Setelah mati karena habis usia, Lu Tian mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang pemuda miskin yang merupakan seorang lulusan ujian negara tingkat dasar di desa Yekhong.
Tidak ada harta, tidak ada ladang dan rumah tidak layak huni. Bahkan untuk makan pun hanya mengandalkan sayur liar dan air sumur.
Ditengah itu, bahkan peraturan pemerintah menambah beban nya untuk memiliki istri, jika tidak maka dia harus menjadi pekerja rodi?
Dengan kemampuan dan pengalaman nya sebagai orang kaya generasi pertama yang memulai dari tanah basah hingga teknologi maju. Lu Tian tidak khawatir untuk hidup, mendapatkan sistem yang hanya memperlihatkan statistik? Bukan masalah besar, gunung di desa ini penuh dengan sumber daya!
Tetangganya. "Awalnya dia hanya seorang sarjana rendah yang miskin, setelah memiliki istri dia mendapatkan uang banyak. Memberikan alasan itu hasil menjual herbal dari gunung? Saya sulit percaya"
#Dibuatawal17Agustus2025
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAS( BY.AR), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Sebuah tendang keras mendarat di bokong Sun Madang, membuat tubuh nya terlempar ke depan seperti anjing tersungkur.
"AAHH! Siapa bangsat yang berani menendang ku!?"
"Leluhur mu ini!"
Lu Tian menjawab dengan penuh amarah, lalu menghampiri dan menghajar Sun Madang lagi, dengan beberapa tendangan lagi.
"Lu Tian"
"Lu Tian"
"Lu Tian cukup!"
Kepala desa, Li Xicai dan beberapa orang maju untuk menahan Lu Tian.
"Lu Tian, kamu berani memukul ku?! " Sun Magang bangkit dan berteriak dengan marah.
"Berani, memang nya kenapa? kamu memang pantas di pukuli! Rumahku terbakar dan itu urusan apa dengan mu? Tapi kamu malah seenaknya menghina istriku?! Hari ini kalau aku tak patahkan kaki mu, maka jangan panggil aku Lu Tian!!"
Lu Tian benar-benar marah.
Sun Madang jelas-jelas sedang memecah hubungan nya dengan penduduk desa.
"Suamiku, sudah cukup... "
Lu Nian buru-buru maju, menarik lengan Lu Tian, matanya basah karena tersentuh sekaligus khawatir.
Suasana sekitar mendadak hening.
Semua warga menatap Lu Tian dalam diam, meskipun perubahan nya terlihat jelas. Dalam ingatan mereka dia masihlah seorang kutu buku.
Tak pernah mereka bayangkan, si kutu buku Lu Tian bisa meledak dan menjadi garang seperti itu.
Apakah ini masih seorang sarjana?
"Tak peduli apa yang orang lain katakan"
Lu Tian berkata dengan lirih, menatap Lu Nian dan merapikan sedikit rambutnya.
"Kamu adalah istriku. Selama kamu jadi istriku, maka tak seorang pun boleh menyakitimu."
Tatapan Lu Tian hangat, penuh kasih dan dalam.
Semua orang yang menyaksikan menatap ke arah Sun Madang, yang kini hanya bisa menahan rasa malu dan marah karena di permalukan di depan umum.
Sun Madang terkenal sebagai preman desa, tak ada yang berani melawan nya.
Tapi kali ini dia di hajar habis-habisan oleh Lu Tian dan bahkan tak bisa membalas satu pun.
Sun Madang menggeram marah. "Kamu benar-benar berani, Lu Tian!!"
"Tidak terima?"
Lu Tian menoleh perlahan, lalu mengambil cangkul yang tergeletak di bawahnya...
Lu Tian seperti siap bertarung habis-habisan sampai mati melawan Sun Madang.
Orang bilang yang lembek takut pada yang keras, yang keras takut pada yang nekat, dan yang nekat takut kepada orang yang tak takut mati.
Sun Madang selama ini terbiasa menggertak orang lemah, merasa dirinya selalu di takuti semua orang.
Tapi begitu melihat Lu Tian serius ingin menghajar nya habis-habisan, Su Madang langsung pucat dan mundur beberapa langkah karena panik.
"K-k-kamu Lu Tian, tunggu saja!! "
Setelah menggertak satu kalimat dia pun kabur seperti kelinci di kejar serigala.
"Suami... "
Lu Nian menatap suaminya dengan penuh penyesalan.
"Semuanya... Sudah habis. Makanan, pakaian... Tidak ada satupun yang tersisa." Padahal di rumahnya begitu banyak daging dan beras putih halus, tapi... Semuanya terbakar.
Ia masih yakin bahwa dirinyalah yang membawa kemalangan pada Lu Tian.
Kalau bukan karena dirinya, semua ini tidak akan terjadi.
"Tidak apa-apa, kalau sudah terbakar ya biarkan saja. Lagipula rumah itu memang sudah tidak layak huni."
