"Pembalasan istri cupu" adalah cerita tentang seorang wanita yang telah lama merasa diabaikan dan tidak dihargai oleh suaminya. Namun, dia tidak lagi mau menjadi korban keadaan. Dengan tekad dan keberanian, dia memutuskan untuk membalas perbuatan suaminya dengan cara yang tidak terduga.
Dia mulai dengan meningkatkan penampilannya, mengembangkan bakatnya, dan membangun dirinya sendiri. Dia juga mencari dukungan dari orang-orang yang peduli padanya dan belajar untuk mencintai dirinya terlebih dahulu.
Pembalasan ini tidak hanya tentang membalas perbuatan suaminya, tetapi juga tentang menunjukkan dirinya sebagai wanita yang kuat dan mandiri. Dia ingin membuktikan bahwa dia tidak hanya menjadi istri yang patuh, tetapi juga seorang wanita yang berani dan berdaya.
Melalui perjalanan pembalasan ini, dia menemukan dirinya sendiri dan belajar untuk mengambil kendali atas hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Nurr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
“Mana?”tanya Diningrat ingin tahu foto mana yang disebut almarhum oleh cucunya ini.
“Ini..” tunjuk Bulan pada foto istrinya dan juga Poto Rina.
Amel tersenyum, begitu juga dengan Hadi.
Diningrat, “ini, Poto nenek dan Tante Rina, mereka belum pulang.”
“Hooo, pantesan gak ada!” Jawab gadis itu.
Amel tersenyum simpul, nama yang barusan ayahnya sebutkan tidak terlalu dia sukai.
Dia berdiri sambil menatap menata foto tersebut. Dan tiba-tiba, “Ada tamu ya?”tanya seseorang yang urus saja datang.
Semua orang mendengar, termasuk Bulan,
“Apakah itu nenek?”tunjuk Gadis itu kepada dua orang yang baru saja datang.
Semuanya tertegun, wanita yang 15 tahun lalu tidak begitu Amel sukai kini muncul di depannya.
Begitupun dengan dua wanita yang baru saja pulang shopping. Mereka saling diam, tak berani saling pandang satu sama lain, tapi mata mereka tertuju pada satu titik yaitu Amel.
“Amel!” Panggil wanita itu pelan.
Bibir Amel menyungging tipis, walaupun panggilan wanita itu pelan tapi telinganya tidak budek, dia bisa mendengar panggilan wanita itu.
Dia menatap lurus ke depan.
“Apa kabarmu nak?”tanya wanita itu, dia langsung menghampiri Amel, menyentuh kedua pundaknya, setelah itu, langsung memeluknya. “Akhirnya Setelah sekian lama kamu pulang, nak.”
Amel diam, tangannya tidak bergerak ataupun membalas pelukan dari wanita itu. Tapi pandangan amel tertuju pada Rina, wanita itu jelas tidak menyukai kedatangannya.
“Mama senang banget kamu udah dateng,Apakah kamu mau menginap?”tanyanya lagi sambil melepaskan pelukannya.
Lucu sekali, wanita yang dulu paling menyukai kepergiannya, tiba-tiba bertanya demikian. Amel kemudian mendekat, tapi sebelum dia bersuara tiba-tiba suara ayahnya memotong.
“Amel tidak menginap, dia akan tinggal bersama kita.” Jelas Diningrat pada sang istri.
Yang tentu saja membuat Rina dan juga ibunya menegang, apa tadi? Pengacau ini akan tinggal di sini?! Padahal mereka lupa, Amel adalah putri dari Diningrat cucu dari Hadi Diningrat!!
Sebelum istri Diningat bereaksi, tiba-tiba Rina menghampiri Amel. “Kak apa kabar?” tanya gadis itu, dia mengulurkan tangannya kepada Amel.
Amel menatap tangan itu, “kabar baik! Sangat baik.” Jawab Amel dengan senyum tipis, dan itu membuat Rina ataupun ibunya kesel.
Tiba-tiba Amel memeluk gadis itu, “apa kabar, adikku?! Sepertinya kamu semakin gemuk!”
Rina mengepalkan tangannya, dia jelas tidak menyukai wanita menyebalkan ini. “Kamu!! Untuk apa kamu datang?” Tanya Rina pelan, “apa kamu dibuang suamimu yang kere itu?"
Amel tertawa, "Apa kalian takut atas kedatanganku?"
Ekhemm.
Tiba-tiba obrolan bisik-bisik tetangga itu diputus oleh suara deheman seseorang.
"Halo everybadehhhhhhh! Sepertinya kangen-kangenannya bisa dilanjutkan nanti ya, perutku sudah sangat keroncongan! Aku takut mati kelaparan, bisakah kita lanjutkan makannya sekarang?" tanya Bulan, yang heran kenapa ibunya dan juga tante-tante itu malah saling bisik-bisik seperti ini, "Apa itu cara untuk melepas rindu kakek ?” tanya Bulan kepada Diningrat.
Diningrat tersenyum, "Ya seperti itulah orang dewasa melepas rindu!" Jawab lelaki itu, dia berharap Amel dan juga istri ataupun anak istrinya yaitu Rina, bisa akur.
Kemudian istri Diningrat, langsung menoleh kepada Bulan, "hai anak cantik. Sini peluk nenek." Dia merentangkan tangan tapi Bulan diam saja.
Membuat istri Diningrat, langsung mendekatinya dan mengelus pipinya dengan lembut. "Apa kabar nak? Nenek senang banget bisa ketemu sama kamu!"
Tiba-tiba dia memeluk Bulan ,membuat Gadis itu sesak nafas.
