Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Bayu merasa bersalah ketika melihat Yuni menitikkan air mata.
"Yun, kamu baik-baik saja kan? Maaf kalau aku sudah membuat kamu sedih. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu."
"Aku tidak kenapa-napa kok Bay. Justru aku sangat berterimakasih karena kamu begitu baik dan perhatian terhadap kami. Nanti, kalau aku punya rezeki lebih, insyaallah aku akan mengganti uang kamu," ujar Yuni yang merasa tidak enak terhadap Bayu.
"Yun, kamu jangan terlalu banyak pikiran ya, sebaiknya sekarang kita makan dulu. Nadira sayang sini sama Om," ujar Bayu dengan menggendong Nadira serta sebelah tangan menuntun Denis untuk membawa kedua Anak Yuni masuk ke dalam Restoran.
Setelah pesanan datang, Bayu memotong steak milik Denis.
"Terimakasih banyak Om," ucap Denis dengan tersenyum bahagia, lalu Denis makan dengan lahap, apalagi baru kali ini dia mencoba makan steak.
"Sama-sama jagoan. Denis makannya pelan-pelan ya," ucap Bayu dengan mengelus lembut kepala Denis.
Mata Yuni kembali berkaca-kaca melihat Denis yang makan dengan begitu lahap. Dia juga merasa tersentuh dengan perhatian Bayu terhadap kedua Anaknya.
Kenapa orang lain bisa lebih perhatian terhadap Anak kita, tapi kamu sebagai Ayah kandung mereka bahkan tidak pernah ada waktu untuk kami, Mas? ucap Yuni dalam hati yang selalu merasa kecewa terhadap Hendra.
"Ibu kenapa steak nya belum dimakan? Kalau Ibu susah motong dagingnya, biar Denis saja yang memotongnya untuk Ibu, tadi Denis sudah tau caranya saat Om Bayu memotong steak punya Denis."
"Tidak apa-apa sayang, Ibu potong sendiri saja. Denis makannya pelan-pelan ya Nak," ujar Yuni dengan tersenyum serta mengelus lembut kepala Denis.
Yun, aku tau jika di balik senyummu ada luka yang kamu sembunyikan. Seandainya saja aku bisa membalut lukamu dan menggantinya dengan kebahagiaan, ucap Bayu dalam hati.
Bayu mengambil piring Yuni, lalu dia memotong steak milik Yuni juga.
"Steak punya Ibu juga sudah Om Bayu potongin. Sebaiknya kamu mulai makan juga Yun," ujar Bayu.
"Makasih banyak ya Bay, aku gak enak selalu ngerepotin kamu."
"Seingatku dulu pernah ada yang mengatakan jika dalam cinta dan persahabatan tidak ada kata maaf dan terimakasih ya?" tanya Bayu.
Yuni tersenyum malu ketika mendengar perkataan Bayu, apalagi dia sendiri yang sudah berkata seperti itu ketika dulu Bayu selalu meminta maaf serta mengucapkan terimakasih kepadanya.
Setelah selesai makan, Bayu bertanya kepada Denis ingin melanjutkan bermain atau pulang, tapi Denis yang mengerti kalau Yuni masih banyak pekerjaan di rumah, tidak mau bersikap egois dan memutuskan untuk pulang saja.
"Om, kita pulang saja ya, kasihan Ibu masih banyak pekerjaan di rumah," ucap Denis.
"Nak, kalau Denis masih ingin main, tidak apa apa kok, kita masih bisa main sebentar lagi," ujar Yuni.
"Denis sudah puas bermainnya Bu. Terimakasih banyak ya karena Ibu sama Om Bayu sudah mengajak Denis sama Nadira datang ke sini."
"Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup Denis, Denis pasti tidak akan pernah melupakannya," ucap Denis dengan tersenyum bahagia.
Senyum Denis lenyap seketika pada saat melihat Hendra tengah tertawa bahagia bersama Lisa dan Bianca.
"Bu, bukannya itu Ayah? Kenapa Ayah ada di sini bersama dengan_" ucapan Denis terhenti karena dia tidak sanggup melanjutkannya, bahkan Denis langsung menangis memeluk tubuh Bayu.
Degg
Jantung Yuni rasanya berhenti berdetak, dia bagai tersambar petir di siang bolong ketika melihat kebersamaan Suaminya dengan Lisa dan Anaknya, apalagi Lisa notabenenya adalah mantan pacar Hendra.
