Cinta Setelah Benci

Malam hari yang cerah di Namibia, Nicole duduk sendirian sambil memperhatikan ribuan bintang di langit. Wajahnya datar saat meletakkan kaleng minuman dingin yang sudah ia habiskan.

“Memang nggak pernah tentang aku kan? Papa, mama, dan sekarang Nando, mereka menginginkan kak Siena.” Nicole tersenyum sinis menertawakan dirinya sendiri.

Tak!

Ia melemparkan kaleng minuman ke dalam tong sampah. Lalu, kembali mengalihkan pandangannya ke langit.

“Bahkan setelah aku berusaha mati-matian untuk menjadi yang terbaik, aku tetap tidak pernah cukup untuk mereka.”

Dada Nicole sesak hanya dengan memikirkan semua fitnah yang selama ini mengurungnya. Ia hanya menghibur Erlan saat Siena pergi, dan kakak iparnya itu sedang terpuruk hebat, Erlan menyalahkan dirinya setiap hari dan tenggelam dalam penyesalan.

Ia hanya menunjukkan simpati pada Erlan dan berada di dekatnya, ia meyakinkan bahwa kepergian Siena tidak hanya salah Erlan tetapi juga salahnya. Ia hanya ingin penyesalan itu milik mereka berdua, bukan salah satu dari mereka. Namun, semua orang mulai menuduhnya berselingkuh dengan Erlan.

Thomas menyeretnya pulang di perayaan ulang tahun Erlan yang ketiga puluh, satu tahun setelah Siena pergi. Malam itu pertama kalinya ia mendapatkan tamparan dari ayahnya, dan untuk pertama kali kedua orang tuanya menatapnya dingin.

Entah siapa yang lebih dulu membuat fitnah itu sehingga semua orang mempercayainya. Lalu, secepat kilat semuanya berubah.

Hubungan keluarga Calliope dan Harrison memburuk. Thomas memutuskan semua kerjasama perusahaan dengan Harrison Group.

“Hai Nico,” satu tangan menyentuh pundaknya membawanya kembali ke masa kini.

Nicole menoleh dan mendapati Rain duduk di sebelahnya. “Hai,”

Rain membawa kentang goreng dan berbagai cemilan dari dalam, ia meletakkan di depan Nicole.

“Kamu harus mencobanya, perasaanmu mungkin akan mulai membaik. Lebih baik makan ini daripada minum banyak minuman bersoda.” Kata Rain acuh tak acuh melirik kaleng minuman yang bertumpuk di dekat Nicole.

“Kenapa kamu kesini?” Tanya Nicole heran dengan Rain yang tiba-tiba datang entah dari mana.

“Aku melihatmu keluar dari kamar dengan terburu-buru, jadi kupikir kamu sedang butuh seseorang untuk diajak bicara,” ujar Rain, ia ikut melihat langit malam yang dipenuhi bintang. Namibia memang selalu menjadi tempat yang cocok untuk menikmati keindahan langit.

Nicole diam saja, ia hanya ingin diam saat ini. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menenangkan diri.

“Nico, aku senang kamu menikah dengan kak Nando. Selama ini aku selalu sendirian kalau kak Nando sibuk bekerja, semua orang yang berteman denganku tidak ada yang tulus.”

“Aku juga akan sibuk Rain, tidak akan ada yang berubah sebelum atau sesudah kakakmu menikah.” Kata Nicole mematahkan harapan Rain.

Mendengar itu, alih-alih bersedih, Rain memasang senyum ceria. “Maksudku, kita setidaknya bisa berbagi keluh kesah. Aku hanya bayang-bayang dalam keluarga Caesar, tidak ada yang benar-benar melihatku.”

Nicole tercekat, tanpa sadar memutar kepalanya ke arah Rain. Ia tidak mengerti kenapa Rain bisa mengatakan itu padanya dengan riang tanpa beban.

'apa dia sudah terbiasa?’ yang Nicole ketahui tentang Rain adalah seorang gadis naif yang cerewet. Tapi, bagaimana kalau sebenarnya Rain juga punya luka tetapi tidak ada yang mempedulikannya.

“Ya, aku sudah terbiasa Nico. Aku sudah melakukan banyak hal untuk menjadi yang terlihat, tetapi mama, papa, kakek dan semua orang hanya menganggapku sebagai pengganggu.” Kata Rain menjawab pertanyaan yang ada dalam pikiran Nicole.

“Kok kamu tahu apa yang aku pikirkan?” Tanya Nicole, curiga Rain memiliki kemampuan membaca isi pikiran seseorang.

Rain terkekeh geli. “Apa yang kamu pikirkan baru saja tercetak jelas di wajahmu.”

Nicole mendengus, ia tersenyum tipis. Mengobrol dengan Rain ternyata tidak seburuk itu.

“Rain,”

“Ya,” Rain menoleh.

“Jika kak Siena ada disini apakah kamu akan berharap dia yang akan menjadi kakak iparmu?” Tanya Nicole, suaranya sedikit bergetar.

“Nggak juga. Kak Siena adalah seseorang yang tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari keluarga ini,” Rain menggeleng sambil menatap ke kejauhan, “dia berada di luar jangkauan Nando.”

Nicole termenung mendengarnya. Kenapa ia bisa lupa itu, Nando memang sangat mencintai Siena tetapi Siena tidak akan melakukan hal yang sama. Karena Nando adalah sahabat dari cinta pertama yang sangat dicintai oleh Siena.

Tetapi, Siena yang sekarang agak berbeda, dia bukan lagi orang yang sama.

“Bagaimana kalau hati kak Siena berubah?” Tanya Nicole tanpa sadar, ia meremas kuat ujung bajunya sebagai upaya menahan kecemburuan.

“Apa yang membuatmu berpikir demikian?”

'Karena kak Siena adalah orang yang berbeda.’ Nicole hanya menjawabnya dalam hati.

“Perasaan manusia bisa berubah-ubah kan?” Nicole menjawabnya dengan melempar pertanyaan juga. Ia tersenyum tipis menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya di dalam hati.

“Entahlah, Nico. Aku selalu menganggap kak Siena sebagai orang yang tidak bisa dimiliki Nando jadi aku tidak berharap dia akan menjadi kakak iparku.” Kata Rain lugas.

Nicole menatap Rain cukup lama, sekarang ia menyadari kalau Rain tidak bisa ditebak.

\=\=\=\=

Dalam kamarnya, Nando menutup room chat dirinya dengan Cindy. Wajah cantik Siena seolah berada di depannya sekarang, namun ia menggeleng dengan cepat.

“C'mon Nando, lupakan Siena.” Ujarnya menasehati dirinya sendiri, lalu meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia melirik ke pintu kamar mandi, kenapa Nicole masih belum keluar?

Nando melangkah lebar ke pintu kamar mandi. Ia mengetuk pintu sebelum bertanya. “Nico, kamu baik-baik saja?”

Tidak ada sahutan dari dalam, juga tidak ada terdengar suara air. Karena khawatir terjadi sesuatu dengan Nicole, Nando pun membuka pintu kamar mandi.

"kapan dia keluar?" monolog Nando tidak menemukan Nicole dalam kamar mandi.

Nando mengangkat bahunya acuh, lalu kembali ke ranjang. Tidak terlalu memikirkan Nicole, kalau dia tidak ada di kamar dan kamar mandi berarti dia sedang di luar sekarang. Mungkin sedang menikmati bintang.

...***...

...Like, komen dan vote....

...💗💗💗...