“Astaga!” Gadis itu memekik. “Sudah nenek, sudah. Aku sangat baik-baik saja nenek, aku juga seneng banget ketemu sama nenek.” Jawab gadis itu, bukan berarti dia senang bertemu dengan wanita ini, dia mengatakan itu agar cepat makan saja.
Sedangkan Rina dia menatap anak dari Amel. “Astaga! Udah ada buntut aja, makin ribet deh..”
Tapi..
“Halo tante!” Bulan mengangkat tangannya, meminta tos dengan tantenya itu.
“Hy!” Balas Rina sebel.
Hadi tersenyum melihat kekocakan yang ditimbulkan oleh cicitnya itu.. “Ayolah Bulan, Mbah khawatir, takutnya nanti kamu pingsan, gara-gara kelaparan.” jawab Pak tua itu, kemudian meminta Bulan untuk berjalan mengikutinya.
Bulan langsung meluncur mengikuti Mbah buyutnya, dia menoleh pada ibunya bergantian kepada Rina dan juga neneknya.
Sedangkan Diningrat, dia tersenyum kepada Amel, jelas dia sangat bahagia atas kedatangan anak durhakanya tersebut. “Ayolah kita makan, biar Bibi yang menyiapkan kamarmu!”
Amel mengangguk, kemudian dia mengikuti sang ayah.
Sedangkan Rina dan ibunya. “Kenapa wanita itu datang, ma? Aku benar-benar tidak suka sama dia!”
Tapi ibunya Rina, “udah jangan banyak ngomong! Ayo kita makan.” Keduanya kemudian mengekor menyimpan semua barang-barang di sofa, lalu menyuruh pelayan, untuk menyimpannya di kamar mereka.
Ckk, Rina berdecak, Padahal mereka sudah hidup tentram selama 15 tahun, Lalu kenapa tiba-tiba Amel harus datang lagi, “membuat repot saja! Sudah bagus dia minggat, Kenapa sih harus acara balik lagi ke sini?!” Batin Rina.
Sedangkan para pelayan kini sudah menyiapkan kamar untuk Amel dan juga anaknya yaitu Bulan Mereka berada di lantai 2 sama dengan Rina
“Kira-kira kedatangannya Bu Amel, mempengaruhi kekuasaan Ibu nggak ya?”tanya seorang pelayan kepada temannya.
“Entahlah!! Mungkin bisa jadi, sedikit terpengaruh, dari kabar yang beredar kan keduanya tidak terlalu akur ya,” jawab yang lainnya sambil menyiapkan semua keperluan Amel.
Di sana ada tiga pembantu, dan mereka dikuasai oleh istri muda Diningrat.
Sedangkan di ruang makan suasana cukup hening, setelah 15 tahun akhirnya Amel bisa duduk bersama dengan keluarganya, makan di tempat yang layak, makan makanan yang enak, makan makanan yang dimasakkan oleh pembantu.
Dan Bukan “Nah ini baru namanya makanan ibu!” Ucap Gadis itu sambil mengangkat ikan terbang yang ada di piring porselen mewah.
Amel terdiam, agak maklum ya soalnya kan Bulan ini di didik irit, biasanya kan mereka makan makanan murah seperti oncom, kangkung. Tahu tempe, dan jika ingin makan enak, Amel harus sembunyi-sembunyi, agar tidak ketahuan mertuanya. Walaupun dia hanya ingin makan ayam tepung, dia harus bersembunyi-sembunyi, agar tidak dicap pemborosan.
“Emangnya biasanya Kamu makan apa?”tanya Hadi, pada cicitnya itu.
Bulan nampak cemberut, “biasanya itu oncom kakek mbah. Biasanya kangkung, sampai bosan rasanya, tapi di sini Waahhhhhhh, ini sih kayak di restoran yang ada di TV itu! Dari ujung sana sampai ujung sini semuanya makanan enak, ini bukan properti kan Kakek Mbah? Ini semua bisa dimakan?”
“Ini bukan properti, semua ini bisa dimakan, Bulan bisa makan sepuasnya, saya bisa makan apapun! Dan pesan makanan apapun sama mbak,”
“Wah, ternyata rumah ini lebih keren dari restoran! Aku pasti betah sih tinggal di sini.” Ujar gadis itu, yang kini di tangan kanan dan kirinya terdapat dua macam makanan, di tangan kanannya ada ayam goreng, di tangan kirinya ada ikan goreng.
“Kampungan!” Gumam Rina yang makan dengan elegan.
Sedangkan Amel. ia hanya tersenyum melihat tingkah putrinya.
“Gadis itu!” Batin Amel.
Sedangkan suaminya di rumah, dia menunggu sampai malam, “ini mereka menantangku dengan kabur dari rumah ini? Mereka pikir aku akan mencari mereka?” Batin Nanda
Sedangkan ibunya, “tidak perlulah pikirkan mereka! Kalau mereka butuh sama kamu juga mereka akan kembali lagi! Emangnya mereka akan ke mana, mereka tidak punya tempat untuk dituju, sebaiknya kamu persiapkan pernikahan kamu dengan Riska karena lambat laun juga si Amel akan setuju kok, lagi pula dengan ada izin atau dengan enggak adanya izin dari si Amel kamu akan tetap menikah dengan Riska yang anaknya direktur, nggak usah ribet! Lebih baik kamu istirahat.”
Nanda kemudian masuk ke dalam kamarnya, dia menatap baju Amel yang masih tersimpan rapi di dalam lemarinya. “Kenapa sih dia harus nantang kayak gitu!” Batin Nanda. “padahal Apa susahnya Jika dia menerima pernikahan ini? Emang ribet Amel tuh!”