NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:530
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Pengkhianatan Yang Luar Biasa

Benda kenyal milik Tristan masih terus menelusuri bibir dan leher jenjangnya Liona. Kedua tangan Tristan masih menjamah dua gundukan milik Liona yang sintal. Peluh yang bercucuran di sekujur tubuh mereka membasahi gairah mereka. Jiwa mereka sudah dikuasai oleh gairah hawa nafsu yang membuncah sehingga membuat mereka merasa sulit sekali untuk menolak kenikmatan surgawi yang sesaat.

"Aakkhhh ...."

"Mmmppphhh ...."

"Faster Bee ... aaakkkhhh ...."

Menambahkan kecepatan hentakan demi hentakan penyatuan inti tubuh mereka yang menyalurkan birahi mereka hingga tubuh mereka bergetar hebat. Suara decitan tempat tidur yang besar di dalam kamar apartemennya Tristan menggema karena getaran dahsyat dari penyatuan inti dua orang yang sedang memuaskan nafsu mereka. Tristan mempercepat tempo gerakan pinggulnya di liang senggama milik Liona hingga mencapai puncak kenikmatan.

"Aaakkkhhh ...."

"Aaakkkhhh ...."

Erangan mendesah dengan sensual dari bibir mereka secara bersamaan telah menandakan pencapaian yang sangat nikmat dengan sesuatu yang hangat mengalir di sana. Tubuh Tristan yang masih kekar menindih tubuh biolanya Liona dengan menggunakan kedua tangannya yang menekuk sebagai penyanggah. Helaan nafas mereka terengah - engah saling bersahutan. Ketika mereka sedang mengatur nafas yang belum stabil, smartphone milik Liona berbunyi.

Kamu adalah segalanya bagiku

Kamu adalah belahan jiwaku

Cinta pertama tak pernah mati

Di dalam hidupku, selamanya ...

"Mengganggu sekali," ujar Tristan sambil menggantikan posisi tubuhnya ke posisi terlentang.

Tak lama kemudian Liona mengubah posisi tubuhnya. Mengambil smartphonenya yang berada di atas nakas sebelah kiri ranjang. Dia melihat tulisan Tuan Ricardo yang tertera di layar handphonenya itu. Menyentuh ikon hijau untuk menerima panggilan itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.

"Hallo Tuan, ada apa ya?"

"Liona, kamu di mana sekarang? Aku cari-cari di kantorku, kamu tidak ada," ucap Ricardo khawatir dan sedikit kesal.

"Aku mampir dulu ke apartemennya Tristan, Tuan. Sekarang aku ke sana," ucap Liona.

"Ya udah cepatan ke sininya!" titah Ricardo marah.

"Iya."

Tut ... tut ... tut .... Hubungan telepon itu diputus oleh Ricardo. Liona menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya, lalu menaruhnya ke tempat semula. Liona beranjak berdiri dari tempat tidur. Tristan menatap Liona dengan tatapan mata yang tajam karena dia lagi kesal sama Liona yang tiba-tiba mengakhiri kegiatan mereka. Tristan ingin seharian bersama Liona karena selama sepuluh hari dia tidak bertemu dengan kekasih hatinya.

"Kamu mau pergi ke mana?" tanya Tristan ketus.

"Aku mau pergi ke kantornya Tuan Ricardo," jawab Liona santai sambil mengambil pakaian dalamnya yang berserakan di atas lantai.

"Kamu kan sudah berhenti jadi sekretarisnya," ketus Tristan.

"Tapi aku harus mengurusi anak angkat barunya Mommy Ros dan Tuan Ricardo, Sayang," ucap Liona sambil memakai pakaian dalamnya.

"Memangnya siapa nama anak itu? Kenapa kamu mengurusnya? Kenapa mengurusnya harus pergi ke kantor Paman Ricardo?" rentetan pertanyaan Tristan sambil melihat Liona yang sedang memungut pakaiannya.

