NovelToon NovelToon
Harem Putri Bunga

Harem Putri Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Bertemu Anak Kecil.

"Berapa batang yang Anda inginkan, Tuan?" Deana menatap pria yang memakai seragam putih. Pakaiannya seperti rombongan pendeta yang melewati arak-arakan waktu itu.

"Saya mau semua air bersih yang anda miliki, Nona." Dia menatap Deana dan melihat ke arah dua gentong yang ada di meja lapak Deana.

"Maaf Tuan, jika anda ingin semuanya, saya tidak bisa memastikannya, karena ada beberapa orang juga yang menginginkan air untuk diminum. Anda bisa menjelaskan secara rinci berapa batang yang anda inginkan? Saya memiliki air bersih beberapa batang lagi," jawab Deana sopan.

"Bagaimana jika saya menginginkan semua air yang ada dalam gentong itu?" tunjuknya pada gentong.

Deana menatap gentong itu. "Maaf Tuan, saya tidak bisa menjual air yang ada dalam gentong itu langsung semua, harga air kini sangat mahal bukan?" tolak Deana. Namun, dia cukup was-was, seorang pendeta pasti bisa merasakan aura permata essen, pasti pria di depannya ini tahu jumlah di gentongnya yang kecil ini sangatlah banyak.

Yap, Deana telah memasukkan Dua permata Essen ke dalam gentong, jumlah air akan terlihat samar dan sedikit. Tapi saat mengambil air, air itu tak akan pernah berkurang sampai 200 kali lipat jumlahnya.

"Bagaimana jika saya membelinya sebesar 5 Permata Essen?" tawar pria itu.

"Oh, maaf saya tidak bisa."

"Jika tujuh permata Essen?" tanyanya lagi. Deana tetap menolak.

"Baiklah saya akan membelinya 10 Permata essen dan ditambah dua sebagai ganti Permata essen yang ada di dalam gentong itu, bagaimana Nona?" tawar pria berpakaian seragam putih itu.

Deg! "Benar saja dugaanku, pria ini tau!" gumam Deana berpikir. "Baiklah jika begitu, berarti saya akan mendapatkan 12 Permata Essen 'kan? untuk satu gentong air ini?" tegas Deana memperjelas.

"Iya, Nona," balas pria itu.

Akhirnya semua air yang ada di dalam gentong Deana jual, hanya tersisa air di beberapa batang bambu yang di sandarkan di lapak meja.

Tak berapa lama, orang yang mengambil wadah tadi datang kembali, dia membeli semua air yang tersisa di batang bambu karena tadi Deana sempat menjual secara eceran beberapa batang bambu kepada beberapa orang.

Tepung ubi Deana juga habis. Dia mendapatkan 12 Permata Essen ratusan keping emas dan beberapa kantong koin.

"Kita harus segera membeli permata energi, permata Essen dan lainnya dengan koin dan keping emas ini!" Deana mengajak putri dan Jack berbelanja beberapa barang penting, lalu membeli permata Essen dan permata energi.

"Wah, akhirnya kita punya banyak stok! Sekarang kita akan pergi ke kantor konsumsi!" Deana, putri dan Jack pergi ke kantor untuk menerima biaya dan beberapa jatah untuk putri.

Saat Deana masuk ke dalam kantor kerajaan, Putri ditinggal dengan Jack, mereka menunggu di depan teras kantor pemerintah kerajaan.

"Jack, na tu na ni!" Jack tidak paham dengan apa yang dikatakan putri.

"Tu ti Jack!" Dia menunjuk, tetap saja Jack tidak paham bahasa putri. "Huh, dia mendengus kesal, berjalan pergi meninggalkan Jack.

"Putri, tunggu!" Jack mengejar putri, tapi karena merajuk putri terus berjalan, di depan ada jalan persimpangan, juga ramai, putri berbelok ke kanan, sehingga Jack kehilangan jejak putri.

"Huh kesal sekali! Jika saja aku bicara pada Deana, dia pasti paham!" Putri menggerutu kesal. Menendang angin.

"Eh, aduh!" Karena ramai, putri terdorong ke sana kemari. Dia sampai terjatuh dan merangkak mencari tempat yang tidak ramai agar tidak berpijak.

"Aduh!" Lutut dan tangan putri sedikit lecet karena terjatuh. Dia menepuk debu setelah berdiri, dan menoleh ke sumber suara.

"Ampun, ampun!" Ada seorang anak yang ditendang dan ditarik paksa oleh sekelompok anak-anak.

"Hei, na na tu kan nyak!" Putri berteriak. Dia berkata apa yang kalian lakukan? Mengeroyok satu orang lawan banyak? Akan tetapi, sekelompok itu tak paham bahasa putri.

"Huh, siapa kau, jangan ikut campur!"

"Hahaha, apa dia juga bocah yang akan di jual?" Salah satu anak laki-laki yang paling besar berkata.

"Sepertinya iya, dia pasti juga tersesat, mari kita jual untuk jadi budak, pasti bisa ditukar dengan 1 kantil gandum!"

