NovelToon NovelToon
ME?

ME?

Status: tamat
Genre:Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Tamat
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Bravania

Ketika Tuan Muda punya perasaan lebih pada maid sekaligus sahabatnya.
Gala, sang pangeran sekolah, dipasangkan dengan Asmara, maidnya, untuk mewakili sekolah mereka tampil di Festival Budaya.
Tentu banyak fans Gala yang tak terima dan bullyan pun diterima oleh Asmara.
Apakah Asmara akan terus melangkah hingga selesai? Atau ia akan mundur agar aman dari fans sang Tuan Muda yang ganas?

Happy Reading~

•Ava

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bravania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

"Gala, aku mau permen kapas itu."

Tangan mungil Asmara menarik-narik ujung jaket yang Gala pakai. Meski begitu, tatapan berbinarnya bertahan pada pedagang permen kapas yang dikelilingi beberapa anak kecil.

"Ck. Seperti anak kecil saja."

Asmara merengut. Tatapan sebalnya tertuju pada Gala. Memangnya ada aturan yang melarang siswa 17 tahun membeli permen kapas?

"Aku akan beli sendiri!"

Gadis 17 tahun itu sudah siap berdiri, namun segera tertahan Gala yang menarik tangannya.

"Apa?! Aku ingin membelinya. Jika kelamaan aku akan kehabisan, Gala."

"Ku belikan. Kau di sini saja!"

Mata gadis itu menyipit. Kenapa sahabatnya ini plin plan sekali?

'Dasar tidak konsisten.' -Asmara

Namun Asmara tetap menurut saat diminta menunggu permen kapasnya. Ia mencari bangku terdekat untuk duduk.

Gala mengantri sampai anak kecil terakhir pergi.

"Pak, satu permen kapas bentuk Doraemon." Ia melihat ada anak yang memesan itu tadi, jadi ia juga ikut meminta bentuk yang sama untuk Asmara.

Gala pergi setelah membayar dan mengucapkan terimakasih.

Ting Ting

Ponselnya berbunyi. Ia berhenti, meraih ponselnya demi melihat satu pesan dari ayahnya.

From : Papa

Apa-apaan ini?

(Photo)

To : Papa

Apa? Itu ending pose penampilanku dan Asmara. Bagaimana? Kami sangat cocok, kan?

From : Papa

Pulang sekarang! Jika tidak, maka Papa akan membawa Asmara pergi secara paksa. Jangan pikir Papa bodoh, Gala. Papa sudah mengirim orang untuk mengikuti kalian bahkan sampai saat ini.

Kepala remaja laki-laki itu mendongak seketika. Matanya berkeliling mencoba menemukan orang yang dikirim Papanya. Jika benar maka Asmara yang ada dalam bahaya, bukan dirinya.

"Sudah dap-"

"Kita harus pergi sekarang!"

"Eh? Ada apa? Kenapa tiba-tiba? Dan mana permen kap..pas ku."

Suara Asmara melirih saat mendapati Gala menatapnya tajam.

"Kali ini saja, menurut lah padaku!"

Asmara tahu, ada sesuatu yang serius sekarang. Jadi ia menuri saat Gala membawa dirinya kembali ke tempat mobil diparkir.

"Pak Adit, aku ingin membawa mobilnya sendiri."

"Baik, Tuan Muda."

Lelaki paruh baya itu tak ingin menolak. Ia langsung menyerahkan kunci mobil pada Tuan Mudanya. Sepertinya si Tuan Muda sedang dalam keadaan yang sangat mendesak. Karena setahunya, Tuan Mudanya itu tak akan meminta untuk berkendara sendiri kecuali untuk keperluan-keperluan khusus, ditambah raut muka yang nampak kaku dan khawatir itu.

Gala menyuruh Asmara agar ikut masuk bersamanya. Ia sendiri duduk di belakang kemudi dan mulai menjalankan mobil menjauhi taman bermain.

"Sebenarnya ada apa? Setidaknya beritahu aku apa yang terjadi?!"

Gala masih fokus pada jalanan. Ia tak ingin mengambil resiko karena sedang berada di kecepatan 100Km/h.

Merasa diabaikan, Asmara lebih memilih menatap jalan di sampingnya.

Tak lama dari kepergian Gala, dua mobil hitam melintas di depan Pak Adit.

"Apa Tuan Besar yang mengirim mereka? Hah.. semoga Tuan Muda baik-baik saja."

Sepertinya memang benar, melihat adanya simbol khusus yang hanya dimiliki mobil-mobil pekerja Tuan Pramadana tertempel di kaca  belakang mobil. Pak Adit hanya bisa berdoa untuk si Tuan kesayangan. Terlebih sang Tuan juga sedang bersama Asmara.

~•~

Mobil Gala terpaksa berhenti karena dua mobil tadi berhenti dan memblokade jalannya. Iya, orang-orang suruhan Papanya berhasil menghadangnya.

Asmara menatap Gala tak mengerti. Ternyata ia masih belum paham situasi yang dihadapinya saat ini.

"Kau tetap di sini. Jangan keluar apa pun yang terjadi!"

Tanpa melihat reaksi Asmara, Gala keluar mendekati empat orang berbadan tegap yang sudah berdiri di depan mobilnya.