"Namanya Jennie, dia sekarang lagi sekolah pribadi di ruang kerjaku yang dulu," ucap Liona sambil memakai pakaiannya.

"Kenapa harus di sana?" tanya Tristan menyelidik sambil melihat Liona yang sedang berjalan menuju sofa panjang.

"Karena ruangan itu kosong, dan aku bisa menemuimu jika Jennie sedang belajar," jawab Jennie dengan nada manja sambil mengambil tas jinjingnya yang berada di atas sofa panjang itu.

"Sayang, kita menikah yuk," ucap Tristan lembut sambil beranjak berdiri.

"Maaf Tristan, aku belum siap untuk menikah," ucap Liona sambil berjalan menghampiri nakas sebelah kiri ranjang.

"Aku tak ingin jauh denganmu dalam waktu yang lama, Sayang. Kalau kita sudah menikah, kamu bisa ikut denganku jika aku tugas di luar," ucap Tristan lembut sambil berjalan menghampiri Liona.

"Bisakah kamu memberikan aku waktu untuk memuaskan masa lajangku selama lima tahun?" tanya Liona lembut sambil mengambil smartphone miliknya.

Tristan langsung memeluk pinggangnya Liona dari belakang, lalu berbisik, "Baiklah, aku tunggu."

Kamu adalah segalanya bagiku

Kamu adalah belahan jiwaku

Cinta pertama tak pernah mati

Di dalam hidupku, selamanya ...

Bunyi dering dari smartphone milik Liona. Tersenyum smirk melihat nama Ronald yang tertera di layar smartphonenya. Liona melepaskan pelukan Tristan, lalu berjalan menghampiri pintu kamar. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.

"Hallo Ro, ada apa?" tanya Liona sambil menghentikan langkah kakinya di belakang pintu kamar.

"Kamu sudah menghubungi pihak kepolisian wilayah kota Sant Moritz dan kota Alexandria?" tanya Ronald tajam ketika Liona sedang menarik gagang pintu kamar.

"Sudah, Mereka bilang jam dua siang datang ke mansion untuk menjemput Lucas dan aku sudah bilang ke Hendrik mengenai itu," jawab Liona mantap sambil menarik handle pintu ke dalam sehingga pintu kebuka.

"Baiklah kalau urusan penjemputan Lucas sudah kalian bereskan, Jennie sudah selesai belajarnya?" tanya Ronald ketika Liona berjalan keluar dari kamarnya Tristan.

"Aku belum tahu," jawab Liona santai sambil berjalan menuju pintu utama apartemennya Tristan.

"Memangnya kamu lagi di mana?"

"Di apartemennya Tristan."

"Memangnya Tristan sudah pulang dari Kanada?"

"Sudah."

"Salam untuk Tristan."

"Baik, nanti aku sampaikan."

Tak lama kemudian, sambungan telepon itu diakhiri oleh Ronald. Menjauhkan sebuah benda pipih berteknologi tinggi dari telinga kirinya. Menaruhnya di atas meja kerjanya. Pintu ruang kerjanya terbuka. Ronald melebarkan kedua matanya melihat sosoknya Annabelle yang sedang berdiri di ambang pintu. Dia terkejut melihat kedatangan Annabelle seorang diri.

"Boleh saya masuk?" tanya Annabelle masuk.

"Eh, iya, masuklah," ucap Ronald kikuk.

Tak lama kemudian Annabelle masuk ke dalam, lalu menutup pintu ruang kerja itu. Berjalan menghampiri Ronald yang sedang beranjak berdiri. Ronald berjalan menghampiri Annabelle untuk menyambut kedatangannya. Mereka menghentikan langkah kaki mereka ketika mereka saling berhadapan. Annabelle mengulurkan tangan kanannya ke Ronald. Ronald membalas uluran tangan kanannya Annabelle, lalu mereka berjabat tangan.

"Selamat siang Ronald," ucap Annabelle ramah.

