Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali KKN
"Doain Kiky, ya--Bu." ia menyalam tangan sang ibunda, lalu meletakkan dipipi kanan. Ada banyak harapan yang hadirkan, dari restu dan doa sang ibunda, agar apa yang diinginkannya tercapai.
"Iya, hati-hati, dan jangan lupa, ingat pantangannya," wanita itu kembali mengingatkan. Sebenarnya ia merasa sangat berat melepaskan puterinya. Namun, keinginan Kiky begitu besar, sehingga ia tak ingin mematahkan semangatnya.
"Insya Allah, Bu. Semoga saja Kiky bisa menjaga pesan ini," gadis itu keluar dari mobil, lalu melambaikan tangannya pada sang ibunda.
Wanita itu menyambutnya dengan lambaian tangan, disertai seulas senyum yang dipaksakan, ya--iya sangat berat hati.
Andaikan boleh meminta, apakah tidak ada desa lain yang dijadikan tempat KKN? Mengapa harus desa Pahang? Tetapi itu semua keputusan dari kampus, dan takdir membawa mereka kemari.
Sang ibunda meninggalkan rumah kos, tampaknya ia sangat terburu-buru sebab ada hal penting lain yang ingin ia kerjakan.
Sepeninggalan ibundanya, gadis itu mengangkat sebuah vas bunga, tempat dimana mereka menyimpan kunci rumah.
ia sangat mudah menemukan benda kecil itu, sebab sudah memberitahu perihal akan kedatangannya, dan mereka terlihat sangat senang. Lalu meninggalkan kunci itu disana, agar Kiky dapat mudah untuk masuk kerumah.
Kemudian ia bergegas membukanya. dan sepertinya, para rekannya sudah pergi ke tempat kegiatan masing-masing, sehingga tak ada yang menyambutnya.
Ditambah lagi dengan diadakannya MTQ yang akan digelar sebentar lagi, dan mereka akan menjadi panitia dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang ada.
Gadis itu memasuki rumah. Lalu menyimpan tas ransel berisi laptop miliknya. Ia masih sedikit lelah karena perjalanan, namun mencoba menghubungi Yuli, untuk mengetahui posisi mereka saat ini.
Sementara itu, seseorang sedang memperhatikannya dari kejauhan, dengan tatapan yang sangat dingin.
Wajahnya terlihat murung, raut wajahnya terlihat kecewa, sebab targetnya masih sehat, dan itu tandanya, jika salah satu dari mereka, harus ada yang mati. Jika tidak, maka ilmu hitam yang sangat keji itu akan memakan tuannya sendiri.
"Hallo, Assalammualaikum, Kak Yul, posisi lagi dimana?" tanyanya pada Yuli, yang saat ini terihat sangat sibuk.
"Waalaikumsalam, Ky, kakak dan teman-teman dipusat desa, kamu udah nyampe, ya? mau kemari atau gimana? Biar dijemput," jawab gadis berhijab putih segiempat.
Suara terdengar sangat berisik. Ada banyak orang yang berlalu lalang.
"Kalau gak merepotkan, jemput kak, aku horor sendirian," jawabnya.
"Iya, bentar ya. Nanti bang Yudi yang jemput, kakak masih sibuk ini, lagi masak, buat makan siang panitia," sahutnya.
Deeeeegh
Mendengar nama Yudi yang akan me jemputnya, ia sedikit gugup. Entahlah, perasaan apa yang bersarang didadanya.
"Ya," jawabnya lirih.
"Ya, sudah. Kamu tunggu saja, bang Yudi udah berangkat. Udah ya. Kakak lagi meracik bumbu. Assalammualaikum,"
"Waalaikumsalam," sahutnya. Lalu panggilan terputus.
Kiky mengambil tas laptopnya kembali. Lalu bersiap untuk pergi, ia akan menunggu diteras saja. Lalu bergegas mengunci pintu.
Ia duduk dikursi teras. Pandangannya menatap sungai yang luas. Ada rasa takut merasuk didalam hatinya. Ia merasakan, jika mimpinya itu seperti berada tepat dihadapannya.
Gadis itu membuang pandangannya. Lalu menatap rumah-rumah warga. Ia merasa desa ini begitu sepi, sunyi, meskipun penduduknya lumayan banyak.
Bahkan dibagian dekat mushola, rumah-rumah cukup rapat. Namun entah apa, yang membuat desa ini seperti tidak hidup, auranya begitu suram, tanpa ada keindahan yang dipancarkan.
