NovelToon NovelToon
Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

Nathan memilih untuk menceraikan Elara, istrinya karena menyadari saat malam pertama mereka Elara tidak lagi suci.

Perempuan yang sangat ia cintai itu ternyata tidak menjaga kehormatannya, dan berakhir membuat Nathan menceraikan perempuan cantik itu. Namun bagi Elara ia tidak pernah tidur dengan siapapun, sampai akhirnya sebuah fakta terungkap.

Elara lupa dengan kejadian masa lalu yang membuatnya ditiduri oleh seorang pria, pertemuan itu terjadi ketika Elara sudah resmi bercerai dari Nathan. Pria terkenal kejam namun tampan itu mulai mengejar Elara dan terus menginginkan Elara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

****

Malam itu, dikediaman Marvin.

Marvin baru saja menaiki anak tangga menuju ruang pribadinya ketika suara langkah kecil berlari menyusul dari belakang.

Lucas langsung memanggil Marvin.

“Daddy! Tunggu! Jangan pura-pura tidak dengar!” nada suara anak itu terkesan kesal.

Marvin menghentikan langkahnya, menoleh dengan wajah datar.

“Kau seharusnya sudah di ranjangmu, Lucas. Sudah hampir tengah malam.” balas Marvin.

Lucas menyilangkan tangan mungilnya, wajahnya merengut.

“Aku tidak bisa tidur sebelum Daddy menjawab pertanyaanku.” ucap Lucas lagi.

Marvin menghela napas, menurunkan pandangan ke arah anaknya.

“Pertanyaan apa lagi? Kau sudah terlalu banyak bertanya hari ini.” ucap Marvin membalas.

Lucas dengan mata berbinar, penuh rasa penasaran kembali bersuara.

“Perempuan itu, yang namanya Elara. Dia itu Mommy-ku, kan?” tanya Lucas.

Marvin terdiam sepersekian detik, lalu kembali berjalan ke depan. Namun Lucas cepat-cepat berlari ke depan, menghadang Marvin.

Lucas menatap tajam meski tubuhnya mungil.

“Jangan diam saja, Dad! Daddy selalu diam kalau aku tanya soal Mommy. Itu artinya Daddy menyembunyikan sesuatu!” ucap Lucas.

Marvin berdiri tegak, nadanya rendah tapi tegas.

“Lucas. Jangan mengada-ada. Dia bukan siapa-siapa untukmu. Dia hanya pekerja milik Daddy.” balas Marvin.

Lucas tentu saja kesal saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Marvin.

“Bukan siapa-siapa? Daddy pikir aku bodoh? Dia cantik, dan aku lihat cara Daddy menatapnya, Daddy tidak pernah begitu kalau dengan perempuan lain!” balas anak mungil yang tampan itu.

Marvin berusaha menahan ekspresi, nada suaranya masih saja dingin.

“Kau terlalu kecil untuk mengerti hal seperti itu, berhenti membahas sesuatu yang tidak Daddy sukai.” ucap Marvin.

Lucas menghentakkan kakinya, ia marah dengan Marvin.

“Tidak! Aku sudah lima tahun, Daddy! Aku cerdas, aku tahu Daddy berbohong. Kalau dia bukan Mommy, kenapa Daddy jadi marah kalau aku tanya soal dia?” tanya Lucas.

Marvin mengusap wajahnya kasar, jelas jengah. Ia membungkuk sedikit, menatap Lucas tepat di matanya.

“Dengar baik-baik. Kau tidak boleh mendekati perempuan itu. Tidak. Pernah. Karena dia hanyalah sekretaris untuk Daddy.” tegas Marvin

Lucas melotot, matanya berkaca-kaca.

“Kenapa? Kalau dia bukan Mommy, kenapa Daddy takut aku dekat dengan dia? Daddy egois!” ucap Lucas.

Marvin menarik napas panjang, nadanya dibuat semakin dingin agar putranya itu tidak terus merengek.

“Lucas!” bentak Marvin yang sudah terbiasa tegas.

Lucas tidak gentar, ia mulai semakin merengek.

“Aku juga mau punya Mommy! Semua teman-temanku di sekolah punya Mommy. Mereka bisa memeluk Mommy mereka waktu pulang sekolah. Aku cuma punya Daddy yang emosian!” ucap Lucas.

Marvin terdiam, tatapannya melembut sesaat. Tapi Lucas keburu mengelap air matanya dengan punggung tangan.

Lucas bersuara dengan nada yang menantang.

“Kalau Daddy tidak mau jawab, aku akan cari tahu sendiri. Aku akan tanya langsung dengan perempuan itu!” ucap Lucas.

