NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

Langit malam menggantung kelam di atas area laboratorium rahasia itu. Rerumputan liar terayun pelan tertiup angin malam, namun hawa di sekitar terasa mencekam. Tidak ada suara burung, tidak ada suara binatang malam. Hanya sunyi yang mencekam.

Di kejauhan, langkah kaki ringan tanpa suara menjejak tanah basah. Sosok itu bergerak cepat seperti bayangan. Dialah Alex Chu.

Dengan hanya membawa sebilah pisau, Alex menyelinap ke dalam pangkalan bawah tanah tempat laboratorium musuh berada. Tak seorang pun menyadari kedatangannya. Kamera keamanan lumpuh. Sensor gerak tidak bereaksi. Seolah dunia sendiri tidak ingin mengganggu langkah Alex Chu.

Di dalam bunker, para ilmuwan sibuk. Beberapa tentara berjaga, sebagian besar adalah pasukan elit bayaran, mengenakan perlengkapan berat dan persenjataan canggih. Mereka tidak tahu bahwa kematian sudah menyusup di antara mereka.

Alex muncul seperti hantu di belakang dua penjaga, satu gerakan, dua nyawa melayang. Pisau di tangannya tak bersuara, seolah tak menyentuh udara. Tidak lama, ia telah menembus ke ruang utama, tempat para ilmuwan dan petinggi organisasi tengah mengawasi proyek ilegal yang mengancam keamanan dunia.

Ketika beberapa penjaga menyadari kehadirannya, sudah terlambat. Alex bergerak seperti badai dalam senyap, tubuhnya melesat di antara bayangan. Peluru-peluru ditembakkan, tapi tidak satu pun menyentuh tubuhnya. Dia bergerak terlalu cepat, terlalu lincah. Seolah-olah waktu sendiri melambat di hadapannya.

Beberapa menit kemudian, seluruh ruang bawah tanah itu sunyi. Tidak ada perlawanan tersisa. Para ilmuwan dan petinggi yang masih hidup telah diikat dan dibaringkan di sudut ruangan. Mata mereka penuh ketakutan. Sosok Alex berdiri diam, wajahnya tanpa ekspresi, seperti patung dingin yang tak terpengaruh amarah ataupun belas kasihan.

Tak lama setelah itu, Kapten Leng Yuran tiba di tempat. Nafasnya terengah karena berlari menyusul setelah pertarungan sengit sebelumnya. Saat dia menuruni bunker dengan beberapa anak buahnya, dia tercengang. "Apa... sudah selesai semua?"

Matanya menyapu ruangan. Mayat berserakan, perlengkapan elektronik hancur, dan para ilmuwan—termasuk tokoh penting organisasi musuh—telah diamankan. Leng Yuran tidak tahu harus berkata apa.

Alex menoleh perlahan padanya. "Kalian turun saja ke titik evakuasi. Aku masih ada yang harus diselesaikan."

Leng mengerutkan kening. "Kau mau apa? Masih ada yang tersisa?"

"Tidak," jawab Alex. "Aku hanya tidak suka meninggalkan kotoran."

Dengan nada tegas namun dingin, dia menyuruh Leng dan pasukannya segera kembali. Tak banyak kata. Leng pun akhirnya menurut. Ia memerintahkan beberapa prajurit membawa para tawanan ke titik penjemputan.

Sesampainya di luar bunker, mereka mulai bergerak menuju titik penjemputan. Suasana sunyi, hanya suara alat komunikasi di telinga mereka yang kadang berbunyi. Kapten Leng berjalan paling belakang, sesekali menengok ke belakang, mencari jejak alex chu

“Semua anggota, lengkap,” lapor salah satu perwira.

Kapten Leng berdiri agak jauh dari mereka. Matanya menatap ke arah jalan setapak berbatu yang mengarah ke area laboratorium. Hatinya gelisah. Sejak tadi, Alex Chu belum terlihat kembali.

Dia bukan tipe orang yang butuh pengakuan. Tapi... misi ini terlalu berbahaya bahkan untuk satu regu penuh. Kenapa dia belum kembali?

“Kapten Leng,” panggil seorang prajurit, “kita harus bersiap naik ke heli.”

Leng Yuran masih mematung. Saat dia hendak menjawab, suara ledakan dahsyat tiba-tiba mengguncang lembah.

BOOOOOMMM!

Langit bergetar. Tanah seolah terangkat. Semua orang tersentak, menoleh ke arah ledakan. Dari kejauhan, tepat di tempat laboratorium berada, semburan api menjulang tinggi ke angkasa. Debu dan bara beterbangan. Suara alarm dan serpihan logam meledak satu demi satu membentuk irama kehancuran.

“Ya Tuhan…” gumam salah satu prajurit. “Itu… laboratoriumnya…”

Wajah Kapten Leng langsung pucat. Nafasnya tercekat.

“Alex Chu…?!”

Dia berlari beberapa langkah ke depan, menatap puncak ledakan dengan mata membelalak. Pikirannya mulai kacau. Apa yang terjadi? Kenapa dia masih di dalam? Apakah... dia mengorbankan diri?

Namun sebelum ketakutan itu menjerat hatinya terlalu dalam — dari balik kobaran api yang membelah tanah — sosok perlahan muncul.

Siluet itu berjalan pelan, langkahnya mantap.

Api menjilat di kiri kanan tubuhnya, namun tidak menyentuh kulitnya.

Bajunya masih bersih. Wajahnya… tetap datar, seolah tidak terjadi apa-apa. Di tangannya, pisau masih berkilau dalam bias api.

Dia berjalan keluar dari kobaran api seperti makhluk dari dunia lain. Tidak bernafas berat, tidak luka sedikit pun. Hanya sepasang mata dingin yang tak pernah berubah.

“...A-Alex…” bisik Kapten Leng.

Semua prajurit menoleh. Beberapa bahkan mundur satu langkah — bukan karena takut, tapi karena terlalu terkejut.

“Dia keluar dari ledakan itu… seperti bukan manusia…”

Alex Chu menghampiri mereka dengan tenang. Begitu sampai, dia hanya berkata satu kalimat.

“Sudah selesai.”

Tidak lebih. Tidak kurang.

Kapten Leng mendekat, menatap wajah pria itu dengan ekspresi tak bisa dijelaskan.

“Kau... meledakkan semuanya?”

Alex menoleh perlahan. “Tempat itu tidak pantas dibiarkan berdiri.”

Seketika itu juga, dia melangkah ke arah helikopter, melewati para prajurit yang diam terpaku. Tak satu pun dari mereka berani menghalangi langkahnya.

Kapten Leng masih berdiri di tempat. Matanya mengikuti punggung tegap pria itu hingga masuk ke kabin heli.

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!