Tanpa sengaja, gadis itu kembali menatap sungai, dan dikejauhan. Ia melihat seorang pria sedang mendayung sampannya. Ia kembali menuju rumpun bambu, dan hal itu membuat Kiky merasa bergidik ngeri.
Ia merasa trauma, jika melihat pria itu. Meskipun tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menuduhnya, namun, kenyataannya adalah, ia menderita setelah memakan pulut inti kelapa gula aren darinya.
"Astaghfirullah," ia beristigfar, dan terus berdoa, memohon agar tidak ada kejadian buruk yang menimpanya lagi.
Tak berselang lama, ia melihat sebuah sepeda motor melaju ke arahnya. Ya, itu adalah Yudi, pemuda yang sudah ia taksir sejak lama, tetapi hanya sebuah perasaan yang ia pendam, tanpa berani ungkapkan.
Ia beranjak dari duduk, saat pemuda itu datang didepan rumah kos. Sikapnya datar, dan ekspresinya biasa saja. Sebab sepertinya, ia menganggap semuanya adalah rekan, tanpa terlibat perasaan didalamnya.
Gadis itu memakai tas laptop dibagian dada, sebagai jarak antara dia dan pemuda itu.
"Sudah lama nyampenya?" tanya Yudi basa-basi, saat motor sudah meninggalkan halaman rumah kos.
"Gak, paling sekitar setengah jam," jawab Kiky. Namun, jujur saja ia merasakan deguban jantungnya memburu.
"Bagaiamna hasil pemeriksaan dokter?"
"Hanya lambung biasa saja." jawabnya berbohong. Ia belum dapat mengungkapkan yang sebenarnya. Sebab tidak ada saksi yang melihat kejadian malam itu, dan ia takut akan me jadi fitnah, apalagi tinggal dikampung orang.
"Oh, jangan makan terlalu pesas, dan jangan telat makan, biar lambung aman," sahut Yudi.
Perhatian kecil seperti itu, membuat hati sang gadis serasa berbunga, dan ia merasakan jika hari ini, ada sesuatu yang sedang mekar dan tumbuh.
Sementara itu, motor melaju meninggalkan dusun, menuju pusat desa, tempat dimana mereka akan terlibat menjadi panitia MTQ.
Disisi lain, Fitri, dan Yuli sibuk membantu panitia untuk menyiapkan makanan.
Sedangkan Emy dan Andana, membantu menyiapakan berbagai persiapan untuk anak-anak yang akan ikut lomba qori, bersama panitia lainnya.
Sementara itu, Yayuk dan Darmadi mengajar anak-anak yang akan mengikuti lomba kaligrafi, dan membuat mal dengan lukisan yang indah.
Kiky dan juga Yudi tiba ditempat. Semua orang tampak sibuk. Sebab acara akan dimulai dua hari lagi, semuanya berjibaku dengan pekerjaannya.
"Ky, sini!" panggil Andana dengan nada kencang, agar gadis itu mendengarnya.
Kiky menoleh kearah suara tersebut, dan menghampirinya.
"Sudah sehat? Bagaimana hasil pemeriksaannya?" cecar gadis itu.
"Masih masa pemulihan," jawab Kiky, mencoba mengulas senyum, meski terasa berat.
"Sudah, jangan terlaku capek, gabung sama kita, kalau merasa gak kuat, duduk dan lihat-lihat saja," saran Emy, yang masih melatih anak usia tujuh tahun, tentang makhraj huruf.
"Iya, Makasih buat semuanya. Kalian emang baik banget," ucapnya dengan sungkan. "Selama aku berobat, apakah ada dosen pembimbing lapangan yang datang?" tanyanya dengan rasa was-was.
"Kabarnya hari ini datang. Nasib baikmu itu. Ntar kalau datang, pura-pura saja seperti gak ada kejadian. Pura-pura sibuk, pura-pura bekerja, pandai-pandailah gimana biar terlihat ikut andil dalam acara ini," sahut Andana.
"Inti pura-pura sok sibuk," sahut Emy, dan akhirnya mereka tertawa cekikikan.
Disisi lain, Atok Burhan baru saja merapatkan sampannya. Ia naik ke daratan, dengan membawa beberapa batang rebung dalam karung beras.
Wajah tuanya terlihat lelah, namun tak pantang menyerah, untuk melakukan kejahatan, sebelum akhir hayatnya.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...