Marvin langsung menegakkan tubuhnya, ekspresinya berubah tajam.

“Kau berani macam-macam, Lucas, Daddy akan lebih dulu bicara pada dia, dan kau tidak akan dapat satu jawaban pun. Mengerti?” marah Marvin.

Lucas mengerucutkan bibir, kesal.

“Daddy jahat! Daddy terlalu mengatur! Apa Daddy berpikir aku akan diam saja? Aku sungguh tidak takut!” balas Lucas.

Marvin menutup mata, lalu menghela napas berat. Tiba-tiba ia meraih Lucas, mengangkatnya ke pelukan. Lucas meronta kecil.

“Lepas! Aku tak mau dipeluk! Daddy selalu marah tapi tiba-tiba manis kalau aku hendak menangis! Aku tidak bodoh! Daddy selalu curang!” rengek anak itu.

“Kau memang tidak bodoh. Kau anakku, keras kepala, sama sepertiku.” balas Marvin dengan nada lebih lembut.

Lucas berhenti meronta, lalu menatap Marvin dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kalau aku mirip Daddy, berarti aku juga bisa cari tahu rahasia Daddy, kan?” tanya Lucas.

Marvin menatap balik, dan hal langka terlihat, ia tersenyum tipis, samar, nyaris tidak tampak jelas.

“Kalau kau cukup pintar, mungkin saja.” ucap Marvin menjawab.

Lucas mengepalkan tangan, masih saja menantang.

“Baik! Aku janji, aku akan cari tahu. Daddy tak bisa selamanya menyembunyikan rahasia dariku.” ucap Lucas.

Marvin mendudukkan Lucas di lantai, lalu menepuk kepalanya dengan lembut.

“Sekarang tidur. Kalau besok kau mengantuk di sekolah, Daddy akan menghukum mu.” ucap Marvin.

Lucas cemberut lalu melangkah pergi.

“Aku tetap akan cari tahu. Daddy boleh keras kepala, tapi aku lebih keras kepala lagi!” ucapnya kesal.

Marvin hanya menatap punggung kecil Lucas yang menjauh menuju kamarnya. Saat pintu kamar Lucas tertutup, Marvin bersandar, menutup mata sejenak.

“Kau benar-benar putraku, Lucas. Terlalu mirip denganku. Sangat menyebalkan.” gumam Marvin.

***

Paginya.

Marvin berdiri di depan kaca besar ruang kerja pribadinya, merapikan jas hitam yang selalu membuatnya tampak tegas. Ia bersiap untuk berangkat ke kantor ketika suara langkah kecil terdengar jelas.

Lucas memanggil dari jauh, dengan nada manja.

“Daddy! Aku ikut ke kantor hari ini!” ucapnya.

Marvin menoleh dengan wajah yang sudah terlihat jengkel. Lucas muncul dengan seragam sekolah setengah dipakai, rambut acak-acakan, sambil menyeret tas kecil berisi mainannya.

“Kau pikir kantor itu taman bermain, Lucas?” balas Marvin.

Lucas cemberut, menghentakkan kakinya ke lantai.

“Kalau Daddy kerja terus, aku bosan di rumah! Aku mau lihat kantor Daddy. Pasti seru!” ucapnya tak biasa.

Marvin melipat tangan, menatap tajam pada anak itu.

“Kantor bukan tempat untuk anak-anak. Kau akan membuat masalah.” balas Marvin lagi.

Lucas menaikkan alisnya, berusaha membujuk Daddy nya yang sangat menyebalkan.

“Kalau aku janji tidak akan membuat masalah, boleh? Aku hanya akan duduk manis, melihat Daddy bekerja. Please, Daddy.” ucap Lucas memohon.

Marvin menghela napas panjang, mencoba mengabaikan. Tapi Lucas malah berlari mendekat, menarik jas Marvin sambil menatap dengan mata bulat penuh harapan.

“Kalau Daddy tidak membawa aku, maka aku akan mogok sekolah! Aku tak mau belajar! Aku hanya ingin berada di dekat Daddy!” ucap Lucas.

Marvin mengerutkan keningnya, suaranya jadi meninggi.

“Lucas! Jangan keras kepala!” kesal Marvin menghadapi putranya yang kali ini sedikit lebih berisik.

Lucas menutup telinga, pura-pura tidak mendengar.

“Ck! Aku tidak mendengar Daddy bicara apa! Pokoknya aku ikut Daddy ke kantor!” ucapnya lagi.

Marvin menatap wajah Lucas, lalu akhirnya menghela napas panjang, ia pasrah.

