Penyihir yang menjadi Buku Sihir di kehidupan keduanya.
Di sebuah dunia sihir. Dimana Sihir sudah meraja rela, namun bukan berarti tidak ada Pendekar dan Swordman di Dunia Sihir ini.
Kisah yang menceritakan pemuda yang memiliki saudara, yang bernama Len ji dan Leon ji. Yang akan di ceritakan adalah si Leon ji nya, adek nya. Dan perpisahan mereka di awali ketika Leon di Reinkarnasi menjadi Buku Sihir! Yang dimana buku itu menyimpan sesuatu kekuatan yang besar dan jika sampulnya di buka, maka seketika Kontrak pun terjadi!.
"Baca aku!!" Kata Leon yang sangat marah karena dirinya yang di Reinkarnasi menjadi Buku. Dan ia berjanji, siapa pun yang membaca nya, akan menjadi 'Penyihir Agung'!. Inilah kisah yang menceritakan perjalanan hidup Leon sebagai Buku Sihir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karya Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Sebaiknya kita istirahat dahulu. Ini sudah mau jamnya makan siang" Riley berbicara di tengah-tengah mereka. Memotong candaan yang tiada habisnya.
"Jadi, kapan belajar Mantra yang aku minta itu?" Rafael bertanya. Ia sudah sangat tidak sabar untuk mempelajarinya.
"Setelah pekerjaan ku selesai ya..." Kata Riley. Ia tersenyum ramah sembari mengacak-ngacak rambut Rafael.
"Bagaimana dengan Nel? Apa kau juga mau belajar teknik itu?" Riley bertanya kepada Nel. Ia ingin memastikan apakah Nel juga tertarik dengan Mantra nya.
"Tentu saja. Tidak akan kubiarkan Rafael menguasai Mantra yang aku tidak tahu. Biar aku mengetahui kelemahan dan kelebihan Mantra itu, maka aku wajib mempelajarinya"
Jawab Nel panjang lebar. Ia benar-benar jenius. Mengambil kesempatan dalam pelatihan nanti. Benar-benar memiliki jiwa petarung.
"Wah... Ternyata kau pandai menyiapkan strategi ya. Rupanya kau tidak akan membiarkan Rafael mengambil gelar juara, bahkan kau yang ingin mendapatkannya"
Kata Riley. Itu jelas pujian untuk Nel. Yang dikatakan Riley membuat Rafael sedikit cemburu. Entah mengapa kali ini perasaan itu mendatanginya. Padahal sebelumnya ia belum pernah merasakan nya.
Mereka tertawa bersama. Menghilangkan kelelahan satu sama lain. Mengenal karakteristik dari setiap orang. Membuat mereka semakin lebih dekat.
Begitulah Kelas Riley saat itu. Dipenuhi dengan candaan.
Menyisakan suasana sunyi ketika mereka semua telah pergi. Kembali seperti awal ketenangan hutan.
Mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Walau katanya jam makan siang sebentar lagi, tetapi Rafael tidak melupakan Master nya.
Tentu ia ke-kamar hanya untuk membawa Leon bersamanya.
Sampai lah ia. Dengan ragu ia bukan pintunya. Ia berharap semoga Leon kembali ber-antusias.
Krieeett.
Berdiri sosok Leon di sana. Dengan tangan di lipat depan dada, senyuman yang biasa ia tunjukkan. Mata yang kembali bersinar. Menandakan mood-nya telah kembali.
"Lama sekali kau" Kata Leon. Rupanya ia sudah menunggu Rafael.
Rafael tersenyum. Ia tahu, kesedihan hanya berlaku sementara bagi Master nya. Itu membuat Rafael sedikit lebih percaya diri, tidak merasa sendirian lagi.
'Maaf menunggu lama... Soalnya Riley mengajarkan Mantra baru kali ini' Batin Rafael. Ia mengambil Buku nya. Sembari menceritakan apa yang terjadi selama pelatihan.
Terkecuali tentang bahwa Riley mengetahui Rafael memiliki dua Mana dan anak yang dipilih oleh God of Light. Kalau lah saja Leon berada disana, pasti Leon sudah menyadari nya, bahwa Rafael dipilih oleh God of Light. Sangat disayangkan.
