NovelToon NovelToon
Om Aslan Ini Ketiga Anakmu

Om Aslan Ini Ketiga Anakmu

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Penyesalan Suami / Menikah Karena Anak / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ayumarhumah

Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.

Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.

Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.

Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.

Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Empat

Aslan pun segera memeluk tubuh kedua anaknya itu sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

  "Kalian berdua, bersama Tante Nivea dulu ya, Om mau jenguk Abang ke rumah sakit," ucap Aslan sambil memeluk keduanya.

  Rasanya baru kali ini ia merasakan hangatnya tubuh si kecil yang dari dulu ia abaikan bahkan dirinya tidak pernah menemani hari-hari penting mereka.

   'Maafkan Papa Nak ... Papa memang pantas mendapatkan hukuman ini dari bundamu,' batinnya lalu mulai melepas pelukannya.

  Aslan pun kembali menoleh ke arah Nivea, untuk berpamitan dan menitipkan mereka berdua. "Nak, titip mereka ya," ucap Aslan.

  "Itu pasti," sahut Nivea.

  ☘️☘️☘️☘️☘️

 Aslan mulai menaiki mobilnya kembali, supir sudah melaju dengan kecepatan tinggi agar segera sampai ke tempat tujuan, tidak menunggu waktu lama mobil yang di tumpangi oleh Aslan berhenti di res area rumah sakit.

Aslan turun dari mobil dengan langkah panjang namun berat. Hatinya berdesir hebat, bahkan telapak tangannya terasa dingin padahal matahari sudah mulai muncul sehabis hujan tadi. Matanya langsung tertuju pada bangunan rumah sakit bagian resepsionis, karena di sanalah anak yang tak pernah ia dampingi kini terbaring sakit.

  "Mbak mau tanya pasien anak atas nama Arjuna di kamar mans?" tanya Aslan.

  "Bentar dulu ya Pak aku cari dulu," sahut pegawai rumah sakit.

  Setelah mengecek data anak yang di sebut oleh pria dihadapannya itu perawat pun mulai memberi tahu.

   "Atas nama Arjuna, berada di ruang anak lantai dua," ucapnya penuh dengan keramahan.

  "Baiklah kalau begitu terima kasih," sahut Aslan.

Aslan mulai melanjutkan langkahnya, saat ia melangkah masuk. Aroma khas rumah sakit langsung menyeruak, perpaduan antara antiseptik, udara dingin dari pendingin ruangan, dan jejak-jejak kelelahan dari para orang tua yang berjaga di ruang tunggu.

Aslan memandangi lorong putih yang panjang, penuh dengan papan petunjuk dan suara roda ranjang yang kadang berdecit. Jantungnya berdegup makin keras saat ia melihat tulisan. Unit Perawatan Anak – Lantai 2.

Ia pun menekan tombol lift, dan seolah waktu melambat, setiap detik di dalam kotak besi itu menjadi tamparan atas tahun-tahun yang telah ia sia-siakan. Tujuh tahun. Dan baru hari ini dia datang, bukan sebagai Om Aslan yang mereka kenal akan tetapi sebagai Ayah yang sedang merindukan anaknya, meskipun nantinya dia harus berhadapan dengan ibunya.

Ketika lift terbuka, langkahnya mulai goyah. Ia menyeka keringat dingin dari pelipisnya, lalu berjalan pelan menyusuri lorong. Setiap langkah mendekatkan dia pada ruangan yang katanya ditempati Arjuna, putranya. Tapi benarkah dia masih pantas disebut ayah?

Di depan kamar bernomor 212, ia berhenti.

Lewat kaca kecil di pintu, ia mulai menyapu pandangannya, karena di ruangan ini bukan hanya ada satu kamar saja melainkan banyak kamar, Aslan pun mulai memberanikan langkahnya untuk mengecek satu persatu di setiap kamar yang hanya di beri pembatas gorden besar berwarna hijau muda itu.

Aslan memejamkan mata sejenak, ketika ia mulai menemukan kamar yang di tempati anaknya. Hatinya memberontak untuk lari. Tapi bayangan pelukan hangat kedua anaknya tadi menghentikannya.

  Ia menyibak gorden tersebut dengan pelan lalu melihat tubuh kecil itu terbaring tak berdaya diatas ranjang rumah sakit dengan selang infus yang menempel di pergelangan tangannya, Aslan tidak tahu lagi harus berbuat apa tatapannya di penuhi oleh semburat penyesalan bahkan ia sempat berpikir apa masih pantas di panggil seorang ayah.

   "Arjun maafkan Papa," lirihnya pelan, membuat wanita di samping ranjang itu mendengar samar suaranya.

Seketika Anika menoleh. Wajahnya menegang. Ia berdiri perlahan, seolah tak percaya dengan siapa yang kini berdiri di balik pintu itu.

"Aslan?" ucapnya lirih.

Suasana mendadak beku.

Aslan menunduk dalam-dalam.

"Aku... aku dengar Arjuna sakit. Aku tahu aku tak layak berada di sini. Tapi izinkan aku... hanya melihatnya, walau dari jauh," ucap Aslan dengan nada yang bergetar.

Anika mencoba untuk memberanikan diri menatap wajah pria yang ada di hadapannya itu, meskipun sulit akan tetapi dirinya berusaha untuk siap, hatinya terasa sakit melihat pria itu menampakkan wajahnya, akan tetapi dunia menuntutnya untuk tidak egois.

Karena yang ia pertaruhkan bukan masalah hati, akan tetapi menyangkut kesembuhan anaknya yang selama ini memang rindu akan belaian kasih sayang seorang ayah.

"Kau yang di nantikan, mungkin kedatanganmu menjadi obat penyembuh baginya," ucap Anika dengan nada yang tercekat.

"Nik, maaf ..." sahut Aslan menggantung.

"Masuklah dan temui dia," ucap Anika lalu mulai pergi ke luar.

Anika mulai lari ke luar ruangan dia tidak sanggup menyaksikan semua ini, dia tidak bisa akan tetapi semuanya ia lakukan demi buah hatinya.

Jangan bilang dia wanita yang tidak mandiri ataupun kalah dengan keadaan, karena menerima kehadiran Aslan. Dia sudah berjuang sendiri selama tujuh tahun dan dia pun juga tidak pernah mengemis apapun, hanya saja ia tidak bisa tegas ketika sang anak mulai terbaring lemah dan yang di nantikan bukanlah siapa-siapa melainkan seorang ayah yang sudah lalai selama ini.

"Aku lemah ... Ternyata aku lema jika itu menyangkut anak-anak ...," tangis Anika pecah.

Bersambung .

Kakak ... Kakak ... semangatin Anika yuk🙏🙏🙏🙏

 

1
Eka
marvin benar2 anak yg baik tdk gila sama krkuasaan dzn hartz lanjut thor jadihan selama ini sikembar sudah sangat menderita
Eka
atika terusteranglah kamu..
Eka
semoga malvin menyelidiki keadaan mereka dan membawa buah tangan yg sangat membantu kehidupannya
Eka
semoga selalu ada yg menolong dan melindunggi mereka ber3 dan secepatnya aslan menemukannya
Heryta Herman
waaah...ga ada hbs" nya ni teror balas dendam..apakah mereka semua lupa akan hukum tabur tuai??
segitu dendamnya orang" yg merasa diri kaya harta dan maha benar,hingga hilang rasa kemanusiaannya..
Heryta Herman
makin kesini makin aneh ga sih??
kejahatan yg di lakuakan mereka semua luar biasa,tdk adakah pihak beewqjib yg menangani dgn serius masalah ini...
terlalu teledor rasanya klo aslan masih bersikap santai seolah masalah yg di hadapi biasa" saja...
tapi balik lagi,terserah author lah yaa...🙂
Eka
srmoga aslan secepztnyz ketemu sama anzk2nya
Ayu
Tk kira in si kembar 3 cowok semua. tk tau nya Aruna itu cewek. Arjuna cowok. Arash cowok. gitu ya thor. br phm bc nya
Ayu
Crita mu bagus thor.. cm knp cpt se x si kembar di buat sdh bsr
blm lahir sdh umur 7 thn. knp gk 4 atau 5 thn. kan lg lucu2 nya
Ayu
Aslan psti akan menyesal bgt. di saat Anika tgh hamil dan punya anak. istri sendiri gk bs hamil. oh ya thor. knp bs Aslan meleceh kan Anika. apa krn mabuk atau obat lain
Siti Maulidah
ceritanya bagus sekali
TATI PUTRISOLO
aduh jd mewek thor
Dinatha
Anika.. sebagai seorang muslim yang mencoba iklas..
yuk rubah rumus mengapa menjadi "Alhamdulillah karena" InsyaAllah kita jadi lebih lega.. karena kita bisa sadar dan bersyukur bahwa ada yg lebih berat kondisinya dari kita sendiri
Dinatha
baju Koko Thor..
Diambil dari bahasa panggilan orang tionghoa "Koko" atau Abang dalam bahasa kita..
kalau kokoh.. maknanya jauh beda
Ambu Purwa
marvin itu anak angkatbya bukan anak aslan
Ambu Purwa
damai itu lebih baik demi anak2 yg butuh figur kasian selalu di bully teman2nya
Ambu Purwa
semangat bundanya kembar kasian arjun
Ambu Purwa
pertemukan saja kasian arjun
mars
anak2 umur 7 thun apa bisa sedewasa itu
Dinatha
berusahalah untuk ikhlas.
Karena itu merupakan QadArullah..
takdir dari Allah... ujian adalah cara Allah agar kita semakin dekat.
jangan berlama-lama tidak memenuhi kewajiban sebagai istri, jangan sampai Allah bersama malaikat melaknat kita.
Atau lebih baik tidak menikah sama sekali.. karena saat kata sah terucap.. hak dan kewajiban pasti muncul
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!