Lu Tian tersenyum ringan, mencoba menenangkan istrinya.
Dia mengangkat satu dagu istrinya yang menunduk.
"Kita bangun rumah yang baru, rumah yang besar!"
"Tapi... " Lu Nian menahan sesak di dada.
Banyak barang dalam rumah yang terbakar dan tidak sempat di selamatkan.
"Tak ada tapi-tapian"
"Tak ada yang lebih penting dari nyawamu sendiri, harta bisa kita cari lagi, tapi nyawa hanya satu, tidak bisa di cari atau di beli lagi. Asal kita masih hidup, kita bisa mencari semuanya lagi."
Kata-kata yang tenang, tapi penuh kekuatan.
Kemudian Lu Tian menoleh ke arah warga yang masih berkumpul.
Warga-warga merasa sedikit bersalah karena sempat berpikir yang tidak-tidak kepada keluarga Lu Tian, dan terkhusus wanita muda. Pipi mereka merona, perlakuan dan ucapan Lu Tian sangat lembut. Padahal rumah nya terbakar karena istrinya, jika pria lain mungkin sudah marah-marah menyalahkan istrinya.
Tapi dia masih berbicara lembut dan menenangkan, jantung mereka sedikit berdebar dan pipi mereka panas. Lu Tian ini jika di lihat-lihat lagi lebih tampan dari pemuda desa lain, tubuh nya juga sudah tidak kurus lagi, malahan terlihat tonjolan otot di tangan nya.
Namun apa yang mereka pikirkan? Mengapa berpikir yang tidak-tidak di situasi seperti ini?
"Terimakasih untuk semua yang telah membntu hari ini. Dan bagi yang hanya datang untuk menonton, aku juga tidak marah. Tapi ingat, kalian boleh lihat keramaian tapi jangan ganggu istriku! Sekarang bubarlah!"
Setelah kerumunan orang berangsur bubar, Lu Nian dengan tergesa-gesa menjelaskan...
"S-suami, maafkan aku, setelah istirahat saat matahari sudah lewat siang (sekitar jam 2) aku pergi ke gunung berniat mencari sesuatu dan mendapatkan kelinci. Baru aku kembali sebelum sore rumah sudah terbakar. Aku yakin betul, api tidak menyala lagi setelah pagi hari. T-tapi... Aku juga tidak tahu kenapa rumah bisa terbakar."
Lu Nian menjelaskan dengan sungguh-sungguh.
"Aku tahu"
Lu Tian berjalan pelan ke arah puing-puing rumah yang terbakar.
Ia terlihat sedang melihat sesuatu di antar reruntuhan.
Bibi Zhang dan suaminya, anaknya Zhang Lei dan temannya Kui Long serta ketiga istrinya menatap apa yang di lakukan Lu Tian.
"Jika semuanya benar-benar terbakar, maka pastinya akan ada sesuatu yang tersisa seperti pisau yang aku beli tempo hari, dan di rumah kita memiliki banyak daging, seharusnya ada bau hangus dari pembakaran daging... "
"Suami... Apakah" Lu Nian cepat tanggap dan mulai mengerti, apakah sebenarnya ada yang berniat jahat?
Lu Tian mengangguk. "Sun Madang pelakunya"
"Ya benar, Sun Madang pelakunya" ucap Zhang Lei dan di angguk-i temannya nya Kui Long. Merekalah sebenarnya orang yang menarik Lu Tian tadi untuk menceritakan nya, di karena kan mereka masih remaja dan merasa takut menyimpan rahasia itu. Mereka memberi tahu Lu Tian di tempat sembunyi.
Bibi Zhang menatap anaknya dengan cukup tajam. "Jika kamu tahu Sun Madang pelakunya, mengapa tidak bilang saat banyak warga tadi?"
"Ibu, aku juga tadi ingin langsung bilang jika aku melihat Sun Madang adalah pelakunya. Namun Kak Lu melarang nya."
"Benar Bibi, saat ini dengan kesaksian mereka berdua yang masih setengah dewasa dan anak-anak, tidak akan banyak yang mempercayai nya. Kita memerlukan bukti yang kuat."
Bibi Zhang mengangguk-angguk, "lalu, apa yang akan kamu lakukan?"
Lu Tian melihat ke arah Bibi Zhang dengan lebih serius. "Bibi, saat ini aku izin menitipkan ketiga istrimu untuk istirahat di rumah mu" dia berhenti untuk melihat respon Bibi Zhang.
"Tidak perlu minta izin, rumah kalian terbakar, aku akan tolong!"
"Lalu... "
***
Maaf guys, telat update~
Niatnya mau double, tapi tadi buntu, terus jadi ke IG, terus ngantuk, terus tidur~
cerita mu selalu ditunggu kakak, semangat😍
semangat kakak ~
semangat kakak