"Berarti kau sudah memiliki Mantra baru?" Leon bertanya. Mereka menuju keluar, sepertinya mereka ingin makan di kantin.
'Yah.. Begitulah.. Ku harap kau menyaksikannya. Aku sangat keren loh tadi~' Rafael membanggakan dirinya. Ia mengingat Meditasinya yang sampai berjam-jam.
"Emang apa yang kau lakukan?" Leon menyepelekan Rafael. Ia tidak percaya, walau ia tahu, pasti Rafael berbuat banyak, yang membuat Riley terkejut, hanya itu yang ia tahu. Bahkan dirinya saja dibuatnya terkejut.
'Aku tadi-' Omongan batin Rafael terputus. Nel memanggilnya. Nel sudah tampak duduk di kursi. Sepertinya ia telat. Tadi ia janji akan makan di kantin bersama nya sebelum menjemput Leon.
"Ah.. Maaf... Apa lama?" Kata Rafael. menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal sembari menarik kursi.
"Tak apa... Santai saja~" Sembari meminum jus jeruk. Ia sudah memesan makanan lebih dulu.
Mereka mengobrol-ngobrol. Membicarakan tentang sesuatu yang menyenangkan. Lihat saja Rafael, ia tersenyum manis.
'Hoho... Ia mampu membuat Rafael tersenyum sampai sebegitunya' Batin Leon. Dengan tidak bermaksud mendengarkannya kepada Rafael.
'Ha? Apa katamu?' Rafael menoleh. Di tengah-tengah pembicaraan mereka. Perkataan Leon membuat senyum Rafael hilang dengan cepat. Dan itu membuat Nel terkejut dan heran.
"H-ha? Apa maksudmu? Aku-" Omongan Leon terpotong oleh Nel.
"Ada apa?" Nel bertanya kepada Rafael. Melihat senyuman nya hilang secara tiba-tiba tentu membuatnya heran.
Mendengar pertanyaan itu, Rafael langsung mencari alasan yang bisa ia gunakan.
Tetapi sepertinya takdir sedang baik hari ini. Ia melihat Risver di arah yang sama. Itu bisa ia jadikan alasan.
"Risver!..." Sembari melambai-lambaikan tangannya. Ia sedikit canggung saat mengatakannya. Sebenarnya ia tidak pernah berteriak sebegitu kuatnya, apalagi menyebut nama orang.
Nel menoleh. Melihat Risver tentu membuat nya paham. Ia juga ikut melambai.
Melihat itu, Leon terkekeh kecil. Rafael sungguh lucu. Bisa-bisanya ia mencari alasan sebegitunya.
"Hai..." Kata Risver. Namun ia sepertinya tidak sendirian. Ia membawa seseorang, yang sepertinya lebih muda dari mereka semua.
"Siapa itu?" Nel bertanya. Ia baru melihat anak itu. Tapi tidak dengan Rafael, tentu saja, mana mungkin ia lupa dengan orang yang ia bantai sendiri.
"Perkenalkan... Ini Den" Kata Risver. Sepertinya Risver dengan Den adalah sahabat. Tetapi, tatapan Den kepada Rafael sedikit aneh, seolah ia masih ingin menghajar Rafael.
Rafael tidak merespon, ia melipat tangan depan dada. Ia sama sekali tidak menatap pecundang itu. Rafael menyebutnya pecundang.
"A.... Ada apa?" Nel melirik Rafael. Ia merasa Rafael bertingkah sedikit aneh. Biasanya Rafael akan ramah kepada teman baru, pikir Nel.
"Oh, kau belum dengar ya?" Kata Risver. Sembari menarik kursi. Seperti nya mereka akan makan satu meja. Mana lagi Rafael berdekatan dengan Den lagi.
"Rafael membantai seisi kamar kami. Bagaimana pun, itu salah kami. Dan sepertinya Den tidak terima itu" Risver menceritakannya dengan singkat. Ia menoleh ke Den.
Namun Den hanya memutarkan bola matanya. Sepertinya ia keras kepala.
"Oh... Ternyata kalian di B.A.N.T.A.I ya...." Kata Nel. Ia jelas memanas-manasin suasana yang sudah panas ini. Itu membuat Den menoleh padanya. Tatapannya jelas tidak ramah.
