"Sayang, kita hanya dua raga yang Allah takdirkan bersama melalui perjodohan. Kalau saja aku nggak menerima perjodohan dari almarhum Papamu, kau pasti sudah bersama wanita yang sangat kau cintai. Mama mertua pasti juga akan sangat senang mempunyai menantu yang sudah lama ia idam-idamkan. Tidak sepertiku, wanita miskin yang berasal dari pinggiran kota. Aku bahkan tak mampu menandingi kesempurnaan wanita pilihan kalian. Sayang, biarkan aku berada di sisimu sampai nanti rasa lelah menghampiriku. Sayang, aku tulus mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, hingga hembusan nafas terakhirku."
Kata hati terdalam Aisyah. Matanya berkaca-kaca memperhatikan suami dan mertuanya yang saat ini tengah bersama seorang wanita cantik yang tak lain adalah Ariella, Cinta pertama suaminya. Akankah Aisyah mampu bertahan dengan cintanya yang tulus, atau justru menyerah pada takdir?
Cerita ini 100% murni fiksi. Jika tidak sesuai selera, silakan di-skip dengan bijak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran berujung tuduhan
Aisyah membekuk di tempatnya dengan tangan yang bergetar setelah menampar Lia.
"Astagfirullah, apa yang baru saja aku lakukan?" gumam Aisyah dengan ekspresi tak menyangkanya. Ia meneguk salivanya lalu melirik Lia dengan tatapan kosongnya.
Lia yang melihat kehadiran Rayyan, langsung memanfaatkan kesempatan untuk memutarbalikkan fakta. Ia menangis dan berpura-pura menjadi wanita yang tersakiti.
"Hiks, kenapa anda menampar saya Nona?" ucap Lia memperlihatkan ekspresi sedihnya dengan tangan yang masih memegang pipinya yang merah.
"Maaf, aku nggak sengaja. Kalau saja kamu nggak merampas handphone saya, saya nggak akan berbuat sejauh ini," ucap Aisyah dengan lembut namun matanya dipenuhi binar ketakutan.
"Ada apa ini?" tanya Ana baru saja tiba di depan pintu dengan Adam dan Ariella yang berada di belakangnya.
Rayyan segera menggeser tubuhnya dari pintu, agar tidak menghalangi pandangan Ana, Adam dan Ariella.
Apa yang dia lakukan di sini? Dia selalu saja membuat keributan di mana pun dia berada.
Adam melirik Aisyah dengan mata tajamnya. Wajahnya sangat datar dan dingin. Aura pria berahang tegas itu begitu menyeramkan. Aisyah membalas tatapan tajam Adam dengan mata sendunya.
"Sekretaris Mas Adam mencegah Aisyah Ma. Dia juga merampas handphone Aisyah di saat menghubungi Rayyan."
Aisyah mengatakan dengan apa adanya. Hal itu membuat Lia panik hingga menggelengkan kepalanya cepat.
"Nggak Nyonya, Nona Aisyah bohong. Saya mengizinkannya masuk, hanya saja saya memintanya menunggu sebentar. Untuk handphonenya saya nggak bermaksud merampasnya, hanya saja saya khawatir panggilan dari Nona mengganggu urusan penting di dalam. Itupun saya sudah memberitahunya berulang kali," ucap Lia menjelaskan apa yang terjadi dengan tatapan meyakinkannya.
Ariella tersenyum smirk melirik Lia seakan tahu jika wanita itulah yang sebenarnya berbohong.
Menarik sekali... Kita lihat Aisyah, sampai mana kau bisa membela dirimu dari tuduhan wanita licik ini!
Ana yang pada dasarnya sudah tak menyukai Aisyah, langsung percaya dengan perkataan Lia. Wanita itu menatap Aisyah dengan tajam dan menusuk.
"Aisyah! Kamu ini ya!" ucap Ana memarahi Aisyah dengan nada tertahan.
"Ma, percayalah Ma. Justru dia yang berbohong, demi Allah Ma," ucap Aisyah menyakinkan Ana dengan mata berkaca-kacanya.
"Diam!" Bentak Adam tiba-tiba membuat Aisyah dan yang lainnya menoleh kepadanya.