Marvin sebenarnya cukup kesal tapi mau bagaimana lagi, bocah yang sedang merengek itu adalah putranya sendiri.

“Baik. Kau boleh ikut. Tapi kalau kau membuat masalah sedikit saja, Daddy akan pastikan ini terakhir kalinya kau melangkah ke kantor Daddy.” ucap Marvin penuh peringatan.

Lucas langsung tersenyum lebar.

“Yay! Aku tahu Daddy lah yang paling menyayangiku!” ucap Lucas.

Marvin hanya mendengus, lalu melangkah keluar rumah dengan Lucas berlari kecil mengikutinya.

**

Siangnya.

Kantor ramai seperti biasa. Semua karyawan menunduk hormat ketika Marvin berjalan. Tapi hari itu, pemandangan sedikit berbeda, di sampingnya berjalan seorang anak kecil dengan wajah penuh percaya diri.

Suara desas-desus terdengar oleh para karyawan.

Marvin tak menggubris, wajahnya tetap dingin. Lucas justru tersenyum dan melambaikan tangan ke semua orang.

Tepat saat keduanya sampai ke lantai atas.

Pintu terbuka, dan di balik meja kerja, Elara berdiri menata berkas. Ia terkejut begitu melihat seorang anak kecil masuk bersama Marvin.

“Oh.” Elara cukup terkejut dengan kehadiran anak laki-laki yang waktu itu pernah bertemu dengannya di kediaman milik Marvin.

Lucas langsung berlari ke arah Elara, menatapnya dengan penuh semangat.

Lucas kali ini tidak menampilkan aura dingin, tapi ia tersenyum lebar, tanpa ragu.

“Mommy!” ucap Lucas menyapa Elara.

Elara membelalakkan mata, tertegun. Tangannya yang tadi memegang map hampir terlepas.

“A… apa?” kaget Elara.

Marvin berdehem, menatap Lucas tajam.

“Lucas. Jangan bicara sembarangan.” ucap Marvin.

Lucas memandang Marvin, lalu kembali menatap Elara dengan polos.

“Tapi Daddy, aku yakin! Dia Mommy! Wajahnya cantik sekali, matanya hangat, aku bisa merasakannya!” ucap Lucas lagi.

Elara benar-benar bingung, pipinya memerah, sementara Marvin berjalan cepat menghampiri Lucas, meraih pundaknya.

“Lucas. Hentikan. Elara bukan Mommy mu. Jangan panggil dia begitu lagi.” ucap Marvin

Lucas meronta kecil, suara meninggi.

“Kenapa tidak boleh?! Aku suka dia! Dia terlihat baik, aku mau dia jadi Mommy ku!” ucap Lucas dengan cepat membuat permintaan.

Elara tersentak, tidak tahu harus bagaimana. Ia berjongkok, mencoba menenangkan Lucas.

“Lucas, aku bukan Mommy-mu. Aku hanya sekretaris Daddy-mu.” ucap Elara dengan lembut.

Lucas menatap Elara, suaranya lirih tapi keras kepala.

“Kalau begitu, bisakah kau jadi Mommy-ku mulai sekarang?” tanya nya.

Elara terdiam, wajahnya makin panas. Marvin memejamkan mata sejenak, jelas kesal bercampur lelah.

“Jangan hiraukan perkataannya. Anak ini terlalu banyak imajinasi.” ucap Marvin.

Elara dibuat kikuk oleh dua orang itu.

“S-saya mengerti, Tuan Marvin…”

Lucas mengerucutkan bibir, lalu melipat tangan kecilnya.

“Aku tidak peduli. Aku tetap akan panggil dia Mommy.” balas Lucas.

Marvin mendengus.

“Lucas…”

Lucas menoleh pada Elara lagi.

“Mommy, kalau Daddy marah, jangan peduli ya. Aku suka Mommy!” ucap Lucas.

Elara hanya bisa tersenyum canggung, sementara Marvin berjalan ke mejanya dengan wajah lelah menghadapi putranya itu.

Marvin berdecak, ia masih menatap Lucas yang terus mendekati Elara.

“Menyebalkan sekali.” decak Marvin menatap putranya yang tak berhenti tersenyum pada Elara.

Dan Elara menanggapi anak itu dengan baik.

Bersambung…

1
Rasmi Linda
kau bodoh dia naksir kau
Jumiah
jangan kawatir lara kmu akan mendapatkan yg lebih baik dri sebelum x..
Siti Hawa
aku mmpir thoor... dari awal aku baca, aku tertarik dengan ceritanya... semangat berkarya thoor👍💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!