Denis yang melihat Yuni menangis langsung berlari menghampiri Hendra sehingga membuat Hendra begitu terkejut.
"Ayah jahat, Ayah pembohong. Denis benci Ayah," teriak Denis dengan menangis serta memukuli Hendra.
Setelah melampiaskan amarahnya kepada Hendra, Denis langsung berlari. Bayu yang mencemaskan Denis pun berusaha mengejarnya.
"Yun, aku bisa menjelaskan semuanya," ucap Hendra dengan memegang tangan Yuni yang masih terlihat menangis.
"Sepertinya tidak ada yang perlu dijelaskan lagi Mas, karena semuanya sudah sangat jelas," ujar Yuni dengan melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Hendra.
Pada saat Hendra ingin mengejar Yuni, Bianca memegangi tangan Hendra sehingga membuat Hendra mengurungkan niatnya.
"Papi, siapa mereka? Kenapa Anak laki-laki tadi memanggil Papi dengan sebutan Ayah?" tanya Bianca.
Yuni kembali merasakan sesak dalam dadanya ketika mendengar Anak Lisa memanggil Hendra dengan sebutan Papi.
Kamu pembohong Mas. Kenapa kamu selalu menorehkan luka kepada kami? Ucap Yuni dalam hati dengan air mata yang terus menetes membasahi pipinya.
Yuni berlari ke luar dari Taman bermain dengan menggendong Nadira. Setelah sampai parkiran, dia melihat Bayu yang sedang menenangkan Denis.
"Jagoan tidak boleh cengeng, kalau jagoan cengeng, siapa yang nanti akan melindungi Ibu sama Nadira," ujar Bayu dengan memeluk tubuh Denis yang masih menangis.
"Om, kenapa Ayah tega sekali menyakiti kami? Kasihan Ibu, pasti Ibu merasa sedih. Denis juga sering melihat Ibu diam-diam menangis."
Hati Yuni kembali berdenyut sakit mendengar perkataan Anaknya, dadanya terasa sesak seperti tertusuk oleh ribuan duri ketika mengetahui jika Denis sering melihatnya menangis.
Dengan langkah gontai, Yuni menghampiri Bayu dan Denis setelah sebelumnya mengelap air mata yang terus berjatuhan membasahi pipinya.
"Denis sayang, kita pulang yuk Nak. Bay, kami pulang naik angkot saja ya, kami tidak mau terus-terusan merepotkan kamu," ujar Yuni.
"Yun, aku tidak akan mungkin tega membiarkan kalian pulang naik angkot, apalagi sekarang pikiran kamu pasti sedang kacau. Sebaiknya sekarang kita naik ke dalam mobil," ujar Bayu yang masih merasa kesal karena perbuatan Hendra yang selalu menyakiti Yuni dan Anak-anaknya.
Sepanjang perjalanan pulang, hanya ada keheningan di dalam mobil, karena semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Bayu menghentikan mobilnya setelah sampai di depan gerbang rumah Keluarga Hendra, tapi Denis terlihat enggan turun dari dalam mobil Bayu.
"Denis, sekarang kita turun ya Nak, kasihan Om Bayu nya mau pulang," ucap Yuni.
"Bu, bisa tidak kalau Denis ikut Om Bayu saja? Denis tidak mau ketemu sama Ayah lagi."
"Nak, Denis jangan berkata seperti itu ya, Ayah pasti punya alasan kenapa Ayah tidak bisa mengantar kita," ujar Yuni.
"Iya, Ibu benar. Alasannya Ayah lebih memilih mengantar orang lain dibandingkan dengan kita. Denis sudah besar Bu, Denis sudah mengerti jika perbuatan Ayah telah menyakiti hati kita."
Yuni hanya bisa menangis mendengar perkataan Denis, dan Bayu mencoba menenangkan Denis dengan memeluknya.
"Jagoan harus nurut sama Ibu ya, karena Surga itu berada di telapak kaki Ibu. Sekarang jagoan pulang dulu. Nanti, kalau Om libur kerja, Om bakalan ngajak Denis jalan-jalan lagi," ucap Bayu dengan mengusap lembut punggung Denis.
*
*
Bersambung
emang agak lain pak Ibrahim ini
semangat thor
semangat thor asli kesel banget gue sama Hendra dia itu bukan bodoh lagi iiiiiiiiihhhhhhh kesel banget awas luu Hendra habis kau