"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADA YANG JANGGAL
"Rey, jangan seperti itu dong dengan Saka. Dia suamimu. Tidak baik sikap kamu ketus seperti itu." ucap mamaku.
"Apa mama tidak dengar? Pertanyaan konyol yang mas Saka lontarkan itu! Mengapa dia berkata seperti itu, mau sebentar atau lama, yang penting Kiara sembuh!" ucapku dengan kesal.
"Yah Rey, namanya juga orang sedang panik!" ucap mama yang sepertinya sangat membela mas Saka.
"Panik? Panik seperti apa yang mama katakan! Jika mas Saka panik, seharusnya dia tidak mampir ke rumah, untuk membetulkan kran yang sangat tidak penting!" ucapku yang sedikit lantang.
"Rey.----"Mas Saka akan berucap,
Namun tiba-tiba saja Kiara terbatuk. Aku langsung segera mengambilkannya minum.
"Nak, sayang, minum dulu." ucapku.
Dengan sok perduli mas Saka juga turut membantu memberikan minum untuk Kiara.
"Ma, pa." ucap Kiara.
"Iya sayang, ini bonekanya." ucapku sambil memberikan boneka panda.
"Kiara, ini papa sudah belikan ayam bakar, maaf ya lama." ucap mas Saka kepada putrinya.
"Mau pa. Tapi di suapin papa ya." ucap putriku.
Mas Saka pun mengangguk, aku langsung bangkit dari tempat dudukku. Agar mas Saka yang duduk di kursi untuk menyuapi Kiara. Sedangkan mama, aku perhatikan beliau hanya terdiam sambil menyaksikan aku dan mas Saka.
Tetapi siapa sangka, tiba- tiba saja mama langsung duduk di tepi ranjang samping mas Saka. Lalu beliau langsung meraih nasi dan ayam bakar dari mas Saka.
"Biar oma saja ya yang menyuapi Kiara ya!" ucap mamaku itu, sekilas aku mendengar bisikan mama kepada mas Saka.
Akhirnya mas Saka pun bangkit dari duduknya.
"Tapi oma. Kiara mau sama papa." ucap Kiara.
"Ssst, sudah sama oma saja, ya. Mama dan papa mau bicara dulu." ucap mamaku itu.
Aku menatap putriku yang hanya mengangguk saja. Mas Saka juga langsung menarik tanganku dengan pelan menuju luar, tidak ingin ribut-ribut di depan Kiara. Aku hanya menurut saja.
"Lepas mas.." ucapku sambil menepis tangannya.
"Rey, jangan kamu marah seperti ini dong. Sekarang kamu pikir, mama mertua meminta tolong masa iya aku tidak tolongin. Kan tidak enak Rey!" ucap mas Saka yang membahas kran bocor lagi.
Aku hanya terdiam sambil melipat tangan di depan dada.
"Rey, aku benar-benar tidak enak sama mama. Kita tahu diri dan sadar diri saja deh. Kita numpang di rumah mama. Semua makan dan keperluan, mama yang menanggung, masa mama meminta tolong untuk membetulkan kran saja aku tidak mau. Ya aku tidak enak Rey, itu namanya Aku tidak tahu diri." ucap mas saka lagi.
Pintar sekali dia berbicara. Padahal tinggal katakan saja jika dirinya sedang buru-buru. Tidak bisa atau apalah. Tapi ini kok sangat aneh. Mas Saka sampai rela pulang ke rumah hanya demi kran yang bocor.
"Menolong boleh. Berbalas budi kebaikan boleh! Tetapi lihat situasi dong mas, anak kamu lapar, sedang terbaring di rumah sakit. Menunggu kamu tidak kunjung datang-datang. Bayangkan saja. Dua jam Kiara menunggu. Jika aku tidak pulang, mungkin kamu juga belum selesai kan membetulkan keran itu. Bicaramu sangat pintar sekali. Kamu lebih mentingin keran atau anak kamu sendiri mas!!" ketus ku.
Mas saka meraih tanganku dan menciumnya.
"Iya Rey, iya. Aku akui aku salah. Maafkan aku." ucapnya.
