NovelToon NovelToon
Sabira

Sabira

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Putri asli/palsu / Tamat
Popularitas:3M
Nilai: 4.8
Nama Author: devi oktavia_10

Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.

Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.

Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.

Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.


Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

"Non." panggil bi Tuti, dengan mata yang berkaca kaca.

Sabira yang sedang memasukan barang barang pentingnya, ke dalam tas ransel yang cukup besar, menatap ke arah sang Bibi.

Gadis malang itu masih sempat semuanya memberi senyum manis ke bi Tuti.

"Bi, tolong kunci pintunya, bi." pinta Sabira, dia sengaja tidak mengunci pintu kamarnya, karena dia yakin bi Tuti akan datang menemuinya.

"Non, hiks... Hiks...." bi Tuti tersedu sedu melihat baju putih milik Sabira yang sudah di lumuri darah.

"Bibi jangan sedih." ucap Sabira mengelus tangan bi Tuti.

"Bagaimana Bibi nggak sedih, liat non kaya gini, hiks... Mereka kejam, sakit jiwa." maki bi Tuti.

"Ya... Begitulah, biarkan saja, nanti juga mereka menyesal, tapi nggak mungkin juga sih." acuh Sabira.

"Semoga sebentar lagi mereka tau siapa orang yang dia kasih makan, mereka pasti kaget, yang mereka beri makan adalah siluman ular." kesal bi Tuti.

Sabira terkekeh mendengar ocehan bi Tuti itu.

"Bi, tolong obati pungging, Bira ya." pinta Sabira.

"Tanpa non suruh, Bibi pasti mengobatinya." sahut bi Tuti.

"Baiklah, klau gitu Bibi tunggu dulu ya, Bira mau membersihkan diri dulu." ucap Sabira, lalu berlalu ke kamar mandi.

Di kamar mandi Sabira menumpahkan tangisnya, gadis malang itu paling tidak suka memperlihatkan kesedihannya kepada orang lain, dia hanya akan menangis saat tidak ada orang yang melihatnya.

"Nenek, kakek hiks. Ini sakit. Tolong Bira nek, hiks." isak Sabira di dalam kamar mandi itu.

"Nenek, rasanya Bira ingin menyerah, tapi Bira ingat pesan kakek dan nenek, Bira harus berhasil dengan diri Bira sendiri, hiks."

"Uhhh... Sakit." isak Sabira membuka pakaiannya, luka di punggungnya sangat menyakitkan, perih dan sakit.

Sabira berusaha sekuat tenaga membuka pakaiannya dan membersihkan diri secepat mungkin, dia tidak mau berlama lama di rumah itu.

Selesai membersihkan diri secepat kilat, Sabira keluar dari kamar mandi, dan sudah di tunggu oleh bi Tuti dengan obat obatan untuk mengobati Sabira.

Melihat Sabira keluar dari kamar mandi dengan mata yang memerah dan sedikit sembab, bi Tuti tau gadis malang itu habis menangis, sungguh miris rasanya dia melihat nona mudanya itu.

"Sini non, Bibi obati." ucap Bi Tuti pelan.

Sabira menurut dan membelakangi bi Tuti, dan membuka handuk yang melilit tubuh nya.

Melihat tubuh putih yang tidak mulus lagi, banyak luka goresan bekas cambuk dan itu masih mengeluarkan darah segar.

Sungguh bi Tuti sangat sesak melihatnya.

"Perih bi." rintih Sabira.

"Tahan, ya non." isak bi Tuti memandang sendu punggung ringkih itu, tangannya mengoleskan salep untuk luka dan memasang perban di luka yang menganga.

Sabira meremas Handuk, tanda rasa sakit yang luar biasa dia rasakan di punggungnya.

Sabira juga menggigit bibirnya kuat kuat, agar rasa sakit dan perih di punggungnya berkurang.

Haa....

Sabira sampai membuang nafas beratnya, dan sedikit lega, karena luka di punggungnya sudah di obati oleh bi Tuti, kerja obat itu memang sangat cepat, perlahan lahan sakit yang Bira rasakan sedikit mereda.

"Makasih bi." ucap Sabira berdiri dan memasang pakaiannya di depan bi Tuti yang sudah di anggap keluarga olehnya.

Sabira memakai baju oblong yang longgar, celana joger yang senada dengan bajunya, dan memakai hoodie, dan tidak lupa dia memakai sepatu kets nya.

Sabira memakai kaca mata, untuk menutupi matanya yang sembab.

"Makan dulu non, dan minum obat." ucap bi Tuti memberikan roti tawar yang sudah di kasih selai coklat dan air mineral kepada Sabira.

"Makasih bi." Sabira menerima roti tawar itu dan memakannya, dia tidak akan menolak apa yang di berikan oleh bi Tuti, agar wanita paruh baya itu tidak kecewa.

Setalah memakan roti, Sabira mengambil obat dari tangan bi Tuti, dan meminumnya, agar rasa sakit di punggungnya sedikit reda.

"Non, mau kemana? " lirih Bi Tuti, dia tau nona yang pasti akan meninggalkan rumah itu.

"Belum tau bi, mungkin sementara waktu, Bira akan ngekos, sampai Bira lulus, setelah itu, Bira mau lanjut meraih cita cita Bira." ucap Sabira sendu.

"Bibi ikut boleh non, klau nggak ada non Bira, buat apa Bibi di sini, Bibi juga malas." lirih bi Tuti yang memang dia bertahan karena nona mudanya itu.