"Selamat siang," balas Ronald ramah.

"Apakah kamu lagi sibuk?" tanya Annabelle sambil melepaskan genggaman tangan kanannya Ronald.

"Tidak, ada perlu apa? Oh ya, silakan duduk Anna," ucap Ronald sambil menurunkan tangan kanannya.

Sedetik kemudian Ronald berjalan ke tempat untuk menerima tamu. Annabelle mengikuti langkah kakinya Ronald. Ronald menduduki tubuhnya di sofa single. Sedangkan Annabelle menduduki tubuhnya di atas sofa panjang. Annabelle menoleh ke Ronald yang sedang menatapnya tajam. Seketika ada gelayar aneh di setiap relung hatinya. Annabelle. Annabelle langsung menepis perasaan itu dengan menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Kamu kenapa? Kamu lagi sakit kepala?" tanya Ronald khawatir.

"Ah ngga, aku baik-baik saja. Aku ke sini ingin membicarakan soal rekaman albumku. Apakah aku ditest vokal dulu?"

"Ooo ... soal itu. Pastinya iya, kamu harus melakukan test vocal. Nanti kamu ditest sama Daddyku. Sebenarnya kamu tinggal di mana Anna?"

"Sebenarnya aku tinggal di New York. Di mana perusahaan label Daddy kamu?"

"Di Los Angeles. Sebaiknya kamu hubungi aja Daddy aku. Kamu sudah punya nomor handphone Daddyku?"

"Aku sudah dapat."

"Kenapa kamu belum menghubunginya?"

"Aku sungkan."

"Kamu tak perlu sungkan. Telepon aja Daddyku."

"Permisi Tuan Ronald, nona Bella, sudah datang," ucap Eddy sopan yang sedang berdiri di ambang pintu dan menoleh ke Ronald.

"Suruh dia masuk aja Ed," ucap Ronald santai sambil menoleh ke Eddy.

"Baik Tuan."

"Siapa Bella?" tanya Annabelle menyelidik.

"Dia salah satu wanitaku," jawab Ronald santai yang telah membuat Annabelle terkejut.

"Kamu berselingkuh?"

"Tidak, Rachel sudah tahu hal itu. Memangnya kamu tidak tahu bahwa hubunganku dengan Rachel adalah sebuah perjodohan?" ucap Ronald santai sambil menoleh ke Annabelle.

"Hallo Sayangku," sapa Bella manja sambil berjalan menghampiri Ronald.

"Saya permisi dulu," ucap Annabelle yang merasa tak enak hati, sebenarnya dia datang ke sini untuk meminta Ronald membantunya mengobrol dengan Sean.

"Iya, hati-hati Annabelle," ucap Ronald sambil beranjak berdiri ketika Annabelle beranjak berdiri.

"Hai! Siapa nama kamu?" sapa Bella ramah sambil menoleh ke Annabelle.

"Saya Annabelle," jawab Annabelle sopan sambil mengulurkan tangan kanannya ke Bella.

"Saya Bella," ujar Bella ramah sambil membalas uluran tangan kanannya Annabelle, lalu mereka berjabat tangan.

"Saya permisi dulu, selamat siang," ucap Annabelle sopan sambil melepaskan genggaman tangan kanannya Bella.

"Iya, selamat siang, hati-hati ya Annabelle," ujar Bella sambil menurunkan tangan kanannya.

Annabelle hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari ucapan Bella. Annabelle mengarahkan tubuhnya, lalu melangkahkan kakinya ke pintu ruang kerjanya Ronald. Menutup pintu ruang kerjanya Ronald. Tersenyum sopan menyapa Eddy yang sedang menoleh ke dirinya di belakang meja kerjanya. Eddy membalas senyuman Annabelle. Menyusuri koridor di lantai tiga puluh lima sambil memikirkan hubungan asmara Rachel dengan Ronald.

"Itu sebuah pengkhianatan yang luar biasa," gumam Annabelle bermonolog.

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!