NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Sang Pramuria

Takdir Cinta Sang Pramuria

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / PSK
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: El Jasmin

Malam itu menjadi malam terburuk bagi Ranum. Sang kekasih tiba-tiba saja secara sepihak memutus jalinan asmara di saat ia tengah mengandung benih cintanya, diusir oleh sang ayah karena menanggung sebuah aib keluarga, dan juga diberhentikan dari tempatnya bekerja.

Ranum memilih untuk pergi dari kota kelahirannya. Ia bertemu dengan salah seorang pemilik warung remang-remang yang mana menjadi awal ia membenamkan diri masuk ke dalam kubangan nista dengan menjadi seorang pramuria. Sampai pada suatu masa, Ranum berjumpa dengan lelaki sholeh yang siapa sangka lelaki itu jatuh hati kepadanya.

Pantaskah seorang pramuria mendapatkan cinta suci dari seorang lelaki sholeh yang begitu sempurna? Lantas, apakah Ranum akan menerima lelaki sholeh itu di saat ia menyadari bahwa dirinya menyimpan jejak dosa dan nista? Dan bagaimana jadinya jika lelaki di masa lalu Ranum tiba-tiba hadir kembali untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Jasmin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Gundah

Wanita paruh baya itu menatap nanar sebuah bingkai foto kecil yang berada di dalam genggaman tangan. Sebuah bingkai dengan gambar seorang gadis kecil dengan mengenakan pakaian adat yang dihiasi dengan selempang bertuliskan "Kostum Terbaik". Tanpa terasa bulir-bulir air yang sedari tadi menggenang di sudut mata mulai jatuh tanpa permisi.

" Bu, makan ya. Sudah dua minggu ini Ibu makan tidak teratur, Ranes takut kalau Ibu sampai sakit!"

Ranes menghampiri Ratri dengan membawa satu mangkok bubur. Hari ini sudah tiga kali gadis itu membawakan makanan untuk sang ibu, namun selalu saja ditolak. Ini kali ke-empat ia membawakan makanan. Barangkali saja Ratri mau membuka mulutnya.

"Bagaimana keadaan mbak-mu ya Nes? Ada di mana dia sekarang? Sudah makan atau belum?"

Ratri bertanya dengan nada sumbang. Suara wanita itu seakan mengisyaratkan sebuah kepiluan kala bertanya perihal keadaan anak sulungnya. Anak perempuan pertama yang dulu ketika lahir menjadi sumber kebahagiaan kini raganya harus terpisah denganya. Yang lebih memilukan, ia tidak pernah tahu di mana keberadaan dan keadaannya.

Ranes turut tersenyum getir melihat keadaan sang ibu yang semakin hari semakin kurus kering. Ratri setiap hari hanya menghabiskan waktu untuk berada di dalam kamar Ranum sembari menatap bingkai foto bergambar sang anak. Bingkai foto inilah satu-satunya barang yang tersisa dari keberadaan Ranum.

"Mbak Ranum pasti baik-baik saja Bu. Ibu tenang ya. Justru sekarang Ibu yang harus banyak makan agar sehat. Mbak Ranum pasti sedih melihat tubuh Ibu semakin kurus seperti ini."

"Bagaimana mbak-mu tidur Nes? Bagaimana mbak-mu makan? Bagaimana mbak-mu menjaga anak dalam perutnya?"

Air mata Ratri kian deras mengalir jika teringat nasib sang anak. Terlebih saat ini Ranum juga tengah mengandung yang mana membutuhkan tempat yang aman dan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembang anak dalam kandungannya.

"Ibu tenang ya, inshaAllah semua baik-baik saja."

Ranes menyodorkan sendok berisikan bubur ke arah mulut Ratri. Pada akhirnya wanita itu mau membuka mulutnya meski tidak terlalu lebar. Namun Ranes sedikit lega melihat ada makanan yang masuk ke dalam perut sang ibu. Setidaknya Ratri mempunyai tenaga dari sumber makanan yang ia telan.

"Bagaimana Nes? Ibumu mau makan?"

Suara bariton yang tiba-tiba merembet ke dalam indera pendengaran membuat perhatian Ranes langsung tertuju pada pemilik suara. Nampak Erlangga turut masuk ke dalam kamar ini.

Ranes menggeleng pelan. "Hanya sedikit, satu dua suap setelah itu tidak mau lagi, Pak."

Erlangga menautkan pandangannya ke arah sang istri. Ia mendekat, bersamaan dengan Ranes yang mulai bangkit dari sisi sang ibu. Erlangga duduk di samping Ratri yang masih saja menatap lekat bingkai foto yang masih ia genggam erat.

"Bu, mau sampai kapan kamu seperti ini? Makan ya, biar ada tenaga," bujuk Erlangga.