"Mas," ucap Aisyah dengan lirih seakan berputus asa melihat Adam.
Suaminya itu selalu saja tidak mempercayainya walaupun ia berkata jujur. Adam keluar dari pintu ruangannya mendekati Aisyah, lalu melihat istrinya itu dengan tatapan menusuknya.
"Jangan pernah membawa-bawa Tuhan dalam kebohonganmu, Aisyah. Kau harusnya malu dengan pakaianmu yang tertutup ini!" ucap Adam dengan pelan namun penuh penekanan.
Kemarahan Adam pada Aisyah membuat ketiga wanita yang menyaksikan hal itu tersenyum samar. Ketiganya sangat senang melihat Aisyah dimarahi oleh suaminya sendiri.
Kau nggak akan bisa mengalahkan ku ataupun Nona Ariella, wanita miskin! Semuanya sudah jelas, jika semua orang memihak kepada kami.
Lia memperhatikan suami istri itu dengan mata yang sesekali melirik Ariella. Tatapan keduanya bertemu, seakan menyiratkan sesuatu yang sulit dipahami orang lain. Kedua wanita licik dan manipulatif itu saling melempar senyum samar smirknya.
"Mas, percayalah padaku... Aku datang ke sini bersama Mama dan Ariella, hanya saja tadi aku ketinggalan lift. Itu sebabnya aku tertahan di sini," ucap Aisyah berusaha membujuk suaminya dengan tatapan berharapnya.
Adam menatap mata berkaca-kaca Aisyah tanpa mengatakan apa pun. Dia marah namun dia juga tak tega menghakimi istrinya yang lemah dan polos itu.
"Hai Bro," panggil seseorang membuat semua orang yang berada di sana menolehkan wajahnya secara bersamaan.
"Bram," ucap Adam tersenyum hangat melihat sahabat baiknya sekaligus rekan bisnisnya datang.
Adam meninggalkan Aisyah lalu melangkahkan kakinya menyambut Adam. Ana yang ingin membantah perkataan Aisyah mengurungkan niatnya, sebab tak ingin memperpanjang keributan di depan sahabat anaknya itu.
"Jangan macam-macam kamu ya Aisyah," bisik Ana memperingati Aisyah agar tidak membuat ulah.
"Baik Ma," jawab Aisyah dengan lirih sembari menundukkan wajah sendunya.
"Sudah lama ya, kita nggak ketemu dan kau makin tampan saja ya. Gimana kabarmu?" tanya Adam merangkul bahu Bram dengan akrab.
"Kau lihat sendiri, aku baik-baik saja dan aku memang sudah tampan dari lahir," ucap Bram dengan senyum percaya dirinya.
"Ah yang benar, ayo kita bicara di dalam," ucap Adam dengan raut wajah bahagianya membawa Bram masuk ke dalam ruangannya.
Melihat keduanya masuk, Ana dan Ariella pun ikut masuk. Sementara itu Aisyah masih diam di tempatnya sembari memperhatikan punggung suaminya.
"Nona," panggil Rayyan membuyarkan lamunan Aisyah.
Lia mengalihkan wajahnya memperhatikan Aisyah dan Rayyan secara bergantian. Lirikan datar dinginnya masih mengisyaratkan kekesalannya pada Aisyah.
"Iya Rayyan?" tanya Aisyah menatap Rayyan dengan tatapan bingungnya.
"Mari masuk, Nona," ucap Rayyan membalas tatapan Aisyah yang tampak kosong.
Rayyan mempersilahkan Aisyah, sebab dia tahu jika istri tuanya itu wanita yang pemalu dan tidak enakkan kepada orang lain. Tak heran kenapa orang-orang sering kali meremehkan Aisyah hingga menghinanya.
Aisyah menganggukkan kepalanya sembari tersenyum kecil menanggapi ajakan Rayyan. Lia yang melihat Aisyah lolos dari semua yang ia rencanakan, hanya bisa mengepalkan tangannya tak terima.
Seharusnya mereka semua mengusir wanita ini, bukan malah membiarkannya masuk! Ah, menyebalkan... sia-sia usahaku ini!
Lia hanya bisa memendam rasa kesalnya sembari memperhatikan Aisyah yang masuk keruangan Adam.
