Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Punya Kamu
*****
Saat sebagian orang sudah keluar kantor, Jaka masih harus menghadiri meeting. Namun pria itu meminta Alya tidak perlu mendampinginya untuk mencatat MOM seperti biasa, karena Jaka ingin alias segera menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan padanya.
" Ya sudah. Saya ke ruang meeting dulu. Nanti istri saya datang. Katanya mau menemani lembur, Dia juga bilang mau bawa makanan buat kamu." Ucap Jaka.
Alya hanya mengangguk sambil tersenyum.
" Terima kasih Pak." Ucap Alya melihat pada Jaka yang menjauh darinya.
Jauh di dalam lubuk hati Alya, dia begitu kagum dengan hubungan rumah tangga bosnya dengan sang istri. Begitu manis dan penuh kasih sayang karena saling mencintai.
Jaka tipe orang yang dingin dan tidak banyak bicara, sangat tegas dan penuh wibawa. Sehingga Alya juga selalu berhati-hati dalam bersikap.
Namun berbeda dengan istrinya. Dara yang sangat ramah, mudah bergaul dengan orang dan cerewet. Sehingga Alya mengenal akrab istri bosnya itu yang kadang mengirim pesan padanya untuk menjadi mata-mata Jaka.
Mereka lebih dekat karena satu kejadian 2 bulan setelah Alya menjadi sekretaris Jaka. Sejak saat itu Dara selalu mencoba dekat dengannya, seolah memberi kenyamanan pada alias sebagai teman agar Alya tidak memiliki keinginan untuk berhenti dari pekerjaannya. Karena Dara telah percaya kepada Alya untuk menjadi sekretaris jaga yang benar-benar sekretaris secara profesional.
" Alya, kok melamun?" Tiba - tiba pundaknya ditepuk oleh Dara yang tersenyum lebar ke arahnya.
" Eh, buk... Sudah datang? Tapi Pak Jaka lagi meeting. Saya nggak ikut soalnya harus nyelesaiin beberapa hal buat besok pagi."
" Iya, Jaka sudah bilang kok. Saya tunggu di ruangan saja. Nih buat makan malam kamu, ada ayam rica-rica." Ucap Dara memberikan lunch box Nya kepada Alya.
Alya mengangguk sambil tersenyum.
" Ih, ibu repot-repot deh." Ucap Alia tertawa membuat Dara ikut tertawa.
" Lebay kamu. Harusnya ini tugas bos kamu yang harus perhatian sama sekretarisnya. Dibeliin makanan kek. Dasar kanebo kering, kaku nya minta ampun." Celetuk Dara mengejek suaminya.
" Ibu ini. Masak Pak Jaka diminta perhatian sama saya. Bisa-bisa di dampret sama orangnya sebelum dikasih perhatian." Alya tertawa lagi membuat Dara juga ikut tertawa lebih kencang.
" Kamu pucat gitu. Ini Jaka nggak melakukan kerja paksa ke kamu kan?" Tanya Dara memperhatikan wajah Alya yang memang terlihat sangat pucat.
" Enggak lah Bu. Memang lagi lumayan nggak enak badan aja nih Bu. Rama juga lagi cuti. Kasihan nanti bapak makin senewen. Dari tadi pagi aja udah senewen, tiap ada yang datang ke ruangannya teriak-teriak mulu." Jawab Alya.
Mendengar jawaban Alya barusan membuat Dara meringis dan merasa prihatin pada Alya.
" Ya, ya udah kamu makan dulu. Biarin kerjaannya begitu. Nanti kalau Jaka nanya biar saya yang tanggung jawab. Eh... Eit... Apa itu maksud cincin di jari manis?" Tanya Dara dengan tetapan memicing.
Alya tersenyum meringis menatap Dara dan mengusap jari manisnya.
" Saya ... Waktu cuti itu sebenarnya nikahan Bu." Jawab Alya.
" Ha? Yang benar kamu Alya? Kok nggak ada undang-undang kita sih? Ih parah kamu Alya. Gimana ceritanya? Siapa laki-laki yang beruntung itu? Ih saya jadi kesel deh nggak diundang sama kamu." Tanya Dara memberikan Alya pertanyaan beruntun.
" Soalnya memang mendadak Bu. Pakde yang menjodohkan saya. Saya belum sempat cerita ke ibu soalnya kita sibuk banget akhir-akhir ini."