Ratri menggelengkan kepala. "Bagaimana aku bisa makan banyak kalau sampai saat ini aku tidak tahu anakku bisa makan atau tidak. Untuk sekedar menelan saja aku tidak sanggup, Pak."

"Bu, Ranum itu bukan anak kecil lagi. Dia sudah dewasa, sudah dua puluh lima tahun. Dia tahu bagaimana caranya bertahan hidup," ucap Erlangga memberikan pengertian.

Ratri menggeleng-gelengkan kepala. "Bagaimana kalau dia tidak punya tempat tinggal? Bagaimana kalau dia kepanasan, kehujanan? Bagaimana kalau ada orang jahat yang mengganggu? Bagaimana kalau dia tidak bisa makan? Bagaimana....?"

"Sudahlah Bu, pikiranmu terlalu berlebihan. Dia pasti tidak akan mengalami hal itu. Lagipula jika dia masih ingin tetap tinggal di sini, seharusnya dia tidak pernah melakukan kesalahan itu. Tapi nyatanya dia melakukannya bukan? Itu tandanya dia sudah siap menempuh jalan hidupnya sendiri, tanpa kita," pangkas Erlangga.

"Tapi apa tidak ada sedikitpun pintu maaf untuk Ranum, Pak? Jikalau bukan pintu maaf untuk Ranum setidaknya rasa iba terhadap anak yang ada di dalam kandungan Ranum? Dia sama sekali tidak bersalah dan berdosa. Tidak seharusnya dia ikut menanggung apa yang sudah dilakukan oleh orang tuanya," ucap Ratri meluapkan apa yang menumpuk di dalam dada.

Erlangga hanya membuang napas kasar. Hatinya sedikit tercubit ketika Ratri membicarakan perihal anak yang dikandung oleh Ranum.

"Entahlah Bu. Kesalahan yang sudah dilakukan oleh anak itu benar-benar sudah fatal. Gara-gara kelakuannya, aku jadi kehilangan marwah di kampung ini. Hampir semua orang mencibirku, mengataiku tidak pantas untuk menjadi pemuka agama karena tidak becus mendidik anak sampai hamil di luar pernikahan sah. Bahkan aku harus menanggung malu seumur hidup."

Setetes air mata lolos dari pelupuk Erlangga. Hati lelaki itu sejatinya juga terasa sedikit sesak jika teringat para tetangga mencibir dan menyindirnya. Bahkan saat ini orang-orang di kampung ini tidak mau jika ketika waktu sholat berjamaah di imami olehnya.

"Dia yang berbuat dosa tapi kita semua yang menanggung aib dan malunya. Jika terus menerus seperti ini Bapak rasa kita juga harus pindah dari sini, Bu. Bapak benar-benar sudah tidak sanggup mendengar cibiran tetangga," sambung Erlangga.

Ratri sedikit terhenyak mendengar ucapan Erlangga. Selama dua minggu setelah kejadian itu, Erlangga memang tidak pernah bercerita akan apa yang dialami oleh sang suami. Sedang ia sendiri tidak begitu paham akan berita di luar karena selama ini ia hanya berdiam diri di dalam rumah.

"P-pindah?" tanya Ratri sedikit terbata. "Apa itu tidak berlebihan Pak?"

Erlangga menggeleng pelan. "Tidak Bu, tidak ada yang berlebihan. Justru jika kita tidak pindah dari sini, kita akan selalu dihantui oleh dosa-dosa yang telah dilakukan oleh anak itu. Bapak ingin membuka lembaran baru. Biarkan cerita ini Bapak tutup rapat-rapat sampai di sini."

"Tapi bagaimana dengan sekolah Ranes, Pak? Dia masih kelas satu SMA?"

"Justru masih kelas satu Bu, jadi kita jauh lebih mudah untuk mengurus kepindahannya."

Ratri hanya terdiam dan terpaku. Kali ini tak sedikitpun ia menyanggah perkataan sang suami. Meski semua ini sudah menjadi jalan takdir tapi ia juga tidak sampai hati jika harus melihat suami dan anak bungsunya juga mendapatkan perkataan-perkataan sumbang dari orang lain.

"Nes, bagaimana menurutmu? Apa kamu setuju dengan usulan Bapak?" tanya Ratri memastikan.

Sekilas, Ranes melirik ke arah Erlangga dan kemudian ia mengangguk pelan.

"Ranes setuju, Bu. Ranes juga tidak tahan mendengar suara para tetangga yang terus saja menjelek-jelekkan mbak Ranum. Meski mbak Ranum memang salah tapi tidak seharusnya hal itu diungkit-ungkit setiap hari."

"Baiklah kalau begitu Pak, Ibu ngikut apa kata Bapak."

***

"Pa, menurut Papa kalau kita memakai konsep glamour di acara lamaran dan tunangan Varen bagaimana? Kita booking hotel mewah yang ada di kota ini?"

Di kamar pribadi miliknya, Miranda sibuk mempersiapkan konsep yang akan ia gunakan untuk acara lamaran sang putra. Sedari tadi wanita itu sibuk scroll-scroll media sosial untuk mencari sumber referensi. Ia ingin acara putra tunggalnya ini mewah dan berkelas mengingat tamu-tamu yang akan datang juga merupakan tamu-tamu istimewa.

"Kita pakai bunga-bunga segar sebagai dekorasinya dan kita datangkan koki terkenal di kota ini untuk mempersiapkan menu hidangannya. Bagaimana, Pa?"

Hening, sama sekali tidak ada respon ataupun sahutan dari Jonas, sang suami. Miranda yang merasa diacuhkan oleh Jonas seketika tersadar jika sedari tadi sang suami sama sekali tidak merespon. Ia menoleh ke arah sang suami yang saat ini sedang berada di atas ranjang dengan menyenderkan punggungnya di headboard ranjang.

Dahi Miranda sedikit mengernyit melihat sang suami yang senyum-senyum sendiri sembari memainkan ponsel di tangannya.

"Pa!" teriak Miranda yang seketika membuat Jonas terkejut. Hampir saja ponsel di tangan Jonas lepas dari genggaman.

"Ada apa sih Ma? Kok teriak seperti itu?"

"Ada apa, ada apa? Sedari tadi aku bicara tidak Papa dengerin?" tanya Miranda sedikit kesal.

"Bicara soal apa sih Ma?"

"Astaga ya Tuhan, Papa ini benar-benar keterlaluan. Aku ngomongin panjang lebar soal konsep untuk acara lamaran Varen, tidak Papa dengar?"

"Oh soal itu? Simple Ma. Kita tinggal pasrah ke WO dijamin langsung beres." Jonas beranjak dari posisinya. "Papa mau ke balkon dulu Ma. Mau cari angin sambil ngopi."

"Tapi Pa?"

Miranda dibuat melongo akan sikap sang suami yang terkesan tidak peduli dengan acara sang putra nanti. Ada sinyal tak biasa yang tiba-tiba dirasakan oleh Miranda akan sikap Jonas yang sedikit berubah ini.

Ada apa dengan Papa? Kenapa dia akhir-akhir ini sangat sibuk dengan ponselnya? Bahkan sampai senyum-senyum sendiri. Apa Papa punya selingkuhan?

.

.

1
novi²⁶
ranum sepertinya dalam bahaya... duh takutttt
novi²⁶
bukti bahwa cinta seorang ibu itu besar untuk anaknya
novi²⁵
aduh aku ikut deg-degan,,, kira2 gimana ya kelanjutannya
novi²⁵
gak nyangka ya,,, ternyata dunia memang sesempit itu... bakal seru nih
Hanindia
waaaa bakal seru nih... jonas ketemu ranum... kira2 jonas bakal tau gak ya kalau ranum hamil anaknya varen
Hanindia
aku lebih fokus ke pras sih... ternyata di dunia nyata penyimpangan seperti itu benar2 ada
Hanindia
hmmm rasa yg gk Bisa-bisanya kamu lupain ya Ren.... ati2 bikin ancur rumah tangga mu
El Jasmin
selamat membaca semua... jangan lupa like, komen, share, subscribe dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐⭐ya.. mkasih
Nunu
wow karya baru to udah bagus bgt
novi²⁵
hayolooohhh jonas punya selingkuhan dan saat ini dia mau nyamperin
novi²⁵
heleh heleh ngaku perjaka tp udah pernah bercinta sama Ranum. buaya kamu ren
novi²⁵
ternyata Pai sebaik itu loh... setuju sih klo ranum diangkat sebagai anak
novi²⁵
woyyy num... kamu gak ketawa liat wajah Pai???
novi²⁵
duh ranum dalam bahaya ini. khawatir sama anak dalam kandungannny
novi²⁵
seorang ibu pasti akan selalu mengkhawatirkan anaknya. pantas saja dia kepikiran terus
novi²⁴
tu kan kebayang2 wajah dan rasa nikmat yg ditinggalkan ranum..sukurin kamu ren
novi²⁴
wah wah kamu dah nikah ya ren??? selamat yaa,, tp lu udah gk perjaka loh
novi²⁴
ahaaaaaaaa ya ampun aku lupa klo si Pai gk bisa on, selamat kamu num... eh tp Pai sebaik itu loh ke ranum
novi²⁴
num.. lu gak salah ngelayanin Pai yang udah tua itu???/Joyful/
novi²⁴
bakal seru nih.. tp aku khawatir zama janin dalam rahim ranum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!