Setelah Aisyah masuk, Rayyan tak langsung ikut masuk. Pria itu kembali ke luar menghampiri Lia dengan pintu ruangan Adam yang sudah tertutup.
"Hm." Dehem Rayyan menatap Lia dengan ekspresi dinginnya.
Pria itu memperlihatkan mata datarnya dengan satu tangan yang berada di saku celananya.
"Tu-tuan?" ucap Lia yang awalnya kesal mendadak menjadi gugup.
Wanita itu terlihat tegang dengan memancarkan raut wajah ketakutan. Ia sangat tahu seperti apa sikap Asisten kesetiaan Adam itu. Pria dingin dan arogan itu selalu tegas dan membuat semua karyawan takut padanya.
"Jangan pernah mengulangi hal ini lagi, jika kau masih berada di sini!" ucap Rayyan dengan datar namun penuh ancaman.
Lia yang mendengar hal itu meneguk salivanya dengan susah payah. Kini ia merasakan berada di posisi Aisyah yang terpojok karena ulahnya.
"Maafkan saya Tuan, saya janji nggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi," ucap Lia dengan cepat sembari sembari menahan tubuhnya yang sedikit gemetar.
Rayyan hanya melirik Lia sesaat lalu kembali masuk ke dalam ruangan Adam. Melihat Rayyan sudah masuk, Lia pun menghembuskan nafas leganya.
"Wanita sok suci, aku nggak akan melupakan kejadian hari ini!" gumam Lia dengan mata yang dipenuhi bara amarah.
Lia yang lelah berdiri kembali ke meja kerjanya. Ia membersihkan dirinya yang sedikit berantakan.
"Sialan, wajahku sampai berbekas seperti ini..." gumam Lia begitu geram dengan tangan yang menyentuh bekas tamparan Aisyah.
biasanya kl cerita bgini wanita nya berusaha upgrade dri sendiri jd lbih baik dan gk bucin serta ngemis bnget jd serunya dpt saat peran lelaki jatuh cinta ma wanita nya.
kl sprti aisyah ini jd gk greget, krn wanita nya cm sibuk caper biar diperhatikan tp gk upgrade diri sendiri.
mungkin krn merasa dah dpt laki kaya.
hrse upgrade masak gk punya kemampuan apa apa selain caper ma suaminya. jd model busana muslim kah, ndesain baju khusus busana muslim atau apapun yg bisa buat bisnis.
tp aisyah kn mikirnya dapatin hati suaminya, biar di cintai dan tanpa kerja dah hidup enak selamanya 🤣.
kl gk demi harta pasti aisyah milih pergi dng elegant drpd ngemis cinta.
demi apa coba demi bisa menang biar gk di cerai lah. kl cerai balik miskin lagi.
knp gk mencoba Berubah jd wanita sukses tnp ngemis ke lelaki. gk mandiri blas. hrse Berubah biar bisa di banggakan kl bersanding dng Adam. tp mau Berubah gimana skil gk punya, pendidikan gk mumpuni, walau Dr desa dan pendidikan gk mumpuni kl punya skill dan sukses akn jd kebanggaan juga.
tp aisyah kn gk kerjaane tiap hari cm caper ke Adam biar gk di cerai makane mlh jd ilfil.
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
ariella mau sama adAm karena hartanya , jadi gak heran lihat pelakor mana mau dia hidup susah.
coba kl pinter cerai mumpung blm punya anak trus mandiri blas dng kesuksesan tp kl mampu sih 🤣🤣🤣.
pling gk demen karakter cewek yg ngemis cinta, krn yg bucin aisyah si istri bukan si suami.
kl mengandal kan kepintaran dan otak baru bisa.
tp sayang aisyah gk punya keahlian yg memukau jd ya mnding cerai lah drpd mengemis sprti itu.
tp gk tau aisyah bertahan krn apa berharap jd Cinderella 🤣..
jmn sdh Berubah yg mengandal kan kepolosan bisa menang.
coba buktikan kl bisa sukses tanpa harta Bara baru keren dan bisa membungkam mereka yg jahat.
kl wanita pinter walau gk punya harta tunjuk in kl masih punya harga diri yg tak bisa di injak.