"Haha... Dasar Nel. Oi Rafael, mengapa kau seolah bermusuhan dengannya. Bukannya kau salah? Cepat minta maaf padanya"
Leon sedari tadi terkekeh-kekeh tanpa suara. Bagaimana tidak? Anak-anak kecil itu sudah menghibur pak tua.
'Apa?! Kau mau aku meminta maaf padanya?! Bukannya kau yang memintaku untuk menghajar mereka?!' Rafael melepas tangan depan dadanya.
"Ck!" Kata Rafael. Tanpa dijawab oleh Leon pun, Rafael akan melaksanakannya. Tak perlu ngomong dua kali, Rafael benar-benar setia dengan Leon. Leon tahu itu. Makanya ia tidak menjawab.
"Maaf..." Kata Rafael. Ia berdiri. Tapi, suaranya jelas penuh dengan keterpaksaan. Bahkan pandangannya saja tidak melihat mata anak itu.
Ia menyodorkan tangannya. Jabat tangan minta maaf adalah tujuan Rafael.
Den menaikkan satu alisnya. Ia merasa lebih tinggi karena Rafael meminta maaf padanya. Begitu juga dengan Nel, menaikkan satu alisnya. Namun tidak dengan Risver, ia malah mendukung tindakan Rafael. Itu karena Risver telah mengagumi Rafael sepenuhnya.
Tanpa jawaban, Den menerima jabat tangannya. Mereka terlihat terpaksa.
"Lalu, katakan padanya, ' sekarang kita berteman!' , dengan senyuman lebar menampakkan gigi!" Pinta Leon lagi. Itu membuat Rafael hampir menga-nga terheran.
Tapi, ia harus mengikuti nya, karena selama ini ajaran Leon tidak pernah salah. Jadi, apa salahnya mencoba nya, lagi pula itu akan memperbaiki hubungan mereka, pikir Rafael.
Dengan ragu-ragu ia mengatakannya.
"Sekarang kita berteman!" Kata Rafael. Ia juga menampakkan giginya. Seolah ia bukan orang bertipe dingin maupun cuek.
Namun itu tidak bertahan lama. Ia kembali duduk dengan muka memerah karena malu. Melipat tangan depan dada.
Leon mengangguk-angguk tersenyum. Membenarkan nya.
Den tercengang. Ternyata Rafael sama sekali tidak menganggap nya musuh, pikir Den.
"Pft!.. Bhahahahahahaha!!!!" Nel tertawa terbahak-bahak. Rafael terlalu tiba-tiba. Itu membuat Nel merasa geli.
Namun Risver tidak begitu, ia berbinar-binar. Sepertinya ia mendapat pelajaran baru dari idamannya.
"Mengapa tertawa?!" Tanya Rafael kepada Nel. Ia masih malu memikirkannya lagi.
"Aneh... Kau sangat aneh... pft... Hahaha!!" Nel tertawa lagi. Sepertinya baginya itu adalah hal yang lucu.
Sekarang meja itu dipenuhi dengan tawa. Seketika keadaan menjadi cair kembali. Rafael yang sudah tidak malu lagi, Nel yang memulai mencairkan keadaan. Dan Risver yang mendukung Nel mencairkan keadaan kembali.
Namun, Den masih saja gengsi untuk mengeluarkan suaranya. Walau jelas mukanya sudah mengulum senyum. Melihat Nel dan lainnya.
'Begini baru benar... Pertemanan anak muda... Walau aku tidak merasakannya saat masa lalu, tetapi, melihat nya saja membuatku senang' Batin Leon. Ia tidak berniat mengatakannya kepada Rafael.
Ia tahu, suaranya tidak akan terdengar oleh Rafael, itu karena saking gembiranya lah Rafael.
"Haha... Ha... Sakit perut ku... Udah... Ayo kita makan.." Kata Nel. Ia mengakhiri tawa semua orang. Lebih tepatnya, kedatangan makanan lah yang membuat tawa berhenti.
Mereka mulai menyantap makanannya. Den juga ikut-ikutan menyantap dengan lahap-nya.
"Omong-omong... Kalian ikut Turnamen Beginition?" Kali ini Rafael yang bertanya. Walau mulut nya masih mengunyah. Tetapi, ia harus segera membahas tentang ini.
