Kiara merupakan seorang gadis yang masih berusia 18 tahun, saat ini dia baru dinyatakan lulus SMA, Akan tetapi takdir malah membuat dia terjebak dalam ikatan pernikahan dengan pria asing bernama Arya. akankah pernikahan yang dijalaninya berakhir bahagia? ataukah akan sebaliknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rosnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan
Tiba-tiba saja Arya memeluk Kiara dengan erat, gadis yang tidak pernah disentuh olehnya itu.
Kiara yang berada didalam pelukan Arya, seakan membeku. Dia terdiam, nafasnya seakan terhenti.
Namun tak satu pun kata keluar dari mulut mereka berdua, suasana hening. Hanya detak jarum jam yang terdengar, dan detak jantung keduanya yang tak berirama itu.
Setelah beberapa saat, Arya melepaskan pelukannya. Namun Kiara masih terpaku ditempatnya.
Menatap kearah lelaki itu sesaat, Kiara merasa aneh dengan sikap Arya saat itu. Namun Kiara tak ingin berkata apapun.
"Maaf kan saya!" ucap Arya tiba-tiba.
"Kamu sampai sesedih ini."
"Tidak perlu minta maaf, ini tidak ada hubungannya dengan Mas Arya."
" Kiara juga sudah baik-baik saja. "
Kiara berjalan menuju ketempat tidur, dan duduk disalah satu sudut tempat tidur mewah itu. Arya pun menyusul dan ikut duduk disana.
"Kiara, saya dan keluarga saya telah melakukan kesalahan besar." ucap Arya.
" Saya akan memberikan kamu pilihan, dan apapun itu saya akan kabulkan. "
" Kalau kamu ingin pergi, saya akan izinkan. " ucap Arya.
Wajahnya terlihat begitu serius saat itu, bahkan Kiara melihat ada kesedihan di wajah Itu.
Kiara terdiam, apa maksud Arya saat itu kalau dia akan diceraikan? Namun Kiara hanya menyimpan pertanyaan itu didalam hati. Dia takut kalau apa yang akan dikatakan olenya terdengar salah ditelinga Arya.
Begitu juga dengan Arya dia terdiam, tidak ada lagi yang bicara. Arya bangun dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
"Apa kita bisa bicara?" tanya Kiara tiba-tiba begitu melihat Arya datang.
Arya mengangguk pelan, lelaki tampan itu berjalan mendekat ke arah Kiara dan kembali ikut duduk disana.
"Mas Arya, sebelum nya maaf jika pertanyaan kiara membuat Mas tersinggung."
" Katakan saja! " tatapan itu kembali datar.
"Kalau seandainya dengan kehadiran Kiara membuat Mas tidak nyaman, katakan saja. "
" Kiara tidak Masalah, kalau harus kembali kerumah Kiara yang dulu. "
" Memang Kiara akan hidup sendirian, dan mungkin luntang-lantung seperti kata Mbak Sari. "
" Akan tetapi memang begitulah kenyataannya, kalau Kiara Memang sudah tidak punya siapa-siapa. "
Arya menatap sejenak ke arah Kiara, dia melihat mata itu Kembali berkaca-kaca.
"Kiara dititipkan oleh Tante Maya kepada Mbak sari, akan tetapi tante tidak pernah kembali."
" Kiara paham, Tante juga punya kehidupan sendiri. Kiara tidak marah dengan apa yang terjadi, hanya mungkin masih sulit untuk Kiara menerima semua ini. "
Arya masih menjadi pendengar dengan apa yang Kiara katakan. Tak ada komentar saat itu.
"Kiara juga paham, kalau Mas Arya tidak bisa menerima Kiara begitu saja. Karena ini masalah perasaan." Kiara melanjutkan perkataannya.
" Ya, meskipun Kiara juga tidak paham akan hal itu. "
" Mas tau, Kalau Mas adalah lelaki pertama selain ayah yang pernah menggandeng tangan Kiara. " Kiara terlihat tersenyum.
Arya kembali mengalikan pandangannya kearah Kiara, melihat gadis disampingnya yang tersenyum.
Akan tetapi Arya tau, kalau senyum itu hanya untuk menutupi kesedihannya.
"Kiara juga tidak berharap untuk bisa menggantikan posisi perempuan bernama Felicia itu." Kiara diam sesaat.
Dan perkataan Kiara kali ini seakan memancing Arya untuk bicara.
"Dari mana kamu tau tentang nama itu?" tanya Arya tiba-tiba.
" Dari Mas! " jawab Kiara singkat.
Arya mengernyit kan dahi nya, mencoba mengingat kapan dia menyebutkan nama Felicia kepada Kiara.
Kiara yang menyadari kalau Arya bingung pun melanjutkan perkataannya. Dia tak ingin Arya menduga-duga lagi.
"Memang Mas tidak bicara langsung soal perempuan bernama Felicia itu."