Aku hanya mendengus kesal saja. Jadi saat mama berbisik ke mas Saka. Beliau menyuruhnya untuk meminta maaf lagi ke aku. Untuk menjelaskan agar aku tidak salah paham.
Heran, Mas Saka dengan mama sangat nurut sekali. Berbeda dengan aku, jika aku suruh atau apa pasti saja selalu jawab nanti, ntar, dan lain-lain bikin orang kesal.
Ya, aku tahu, mungkin mas Saka menghormati/menghargai mama sebagai ibu mertua, aku tahu itu, dan sangat paham itu. Tetapi agak sedikit janggal saja.
"Rey, kamu maafkan aku kan?" ucap mas Saka lagi.
Aku meliriknya sekilas. Dia tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi. Wajahnya Seperti tidak merasa bersalah dan menyesal. Ampun dah.
"Iya, aku maafkan kamu. Tapi ingat mas, aku tidak mau kamu lalai lagi. Anak kita itu penting." ucap ku lagi dengan masih sedikit kesal.
"Iya sayang, aku janji. Aku janji sama kamu, udah ya. Bicaranya jangan ketus lagi." ucap mas Saka kepadaku.
Dia pun langsung memeluk diriku. Setelah kami berbaikan, aku dan mas Saka kembali masuk ke dalam ruangan. Terlihat Kiara yang sangat lahap sekali makan nya.
"Sini nak, biar papa yang menyuapi," ucap mas Saka yang kembali mengambil nasi serta ayam bakar yang tinggal sedikit itu.
"Sudah biar mama saja. Lagian sekalian tangan mama kotor kok." ucap mamaku.
Mas Saka pun hanya bisa mengangguk saja.
"Oh ya Rey, memangnya sampai kapan Kiara di rawat? " tanya mama.
"Iya kata dokter sih hanya menghabiskan infus ini saja ma. Karena Kiara hanya kecapean aja." ucapku sambil melihat infus yang hanya tinggal sedikit.
"Wah, kalau gitu ini mah tidak lama lagi Rey, lebih baik kamu minta sama dokter untuk Kiara pulangnya besok saja. Agar cucu mama ini sehat dulu, "ucap mama.
Tetapi Kiara langsung menggeleng. "Kiara mau pulang aja oma. Kiara gak mau disini." ucap Kiara.
"Tapi nak, kamu itu harus benar-benar sembuh dulu, jangan takut, kamu tidak akan di apa-apakan kok." ucap mas Saka yang membujuk Kiara.
Aku sih setuju saja jika Kiara harus di rawat sampai keadaannya benar-benar pulih, tetapi putriku mau atau tidak?
"Tapi pa?" ucap Kiara.
"Sudah. Pokoknya kamu disini sampai sembuh dan badan kamu vit, nanti oma akan bicara kepada dokternya. Dan masalah biaya, biar mama semua yang Nanggung." ucap mama yang memang aku akui mama sangat sayang dan perduli kepada Kiara.
"Ya terserah mama saja kalau gitu.. Kamu mau kan Kiara?" ucapku sambil mengusap pucuk kepalanya.
"Tapi mama disini kan?" ucap putriku.
"Ya tentu dong, mama akan temani kamu disini." ucapku sambil mencium keningnya.
Mama pun bangkit keluar untuk bicara dengan dokter. Sedangkan aku dan mas Saka saling tatap.
"Lihat kan Rey, apa-apa mama. Aku menjadi tidak enak." ucap mas Saka.
Aku langsung menatap Kiara. Mas Saka itu selalu saja. Jika membahas apa-apa di depan anak.
"Mas. Tidak usah membahas yang lain, lihat ini Kiara" lirihku sambil melirik Kiara sekilas.
"Ya bukan Rey, aku hanya merasa tidak enak saja." ucap mas Saka lagi.
Aku hanya diam saja. Aku langsung memeluk putriku itu. Meskipun putriku sudah besar, tetapi aku sangat suka jika Kiara sedang berlaku manja kepadaku. Tidak terasa, padahal baru kemarin aku melahirkan Kiara. Namun anak ini sudah menjadi gadis kecil yang cantik.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek