Tentang perjalanan hidup seorang gadis biasa saja. Hidupnya hambar dan tidak ada istimewanya. Dia, dulunya adalah gadis yang ceria Namun karena keadaan ceria itu hilang.
Manusia lain nggak pernah jahat, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri.
Setiap hari yang ia rasakan adalah sepi dan hampa yang selalu menemani.
Ada banyak pertanyaan dalam kehidupan gadis itu.
Akankah Gadis itu perlahan akan menjawab banyak pertanyaan rumit di kepalanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(15) Love Me
"Cintai aku sampai akhir, Rafael, apapun yang terjadi."
"Selamanya aku akan mencintai kamu, Aruna Syerana Haura."
Rafael dan Aruna yakin cinta mereka seperti bunga edelweis yang tumbuh langka di puncak gunung tinggi. Walau cuaca kacau, angin dingin, dan tantangan berat menghadang, bunga itu tetap kuat dan indah, begitu pun cinta mereka. Mereka percaya, seperti edelweis yang bertahan di tempat sulit, cinta mereka akan tumbuh semakin kuat meski diuji hal apapun.
Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, hal terpenting yang kita miliki adalah kehadiran dan dukungan satu sama lain. Saat suka maupun duka, saling hadir membuat kita kuat, tak merasa sendiri menghadapi masalah. Kehadiran itu memberi rasa aman, semangat, dan pengertian yang tak tergantikan.
Dengan komitmen itu, Rafael dan Aruna melangkah maju, yakin bahwa hubungan mereka bisa melewati segala tantangan, seperti bunga edelweis yang semakin cantik saat diselimuti kabut dan dingin.
Rafael berkata, "Cinta kita bukan hanya untuk hari ini atau besok, tapi untuk selamanya. Seperti edelweis yang tak lekang oleh musim, cintaku untukmu tetap mekar walau waktu berjalan." Aruna merasa tenang dan kuat dengan kata-kata itu, dan dia tahu bahwa cinta mereka adalah harta paling berharga yang harus dijaga dengan sepenuh hati.
Rafael dan Aruna berdiri di bawah langit senja, tangan mereka saling menggenggam erat. Di momen itu, mereka berjanji untuk saling mencintai hingga maut memisahkan. Janji itu lebih dari sekadar kata-kata, tapi ikatan hati yang dalam dan penuh makna. Cinta mereka bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk selamanya, melewati segala suka dan duka yang hidup berikan.
Mereka tahu perjalanan cinta tidak selalu mulus. Namun, Rafael dan Aruna yakin bahwa dengan saling percaya dan saling menghargai, mereka mampu melewati semua badai itu. Seperti akar yang menancap kuat di bumi, cinta mereka tumbuh kokoh, tak tergoyahkan oleh waktu maupun keadaan.
Dalam janji itu, mereka berkomitmen untuk selalu ada di sisi satu sama lain, menjadi tempat perlindungan saat dunia terasa berat dan menjadi sumber kekuatan saat lelah melanda. Mereka yakin bahwa cinta yang tulus dan penuh pengorbanan adalah kunci agar hubungan mereka tetap kuat dan abadi. Setiap hari, Rafael mengingatkan Aruna bahwa cintanya takkan pernah pudar. Aruna pun membalas dengan tegas bahwa dia akan selalu menjaga cinta itu.
Mereka sadar bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kebahagiaan, tapi juga tentang saling mendukung, memaafkan, dan berjuang bersama. Dalam setiap tantangan, mereka tak hentinya menguatkan satu sama lain, membuat cinta itu tumbuh semakin dalam. Janji "sampai maut memisahkan" bukan sekadar frase kosong, tapi pondasi yang menopang hubungan mereka.
Rafael jatuh cinta pada Aruna berkali-kali, setiap kali matanya menangkap senyum manis dan canda tawanya. Rasa cinta itu datang terus tanpa henti. Bukan hanya sekali atau dua kali, tapi berkali-kali, makin dalam dan kuat dari hari ke hari. Setiap detik bersama Aruna membuat Rafael merasa seperti pertama kali jatuh cinta, penuh kehangatan dan kebahagiaan.
Dia terkagum pada caranya Aruna memandang dunia dengan penuh semangat, bagaimana dia selalu memberi warna dalam setiap hal yang mereka lakukan bersama. Rafael sadar, cinta itu bukan sekadar rasa, tapi juga keputusan untuk terus memilih Aruna, tak peduli hari apa atau seberapa banyak rintangan menghadang. Dari tawa, dari cerita kecil, bahkan saat diam bersama, Rafael selalu menemukan alasan baru untuk mencintainya Aruna lagi.
Aruna mencintai Rafael sama seperti dia mencintai dirinya sendiri. Baginya, cinta itu bukan hanya soal memberi dan menerima, tapi juga tentang menghargai dan melindungi satu sama lain dengan sepenuh hati.
Aruna percaya bahwa cinta yang sejati mengajarkan keduanya untuk saling tumbuh, saling melengkapi. Aruna tahu bahwa mencintai Rafael bukan sekadar rasa, tapi komitmen yang sama pentingnya dengan mencintai dirinya sendiri.
Aruna percaya bahwa cinta ini adalah perjalanan dua jiwa yang bersatu, saling mengisi tanpa menghilangkan diri masing-masing. Mencintai Rafael adalah mencintai kehidupan, mencintai harapan, dan mencintai dirinya sendiri dalam wujud yang paling tulus dan hangat. Dengan Rafael, Aruna merasa lengkap dan diterima sepenuhnya, dan itulah makna cinta sejati bagi dirinya.
...•••...
"Aruna kenapa kamu tiba-tiba menjauh lagi? Aku ada salah?"
"Aku... Cuma lagi nggak paham sama diri aku sendiri, Raf. Seterusnya kita jangan bertemu lagi ya."
Rafael merasa kosong saat melihat Aruna pergi begitu saja. Ia bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat hubungan mereka kembali merenggang? kemarin mereka dekat, tapi kini jarak terasa begitu nyata. Rafael mulai menyadari ada hal yang ia lewatkan, mungkin kata-kata yang tak terucap atau sikap yang salah paham.
Setiap kenangan bersama Aruna seperti berputar dalam pikirannya, tawa, pelukan, bahkan perdebatan kecil yang dulu mudah diselesaikan kini terasa berat dan tak terselesaikan. Rafael merindukan kehangatan itu, tapi juga takut kalau bertanya malah membuatnya semakin menjauh.
Rafael sudah tahu Aruna tak mau bertemu lagi dengannya, tapi hatinya tak bisa diam. Hari itu, Rafael memutuskan untuk menemui Aruna di salon tempat dia biasa menghabiskan waktu. Walau tahu risikonya, Rafael berharap bisa bicara langsung, menyampaikan semua yang tak sempat diungkapkan lewat pesan atau telepon.
Rafael sampai di salon, pandangannya mencari Aruna yang sedang duduk di kursi dengan sikap tenang tapi wajahnya menunjukkan kelelahan. Rafael berdiri di pintu, ragu, tapi niatnya sudah bulat. Ia tahu mungkin Aruna belum siap, tapi dia ingin mencoba membuka jalan untuk memperbaiki hubungan mereka.
Rafael perlahan mendekat, suaranya nyaris bergetar saat menyapa, "Aruna, boleh aku bicara sebentar?" Aruna menatapnya, ekspresinya campur aduk antara ingin pergi dan mendengarkan. Tak mudah baginya menghadapi Rafael setelah semua yang terjadi, tapi ada sesuatu dalam suara Rafael yang membuatnya bertahan.
Mereka duduk berhadapan di ruang tunggu salon. Rafael membuka pembicaraan dengan jujur, "Aku tahu aku salah, dan aku mengerti kenapa kamu menjauh. Tapi aku ingin kita coba ngomong dari hati ke hati, Aruna. Aku nggak mau kehilangan kamu begitu saja."
Aruna menunduk, suaranya pelan, "Aku udah bilang sama kamu, kita nggak usah ketemu lagi." Rafael mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa memotong kata-katanya.
Rafael mendekat, tatapannya penuh harap. Ia ingin sekali mencium bibir Aruna, meyakinkan perasaannya yang dalam. Tapi tiba-tiba, Aruna sigap menunduk dan menghindar, wajahnya tampak ragu. Momen itu sunyi, letak jarak terasa makin jelas di antara mereka, meski keinginan Rafael begitu besar.
Aruna butuh waktu untuk menyembuhkan luka dan pikirannya yang kacau. Rafael pun mengerti, meski hatinya berkata lain, ia memilih menghormati Aruna. Kadang cinta juga soal sabar dan memberi ruang, bukan cuma menerjang suka dan rasa.