" Sayang... Kok udah nyampek? Katanya mau ke sini jam 07.00." ucap Jaka yang tiba-tiba menghampiri sambil tersenyum melihat istrinya.
Senyuman seorang Jaka hanya bisa di lihat Alya ketika bos nya itu sedang bersama istri nya.
" Iya, sudah kangen kamu abisan. Dari kemarin pulang malam terus. Ayo makan dulu aku sudah bawa ayam rica-rica nih. Alya kamu juga makan ya. Ingat, kamu hutang cerita lho sama saya." Ucap Dara penuh peringatan yang membuat Alya terkekeh dan mengangguk.
" Cerita apa sayang?" Tanya Jaka mengernitkan keningnya bingung.
Bukannya menjawab, Dara malah langsung menarik masuk suaminya itu ke dalam ruangannya.
*
*
*
Alya keluar dari kantor jam 09.00 lebih 20 menit. Matanya sudah ngantuk, kepalanya semakin pusing.
Dia melihat Devan yang tersenyum ke arah nya dan melambaikan tangan nya.
" Lagi sibuk banget ya?" Tanya Devan dengan tatapan khawatir.
Alya hanya mengangguk dengan wajah lelah. Rasa nya dia ingin segera rebahan di kasur nya.
" Mas sudah nungguin dari jam berapa? Maaf ya." Tanya Alya yang jadi tidak enak sendiri.
Namun Devan hanya terkekeh dan menggeleng. Dia mengambil tas laptop Alia dan juga sling bag wanita itu.
" Jangan minta maaf terus. Kamu tuh sekarang punya suami, Alya. Aku tahu, kalau dulu kamu terbiasa sendiri. Tapi kan sekarang keadaan nya berbeda. Kamu punya aku yang bisa kamu andalkan. Jangan sungkan lagi ya. Aku lihat dari awal tuh kamu selalu nggak enakan dan suka sama bantuan aku. Padahal aku nggak keberatan sama sekali dan nggak ngerasa repot sedikit pun. Aku tahu kamu mandiri banget. Tapi mulai sekarang kurang - kurangi dikit - dikit mandirinya ya." Devan tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala Alya.
Alya yang mendengarnya jadi mellow dengan hati menghangat. Devan memang cukup peka dan Alya menyadari itu.
" Iya, mas. Terima kasih ya." Ucap Alya membuat Devan terkekeh lagi.
Devan lalu membukakan pintu mobil untuk Alia lalu meletakkan tas wanita itu di kursi belakang.
" Itu lunch box dari siapa, Al?" Tanya Devan saat mobilnya meninggalkan parkiran kantor.
" Oh itu, tadi bu Dara ke kantor nemenin Pak Jaka lembur. Terus kalian bawain makan malam buat aku. Tapi kan kamu pesenin aku makan jadi makanan itu belum Aku makan. Nanti deh aku masukin kulkas aja." Ucap Alya membuat Devan mengernyit.
" Kamu kayaknya dekat banget ya sama istri bos kamu?" Ucap Devan sedikit bingung. Rasanya Baru kali ini melihat ada kedekatan hubungan antara sekretaris dengan istri bosnya. Di mana - mana juga akan menjadi musuh.
" Lumayan Mas. Bu Dara itu orangnya asik. Aku sih senang - senang aja ya. Kadang malah disuruh jadi mata - mata Pak Jaka. Padahal mah Pak Jaka ada cewek bohay di depannya juga nggak bakalan dilirik. Cinta mati sama istrinya." Alya sedikit tertawa membuat Devan juga ikut tersenyum.
Semakin mengetahui jika memang hubungan ayah dengan bosnya adalah hubungan sehat yang profesional. Sekali lagi rasa sesal menguap ke lubuk hatinya karena sempat meragukan istrinya itu.
Devan menggenggam tangan Alya tanpa Kata. Hal yang sering dia lakukan untuk meredakan rasa sesal dan bersalah yang hingga kini masih menghantuinya.
" Kenapa Mas?" Tanya Alya merasa aneh.
Devan hanya menggeleng sambil tersenyum. Alya membiarkannya saja. Memang Devan hobi sekali menggenggam tangannya seperti itu.
Sebuah dering ponselnya membuat Alya tersentak. Dia segera membuka ponsel dan mendapati pesan dari mama mertua nya.
tetep semangat nulis thor 💪
lanjut Thor...