"Emang Bibi mau tinggal sama Bira." kekeh Sabira.

"Mau lah." semangat bi Tuti.

"Baiklah, Bira duluan yang keluar dari sini, besok atau lusa Bira kabarin Bibi, baru Bibi keluar ya." ucap Sabira.

"Tapi, non nggak apa apa sendirian, punggung non masih sakit." khawatir bi Tuti.

"Nggak apa apa, untuk malam ini, mungkin Bira nginap di rumah teman Bira, besok baru cari kos kosan atau kontrakan." jujur Sabira.

"Ya udah, non hati hati." ucap Bi Tuti melepas Bira dengan berat hati.

Dia takut nona mudanya kenapa napa di luar sana, apa lagi nona mudanya sedang tidak baik baik saja.

Sementara di tempat yang berbeda, orang orang masih termagu dengan semua kejadian yang baru saja mereka alami.

Pak Johan, menatap tangannya, dan merutuki dirinya, karena telah sangat sadis melukai putri kecilnya itu.

"Loe! Benar loe sengaja mengadu domba kita!? " tekan Devan menatap nyalang Aura.

Seketika Aura merasa gugup, sungguh dia baru kali ini melihat wajah garang sang abang, biasanya abangnya akan berkata lembut kepadanya dan kali ini, lihat lah Devan terlihat ingin memakan orang.

"A-aku, m-mana mungkin, mana mungkin aku berbuat seperti itu, bang. " gugup Aura.

"Sudah lah Devan, mungkin Aura saja yang mengada ada." sela bu Karin.

"Gue bakal selidiki semua ini, seandainya ini semua benar, maka. Jangan harap loe lepas dari tangan gue, gue bakal membuat loe menderita seperti adik gue rasakan." tekan Devan dengan tegas.

"Devan! apa apaan kamu ini! " bentak Kaifan tidak terima.

Namun Devan hanya acuh.

Dia menatap sinis sanga papa.

"Sebegitu cintanya papa sama anak pungut ini, sampai papa bela mati matian, dan tega melukai putri kecil papa, anak perempuan yang papa harap harap kehadirannya dari dulu, tapi setelah dia lahir, malah papa kasih dia luka yang tidak akan bisa dia lupakan seumur hidupnya." geram Devan.

"D-devan, papa khilaf." sesal pak Johan.

Devan tidak perduli, dia melangkah meninggalkan orang orang itu, dia ingin menyusul adik perempuannya ke kamar Sabira.

"Sial, bagaimana ini, klau bang Devan menemukan buktinya, gue pasti di depak dari rumah ini, ahhh... Tidak tidak, gue mau, gue nggak mau hidup susah di luar sana, gue nggak mau keluar dari keluarga Rajendra ini." pekik Aura gelisah dalam hati.

"Ahh... Tapi mana mungkin bang Devan akan mendapatkan buktinya, semua rekaman CCTV sudah gue hapus, nggak mungkin lah abang Devan akan menemukan buktinya." gumam Aura percaya diri.

Bersambung....

Haii.... Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘

Mamak up double hari ini, sebagai pengganti kemaren mamak nggak sempat up... 😁🙏

1
Yuliati Soemarlina
sedih sih sedih..kenapa bira menceritakam aib kel di depan umum..itu tdk baik thor..ceritanya panjang hanya menceritakan penyesalan yg ber ulang"...jd bosan juga bacanya...
Yuliati Soemarlina
cerita ini mutet" disini aja..thor bira utk menghilangkan traumanya bawa aja konsultasi ke psikolog..mereka pd banyak uang..
Moreno
lah gak ada yg berubah. Devan tetep egois banget. Bira tetep selemah itu.

berhenti baca sampe sini
Yuliati Soemarlina
si aura blm kena batunya...sirik aja kerjaannya
Yuliati Soemarlina
gedeg banget liat aura pengen buang ke kutub utara😄
Yuliati Soemarlina
diotak kamu aura hanya ada rencana busukmu
Yuliati Soemarlina
nyesel terus kel yg sdh berbuaz jahat pd bira..anak kandung serasa anak tiri..kecuali si aura anak pungut yg ga tau diri
Yuliati Soemarlina
si aura anak pungut yg tdk tau diri..
Yuliati Soemarlina
masih untung sabira..ada kknya devan yg sayang pdnya
Yuliati Soemarlina
bagus sabira lebih baik kamu tinggalkan kel ..kamu punya kemampuan..uang utk hidup diluar sana
Yuliati Soemarlina
smg kebenaran ttg sabira cepat terungkap...nyesel tuh kel..
Yuliati Soemarlina
nyesek liat kisah sabira..anak baik dibenci kel karena fitnah
Titien Prawiro
Tahu rasa kamu Aura
Titien Prawiro
Aura mau mempermalukan Sabira, dia mempermalukan diri sendiri.
Titien Prawiro
Kok hilang komennta, tunggu pembalasannya untuk Aura.
Titien Prawiro
Kejar cita2muSabira, dan pergilah jauh tunjukan pada orang membencimu tanpa mereka kamu bisa sukses. semangat Sabira.
Hikari_민윤기
tuti tuti thorrrrr
Hikari_민윤기
thor mbok ya di kurangi salah sebutnya...
marai sek moco linglung...
Inarairlan 0811
salah lagi nama nya gimana sii
Dwi Cahya R
💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!