"Tidak.. Bukannya itu hanya untuk anak yang bakatnya terlihat oleh kak Alea?" Kata Risver. Ia sembari mengunyah pahak ayam.
"Berarti, bakat kalian terlihat... Wah.. Hebat! Aku harap kalian menang!" Kata Risver penuh dengan percaya diri.
"Jadi... Kalau begitu, siapa lawan kami?" Kali ini Nel. Ia tampak sudah selesai makan. Mejanya sudah rapi.
"Turnamen Beginition itu adalah Turnamen yang diadakan oleh antar Akademi. Bukan hanya satu Akademi. Hanya saja, Akademi kita yang menjadi Tuan Rumah nya pada Turnamen kali ini"
Kali ini Den. Ia akhir nya memutuskan untuk memberanikan diri mengatakannya. Itu membuat Nel dan yang lainnya terkejut untuk sementara.
"Akhirnya kau mengeluarkan suara juga..." Kata Nel. Sepertinya ia berniat itu sedari awal.
"Oh... Jadi, kami akan melawan antar Akademi... Sepertinya menarik... " Kata Rafael.
'Kalau aku tahu ini sedari awal, pasti aku akan ikut, aku kira lawannya anak-anak lemah dari Akademi ini' Batin Rafael. Ia hanya tidak ingin melawan yang lemah.
"Dan Turnamen itu, hanya diselenggarakan satu tahun sekali" Den melanjutkannya. Tatapannya pada Rafael sudah mulai seperti biasa.
"Wah, Den, kau tahu banyak yah!.." Kata Risver. Sifat Risver juga telah berubah, bukan hanya kepada Rafael, tetapi kepada semua anak-anak. Ia tidak lagi arogant. Den menyadari itu.
"Kau udah banyak berubah ya... Semenjak kau bergaul dengan mereka, sifat mu yang keren itu menghilang"
Kata Den. Kali ini ia memutuskan untuk berbicara jujur dengan terus terang.
"Haha... Kau benar... Aku memang telah berubah! Aku sudah sadar..." Risver tersenyum menampakkan giginya. Ia sama sekali tidak keberatan menghilangkan sifatnya yang lama.
Rafael mengangguk. Ia sepakat dengan Risver. Begitu juga dengan Nel. Mereka ber tiga menyembunyikan tentang suatu kejadian yang hebat, Sihir Kegelapan.
"Omong-omong... Berbicara tentang Turnamen, katanya hadiahnya adalah sebuah alat Sihir yang sangat hebat" Den melanjutkan penjelasannya. Ia masih ingin memberi tahu tentang Turnamen kepada Rafael dan Nel.
"Nel, itu bukan dari keluarga mu, kan?" Rafael curiga, mana tahu keluarga Vin yang akan membuat hadiah nya.
"Kalau itu, aku juga tidak tahu" Nel tidak kepikiran soal itu. Yang dikatakan Rafael juga ada benarnya. Membuat Nel sedikit berfikir.
Kata Nel, itu bisa saja terjadi. Dia juga belum bertanya pada keluarganya. Jadi, bisa ada kemungkinan.
Setelah Nel mengatakan itu. Suasana menjadi hening di meja mereka. Semuanya sedang menikmati makanan masing-masing.
Pembicaraan ditutup saat itu. Tapi, tak lama setelah nya, Rafael membuka pembicaraan atas perintah Leon.
"Hei, coba kau tanya kepada mereka, apakah mereka mengenal tragedi kecelakaan di Perpus. Tentang Lauren, ini adalah kesempatan, semuanya sedang berkumpul"
Kata Leon. Kali ini ia bermaksud untuk menggali informasi lebih lanjut tentang Lauren. Ia ingin menyelesaikan urusannya dengan Roh Lauren.
Dan Rafael menuruti nya. Ia bertanya di tengah keheningan saat itu.
"Omong-omong... Apa kalian mengetahui tentang kejadian di Perpus Akademi ini? Tragedi kematian Lauren. Apa kalian tahu?"
Den tersentak. Pertanyaan Rafael seolah membuatnya teringat akan kenangan-kenangan yang sudah berusaha ia lupakan.