Obsession Deril

"Arghhhh br*ngs*k!" Arlan meninju tembok yang ada di sampingnya dengan tangan kanan.

"Siapa sih cowok yang sama Almira? Kenapa mereka dekat, dan ada hubungan apa diantara mereka?" Arlan terus saja berdialog sendiri, tapi ternyata dari kejauhan ada yang memperhatikan nya.

"Hemm menarik, gue harus ngajak dia kerjasama biar gue bisa ngejauhin cewek sialan itu dari sekitar Deril."

-----

"Kak Deril, Almira." Teriak Elsi memanggil nama pasangan tersebut.

Almira melirik ke arah Elsi dengan senyum yang mulai terukir di wajahnya. Sedangkan Deril hanya memandang tanpa ekspresi seperti biasanya.

"Hi El, selamat ulang tahun ya... Ini kado dari aku sama ini dari kak Deril." Ucap Almira memeluk Elsi sebagai basa basi, dan menyerahkan kado dari mereka berdua.

"Aahhh makasih yahhh udah nyempetin datang ke acara aku. Kak Deril juga makasih udah nyempetin waktu buat datang ke acara pesta kayak gini."

Alis Almira mengerut karena merasa aneh dengan ucapan tersebut.

"Emang kak Deril jarang ikut acara gini ya?" Tanya Almira penasaran.

"Bukan jarang lagi malah emang gak pernah datang, dan aku merasa bersyukur banget karena ultah aku kak Deril datang, pasti karena kamu ya?"

Mata Almira seketika terbelalak, dirinya menoleh ke arah Deril merasa gugup atas ucapan Elsi barusan.

"Enggak kok gak...." Belum selesai ucapan Almira deril sudah memotong ucapannya.

"Iya, karena dia datang, kalo nggak gue gak datang." Deril mengucapkan hal yang tak Almira bayangkan.

"Apa aku bilang pasti itu alasannya, hihihi" Elsi terkikik geli.

"Eh, yaudah kalian keliling aja dulu dan selamat bersenang-senang. Aku mau datangin yang lainnya dulu."

Almira dan Deril menyetujui perintah Elsi. Elsi pun pergi meninggalkan mereka berdua mulai berkeliling menyapa tamu-tamunya.

"Ikut aku yu!" Tangan Deril menarik Almira menuju teman-temannya tanpa menunggu jawaban dari Almira.

"Datang juga ni kapten kita." Seru Theo dengan nada jahilnya.

"Wihhh bawa siapa nih cakep bener? Boleh kali buat gue Der." Kali ini Alex sambil menaik turunkan alis mereka.

Theo memukul kepala Alex dengan tangannya.

"Lo rabun atau buta sih? Itu si Almira murid baru itu kali bego."

"Wah parah sakit anj*ng pala gue lo geplak seenaknya. Mana gue tau itu anak baru, soalnya dia dandan cantik kaya bidadari gitu." Alex memijat kepalanya yang kena geplakan Theo.

"Makanya kalo punya mata tuh di pake."

"Gue juga pake kali, cuman gak teliti banget."

"Emang rabun tuh mata."

"Mata lo kali yang rabun." Alex juga memukul belakang kepala Theo.

Almira hanya tersenyum lembut melihat tingkah Alex dan Theo yang tak berhenti bertengkar dengan semua tingkah konyolnya.

-----

Di balkon hotel yang menampilkan pemandangan lampu ibu kota yang berkilau, serta lampu kendaraan yang hilir mudik menandakan kehidupan di ibu kota tak pernah berhenti. Berdiri Arlan yang bersandar di pagar balkon. Tiba-tiba pundaknya di tepuk dari arah belakang.

Plakkk

"Hi, boleh gabung?" Seorang wanita melambaikan tangannya.

Arlan melirik ke arah samping melihat seorang wanita bergaun hitam yang fresh body, menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Kulit putih yang mulus untuk sementara membuat hati Arlan bergumam takjub.

“Wow siapa ni cewek? Cantik juga, meski tetep cantikan Almira sih.” Ucap Arlan dalam hati sedikit memuji penampilan wanita tersebut.

“Oh yah, boleh.” Jawab Arlan gugup.

"Kenalin gue Amora, temen sekolahnya Elsi." Tangan Amora terulur ke depan Arlan.

"Hi, gue Arlan sepupu Elsi." Arlan menerima salaman Amora.

"Oh lo sepupu Elsi ternyata, lo sekolah dimana?" Tanya Amora karena dirinya belum pernah melihat keberadaan Arlan ini.

"Oh gue sekolah di Bina Bangsa. Sekolah Almira dulu, eh lo tahu Almira kan?"

"Oh ternyata sesekolah, ya gue tahu. Gue liat-liat lo suka sama dia ya? Pas tadi liat dia berangkat sama cowok, lo keliatan gak suka." Tebak Amora yang sebenarnya hanya basa basi dan untuk meyakinkan juga.

"Yah, gue emang suka sama dia. Tapi, gue belum berani bilang karena takut di tolak." Mata Arlan tiba-tiba meredup.

"Hemmm lo mau milikin Almira?"

"Yah, tadinya sih mau cuman kayaknya dia udah punya cowok."

Seringai jahat terukir di wajah Amora. Dalam otaknya terbayang rencana yang akan membuat dirinya memiliki Deril.

"Lo mau kerjasama sama gue gak? Sebenarnya gue juga gak setuju Almira deket sama Deril."

"Oh namanya Deril. Eh, sebentar apa lo suka sama cowok itu?" Tanya Arlan pada Amora.

"Yah begitulah, tapi cinta gue tak sampai semenjak Almira datang ke sekolahan gue. Jadi gue mau ngajak kerjasama buat lo dapetin Almira dan gue dapetin Deril."

"Gimana caranya?"

Amora berbisik di telinga Arlan menyampaikan rencananya yang akan di jalan kan bersama dengan Arlan ini. Arlan pun tersenyum saat mendengar rencana yang Amora berikan.

"Oke deal."

"Sip bagus kita kerjasama sekarang."

Mereka berjabat tangan kembali, namun bukan untuk berkenalan melainkan untuk kesepakatan yang disepakati oleh mereka.