan gila. Namun dia juga tidak bisa menahan dirinya lagi kali ini.

Pria itu beralih mencium tengkuk leher Hinata yang membuat gadis itu mendesah dan bergelinjang untuk yang kedua kali. Hinata Mengusuk dengan keras rambut pirang pria itu yang tebal dengan kedua tangannya yang bebas.

Pria itu bergerak semakin intens di sana ketika dia merasakan Hinata yang juga Menerimanya. Dia tidak memberikan tanda penolakan. Naruto menurunkan garis leher pakaian yang Hinata kenakan. Menampilkan bahu putih gadis itu yang kecil. Dan dia sibuk memberikan kecupan di sana. Mencium Segala yang ada di depan mata~nya.

Hinata tidak bisa menahannya. Dia menarik wajah pria itu ke depan wajahnya dengan kedua tangannya seraya menahan nafas atas perasaan aneh yang tengah dia rasakan. Entah darimana datangnya semua kupu-kupu di perutnya Sekarang. Dia hanya merasa ingin terbang.

Naruto menyelam lebih dalam pada bola mata gadis itu yang sayup. Menatapnya yang kini telah tersudut. Mengusap rambut indigo hingga pipinya yang memerah dengan lembut. Wajah gadis itu berantakan oleh karena ulahnya. Bibir peach~nya mulai memerah karena dia yang terus menekan dan menarik~nya dengan kasar. Deru nafas gadis itu yang terengah menyentuh kulit wajahnya dengan lembut.

Naruto memejamkan matanya sebari menghembus nafas dalam sebelum akhirnya dia mengangkat tubuh kecil Hinata dengan mudah ala Bridal Style. Hinata yang tercekat. Dia hanya mengalungkan lengannya pada perpotongan leher pria itu. Dan Naruto kembali menciumi bibir mungil Hinata untuk yang kesekian kalinya lagi malam ini.

Pria itu membawa Hinata memasuki kamarnya.

Dia tidak bisa menahan~nya lagi sekarang!

To be continued

1
Aisyah Suyuti
menarik
Aisyah Suyuti
menarik
Novita ariani: terima kasih sudah mampir. semoga bersedia mengikuti kisah ini sampai akhir💙
total 1 replies
Kamiblooper
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Novita ariani: makasih banget udah suka😍😍😍
di tunggu chapter selanjutnya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!