Asmara hanya melihat dari dalam mobil. Empat orang yang dihadapi Gala hanya berekspresi datar. Sedang Gala sendiri sudah memasang wajah dingin dan angkuhnya. Mereka membicarakan sesuatu yang tak bisa Asmara dengar.

Gadis itu terus mengamati orang-orang di luar. Sampai akhirnya ia tak bisa diam lagi saat melihat salah seorang dari mereka memukul Gala.

Ia keluar tak peduli pada peringatan Gala tadi.

"Kau tak apa?"

Asmara mendekati Gala yang masih memegangi perutnya setelah dipukul tadi.

"Kenapa keluar?! Cepat masuk!"

"Tidak mau. Sebenarnya ada apa? Kenapa mereka mengejar kita?!"

Kekesalan Asmara mulai tidak bisa dikontrol. Ia terlibat namun sama sekali tak paham apa yang sedang terjadi.

"Tuan Pramadana menyuruh kami membawa mu dan juga Tuan Muda untuk kembali."

Asmara menoleh saat salah satu dari orang suruhan itu memberitahunya. Pandangannya kembali pada Gala.

"Kenapa tak menuruti perintah Tuan Besar?"

"Tidak mau! Jika kita pulang, Papa akan membawamu pergi dariku."

Gala menggenggam tangan Asmara yang ada di lengannya. Menyalurkan rasa tak rela jika hal itu benar terjadi. Asmara bisa merasakan itu. Tapi jika itu perintah dari sosok yang sangat dihormatinya, ia bisa apa?

"Kita pulang ya?"

Asmara melembutkan suaranya namun permintaannya mendapat gelengan tegas dari Gala.

"Kita harus kembali, Gala. Tuan Besar akan bertambah marah jika kau tak menurutinya."

"Tapi aku... kau akan-"

"Kita pulang saja dulu. Ya?"

Gala luluh saat mendapati Asmara menatapnya dengan teduh juga senyum manis tersungging di bibirnya. Jika sudah begini, apa yang harus ia lakukan selain menuruti ucapan gadis kesayangannya itu?

Helaan napas kasar terdengar dari bibir Tuan Muda itu sebelum menatap tajam keempat manusia di depannya.

"Pergi kalian! Kami akan pulang. Dan jangan mengikutiku!! Bilang pada Papa aku akan sampai dua jam lagi."

Bahkan ia sama sekali tak menurunkan nada bicaranya yang sejak awal sudah tinggi.

Asmara menatap Gala bingung. Memangnya mereka mau apa lagi? Ia khawatir jika Tuan Pramadana akan semakin marah padanya. Selain itu, ia juga khawatir pada ayahnya. Apa yang akan terjadi jika ia tak menuruti ucapan Tuan Pramadana kali ini?

~•~

"Untuk apa kita ke sini?"

Ya, untuk apa mereka ke tempat penyimpanan abu? Hari bahkan hampir gelap. Terlebih... Ini adalah tempat yang sama dimana abu mendiang ibunya disimpan.

"Bertemu calon mertuaku."

Gala hanya terus menuntun Asmara tanpa memperdulikan tatapan bertanya gadis freckles itu.

"Kita sampai."

Kini mereka berdua berhadapan dengan kotak kaca berisi guci berwarna maroon dengan sebuah foto terpajang di sampingnya.

"Ibu.."

Mata Asmara menggenang. Iya, yang mereka datangi sekarang adalah abu mendiang ibunya.

"Ibu..hiks..maafkan Asmara. Hiks..Asmara baru bisa mengunjungi ibu lagi."

Asmara menyeka air matanya sebelum melanjutkan bicara. Lantas tersenyum dengan sisa air mata di pipinya.

"Bagaimana kabar ibu di sana? Baik, kan? Ayah dan Asmara juga baik-baik saja di sini. Ibu, sekarang Asmara datang dengan Gala. Dia anak dari atasan ayah. Dia menyebalkan, tapi dia juga baik pada Asmara. Ibu tak perlu khawatir. Ibu mau berkenalan dengan Gala?"

Asmara menatap Gala di sampingnya. Memberi tanda agar ia menyapa ibunya seolah sedang berhadapan langsung.

"Hai, bibi. Aku datang ke sini lagi. Bagaimana kabar bibi di sana?"

Gadis itu menatap pemuda di sampingnya dengan bingung. Apa maksud Gala dengan 'aku datang ke sini lagi?'. Maksudnya Gala sudah pernah ke sini sebelumnya? Ia juga baru sadar, Gala tak menanyakan alamat tempat ini sama sekali. Bahkan ia menyetir seolah sudah terbiasa dengan jalan yang ia lewati.

Asmara teringat ucapan bapak penjaga tempat ini. Beliau bilang ada seorang pemuda yang juga sering datang ke tempat ibunya pada hari yang sama saat Asmara datang. Apa pemuda itu Gala?

Lamunan membawa kesadaran Asmara hilang sejenak sampai tak tahu apa yang dibicarakan Gala pada Ibunya. Sampai akhirnya Gala merangkul pundak yang lebih kecil darinya itu.

"Bibi, sebenarnya aku ke sini ingin meminta restu dari Bibi."

1
Awa De UwU lavita uwu
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
Ava: ikutin terus ceritanya yaa. happy reading😘
total 1 replies
Texhnolyze
Ceritanya keren banget, thor. Sangat menginspirasi!
Ava: aw.. makasiii. semoga ceritaku bisa menghibur temen temen. pantengin terus yaa😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!