"Hahaha! Benar!"

"Tak ti tua wal, ti nggak!" teriak Putri lagi.

"Hahah, kau bicara apa anak kecil, bicara saja tidak lurus!" Mereka mendekat.

"Ayo kita bawa mereka berdua ke perdagangan budak!"

"Eh ha!" Putri berteriak, mengeluarkan plakat.

Mereka saling lihat. Lalu berbisik jahat. "Hanya anak kecil, culik saja!"

"Kau mau mati dipenggal, lalu digantung di alun-alun kepalamu. Kita tidak bisa menyentuh seorang putri."

"Halah, tak ada pelayan ataupun pengawal di sisinya! Siapa juga yang tahu, ayo!"

Mereka menangkap putri dan satu orang anak laki-laki itu. Putri berteriak sambil menendang.

"Lan!" Putri mengamuk marah, mencakar, lalu menggigit tangan anak yang memegangnya. "Pas!" Putri melotot marah, mengeluarkan cahaya ke-emasan, sehingga anak-anak itu dengan reflek bersujud, lalu pingsan tak sadarkan diri.

"Ha pat!" Putri menarik tangan anak laki-laki itu, berlari menjauh dari sekelompok anak kecil yang menjauh. Bersembunyi di lorong kecil. "Ssst!"

Saat mereka bersembunyi, perut anak laki-laki itu berbunyi. Putri menoleh padanya dan melihat perutnya. Anak laki-laki itu kotor sekali, bajunya robek dan berantakan.

"Par?" Putri merogoh tas kecilnya, mengeluarkan roti gandum. "Ni!"

Anak laki-laki itu mengambil dan langsung melahapnya. Putri juga memberikan air yang ada di kantong kecilnya yang terbuat dari kayu, air itu tersisa setengah, mungkin hanya beberapa tegukan.

"Putri!"

"Putri!"

Kedua anak itu tertidur karena bersembunyi, tapi akhirnya Putri mendengar suara yang dikenal.

"Na, Jack!" Putri keluar.

"Putri!" Deana cemas sekali, karena dia pelayan darah, dia bisa mencium aroma tubuh Putri, sehingga dia bisa menemukan dengan cepat saat Jack menangis tak menemukan putri.

Deana langsung menggendong putri, membawanya dari sana, sementara Putri melupakan anak laki-laki yang di tolongnya itu dan membiarkannya tertidur sendirian di tempat persembunyian.

"Putri jangan pernah pergi sendirian lagi, itu bahaya!"

"Jack San!"

"Hamba mengerti Yang Mulia, tapi Tuan Muda Jack belum paham dengan apa yang anda katakan, jika anda kesal diam saja, jangan pergi, banyak orang jahat di musim gugur ini, mereka akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang dan makanan, berjanjilah Putri tidak akan seperti itu lagi." Deana berwajah sedih.

"Maf, na dih, tak gi tak!" Putri menggeleng, mencium pipi Deana, lalu memeluk pelayan darahnya itu.

Mereka bertiga pulang ke kediaman. "Kita akan menetap beberapa hari di kediaman dulu Putri, karena akan ada festival musim gugur bersama pendeta dan ksatria suci di altar gunung hijau."

"Ta gi?"

"Iya, sebagai putri, anda harus menghadiri acara persembahan tersebut," kata Deana.

"Li ta di ir?"

"Iya, air yang dibeli oleh pendeta rendah di pasar tadi, adalah salah satu sajian yang akan dipersembahkan di altar gunung hijau. Jadi, besok pagi-pagi kita akan bersiap pergi ke altar, untuk Tuan Muda Jack, anda di kediaman saja, anda belum berumur 9 tahun, jadi belum bisa di angkat menjadi suami secara hukum kerajaan, jika orang-orang tahu anda suami dari Patrem Binye untuk seorang Putri yang baru berumur 2 tahun, nyawa Anda dan Tuan Putri akan berada dalam bahaya."

"Iya, Kak, saya mengerti akan hal itu."

Putri benar-benar lupa dengan anak laki-laki yang diselamatkannya tadi, dia telah membersihkan diri, makan enak, bahkan kini telah tertidur pulas. Sementara di tempat persembunyian tadi, anak laki-laki itu menangis, dia tak menemukan keberadaan putri, dia hanya melihat tas kecil putri tergeletak sembarangan, tempat minum yang telah kosong.

Anak laki-laki itu memungut tempat minum yang terbuat dari kayu, memasukkan ke dalam tas kecil milik putri, ada lambang bunga yang cantik di tas itu. Dia memeluknya erat sambil menangis.

1
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Lina Hibanika
penasaran dengan kelanjutannya,, jangan lama-lama up nya ya author yg baik hati 🤗😉
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana aku kak🌹🙏🏻
total 1 replies
Lina Hibanika
ceritanya seru
Lina Hibanika
beuh ngaku koki kelas satu,, ga taunya sungguh mengecewakan 😒
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana saya ya🌹🙏🏻 semoga suka dan selalu menarik, up nya setiap sore atau malam ya🌹
total 1 replies
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!