" Akan tetapi, Mas mengigau menyebut nama itu. "
" Jadi Kiara pikir itu adalah orang terpenting dalam hidup Mas. " ucap Kiara yang juga menatap kearah Arya.
Tatapan itu kembali bertemu, sedikit lama. Bahkan keduanya sempat hanyut dalam pikiran masing-masing.
"Sepertinya Bik Marni sudah menyiapkan makan malam!" ucap Arya mengalihkan pembicaraan.
" Kiara masih kenyang, Mas Saja yang makan!" pinta Kiara.
" Kiara mau istirahat." tambahnya lagi.
" Ya sudah kalau begitu kita tidak usah makan malam." jawab Arya.
Dia meraih handphone milik nya yang ada diatas meja rias dan menghubungi Bik Marni. Memberitahukan bahwa mereka tidak turun untuk makan malam.
Arya membaringkan tubuhnya di samping Kiara yang masih duduk bersandar. Menatap langit-langit kamar.
"Kenapa kamu setuju untuk saya nikahi?" tanya Arya.
Sebelum menjawab, Kiara membenarkan duduknya. Menaikkan kedua kaki duduk bersandar dengan menjulurkan kedua kakinya.
"Itu bukan hal yang mudah."
"Namun waktu itu Mbak sari bilang kalau mama masuk rumah sakit, dan Kiara tidak ingin hal buruk terjadi pada mama."
" Karena Kiara juga pernah merasakan kehilangan Bunda. Itu sakit, Bahkan Kiara merasakan seluruh dunia Kiara itu gelap."
" Kerena itu Kiara setuju membantu Mbak Sari meskipun Kiara tidak mengenal siapa orang yang akan menikahi Kiara."
" Tapi Mbak Sari terus meyakinkan Kiara kalau adiknya itu bukanlah seorang Kriminal. Dia orang yang baik." bicara sambil menatap kearah Arya dan tersenyum.
"Dan kamu percaya itu?" tanya Arya.
"Tentu saja."
" Kenapa?" tanya Arya penasaran.
" Karena Kiara bisa melihat Mbak Sari itu adalah orang baik."
" Sekarang kamu menyesal?" tanya Arya.
"Tidak, apa Mas Arya merasa kalau yang dikatakan Mbak sari itu salah?" tanya Kiara masih tersenyum.
Arya tidak menjawab, dia kembali menatap langit-langit kamar. Jujur dia dalam kebimbangan.
Apalagi melihat Kiara yang seperti pasrah atas apa yang terjadi, dia merasa telah menghancurkan impian Kiara.
Kiara yang baru lulus SMA itu harus menikah dengan dirinya, bahkan usia mereka terpaut 6 tahun.
"Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?" tanya Arya .
" Kiara juga bingung, mungkin kalau kita ingin bertahan . Seharusnya saling menerima dan membuka hati "
" Tapi jika itu memang begitu tidak mungkin, ya kita harus melepaskan satu sama lain." jawab Kiara.
" Semua sekarang terserah sama Mas. "
"Kiara ini sekarang berstatus istri mas Arya, mau atau tidak mas mengakuinya."
Arya diam, entah kenapa malam itu Kiara terdengar begitu bijak. Padahal usianya masih sangat muda. Mungkin keadaan yang memaksa dirinya.
Memikirkan Mamanya yang terlihat menyukai Kiara, Arya pun tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan.
"Bagaimana, kalau kiat coba menjalaninya selam dua bulan kedepan?" tanya Arya sedikit ragu.
" Lalu? " tanya Kiara bingung.
"Jika memang kita tidak bisa saling menerima, maka kita akan berpisah secara baik-baik. "
Kiara terdiam, itu artinya dia akan menyandang status janda di usia nya yang masih muda. Akan tetapi dia juga tidak ingin hidup dalam hubungan yang tak saling menginginkan.
"Iya Kiara setuju." jawab Kiara mantap.
" Tapi-" Kiara menggantung perkataan nya.
" Tapi apa? "tanya arya
" Tolong selama dua bulan ini perlakukan Kiara dengan seharusnya, apalagi dihadapan Mama!" wajah Kiara terlihat serius.
Tak lagi ada senyuman seperti sebelumnya.
"Dan kalau boleh Kiara minta, sebelum kita saling bisa menerima. Kita tidak akan melakukan hubungan layaknya suami istri. "
""Iya , saya setuju." jawab Arya.
"Apa boleh Kiara minta satu hal lagi?" tanya Kiara.
" Katakan saja! "
" Jika suatu saat memang kita tidak juga bisa menerima semuanya, tolong tetap izinkan Kiara bertemu Mama dan Mbak sari. "
" Dan tolong rubah cara bicara mas Arya, kita ini bukan CEO dan bawahan "
" Ya sudah kita tidur saja! "
Tanpa menunggu jawaban, Kiara merebahkan tubuhnya disamping Arya, namun tidur dengan membelakangi lelaki itu.