NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak Ibu Susu

Di Balik Kontrak Ibu Susu

Status: tamat
Genre:Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Ibu Pengganti / Cinta setelah menikah / Ibu susu / Pengasuh / Tamat
Popularitas:495.7k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dituduh pembunuh suaminya. Diusir dari rumah dalam keadaan hamil besar. Mengalami ketuban pecah di tengah jalan saat hujan deras. Seakan nasib buruk tidak ingin lepas dari kehidupan Shanum. Bayi yang di nanti selama ini meninggal dan mayatnya harus ditebus dari rumah sakit.

Sementara itu, Sagara kelimpungan karena kedua anak kembarnya alergi susu formula. Dia bertemu dengan Shanum yang memiliki limpahan ASI.

Terjadi kontrak kerja sama antara Shanum dan Sagara dengan tebusan biaya rumah sakit dan gaji bulanan sebesar 20 juta.

Namun, suatu malam terjadi sesuatu yang tidak mereka harapkan. Sagara mengira Shanum adalah Sonia, istrinya yang kabur setelah melahirkan. Sagara melampiaskan hasratnya yang ditahan selama setelah tahun.

"Aku akan menikahi mu walau secara siri," ucap Sagara.

Akankah Shanum bertahan dalam pernikahan yang disembunyikan itu? Apa yang akan terjadi ketika Sonia datang kembali dan membawa rahasia besar yang mengguncang semua orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Ruang laboratorium rumah sakit itu terasa begitu dingin. Dinding putihnya seperti menelan suara, membuat setiap detik berlalu dengan keheningan yang menyesakkan. Di kursi tunggu, Sagara duduk terpaku dengan mata kosong. Kedua tangannya menggenggam erat amplop putih yang baru saja diberikan oleh petugas laboratorium. Amplop itu tampak sederhana, tapi isinya sanggup mengubah hidup siapa pun yang membukanya.

Di sampingnya, Sonia duduk dengan wajah pucat. Air matanya kering, tetapi matanya masih bengkak karena menangis semalaman. Ia menunduk, tidak berani menatap Sagara. Sementara Papi Leon dan Mami Kartika berdiri di belakang, saling berpegangan tangan, berusaha tetap kuat walau dada mereka ikut bergetar oleh ketakutan.

“Mas,” panggil Sonia dengan suaranya yang parau. “Buka saja.”

Sagara menelan ludah. Napasnya berat, seperti menarik beban batu dari dadanya. Ia menatap amplop itu lama sekali sebelum akhirnya membuka segelnya dengan tangan gemetar. Suara robekan kecil amplop menggema, lalu selembar kertas putih dikeluarkan perlahan.

Semua mata menatapnya. Tidak ada satu pun yang berani berbicara.

Sagara membaca hasil itu dalam hati. Tatapannya membeku di baris terakhir laporan. Beberapa detik kemudian, kertas itu jatuh dari tangannya, melayang ke lantai seperti daun kering.

Sonia segera mengambilnya. Matanya membaca cepat tulisan tebal di bawah tabel hasil DNA:

> “Probabilitas hubungan biologis: 0%. Tidak ada kecocokan genetik antara Sagara dan Abyasa.”

Suara Sagara tercekat. “Ya Allah ....”

Sagara menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya bergetar hebat. Ia tidak menangis keras, tetapi air mata itu jatuh begitu deras, membasahi jemarinya. Rasa kehilangan yang menyesakkan menembus hingga tulang. Bocah yang ia rawat sejak lahir, yang ia panggil “putraku”, ternyata bukan darah dagingnya sendiri.

Sonia memandangi suaminya. Ia ingin marah, tapi yang tersisa di hatinya hanya kehampaan. “Mas,” katanya lirih.

Sagara memarkir mobil di depan rumah.

“Mas Sagara?” tanya Shanum dengan nada heran, menyipitkan mata karena terik siang.

Sagara melangkah pelan ke arahnya. Wajahnya penuh lelah dan mata sembab. “Kita perlu bicara,” katanya pelan.

Shanum mengangguk, mengajak Sagara masuk ke ruang tamu. Bau teh melati mengisi ruangan, tetapi aroma itu tak cukup menenangkan ketegangan yang menggantung di antara mereka.

“Aku datang bukan sebagai suami hari ini,” ucap Sagara setelah duduk. “Tapi sebagai seorang ayah yang kehilangan arah.”

Shanum terdiam, menatapnya dengan bingung. “Maksud Mas?”

Sagara membuka amplop hasil tes DNA dan mendorongnya ke meja. “Tes ini menyatakan kalau Abyasa bukan anak kandungku dan Sonia.”

Shanum mengernyit, menatap amplop itu seolah tak percaya. “Apa maksudnya, Mas?”

“Artinya,” ucap Sagara melemah, “ada kemungkinan besar Abyasa adalah anakmu.”

Keheningan jatuh begitu cepat, seolah udara disedot dari ruangan.

Shanum menatap Sagara lama sekali. Matanya membesar, napasnya tertahan. “Jangan bercanda, Mas. Itu tidak mungkin.”

“Aku juga tidak mau percaya,” kata Sagara dengan suara parau. “Tapi semua bukti mengarah ke sana. Bayi yang kau kira meninggal waktu itu mungkin bukan anakmu. Dan bayi yang kami rawat selama ini, Abyasa, bisa jadi adalah darah dagingmu.”

Kata-kata itu seperti sambaran petir di dada Shanum. Ia menggenggam dadanya, tubuhnya mulai bergetar. Wajahnya memucat, tapi di balik shock itu, matanya perlahan menghangat oleh secercah harapan yang tak berani ia percayai sepenuhnya.

“Mas ... apa Mas yakin?”

“Belum sepenuhnya. Karena itu aku datang. Aku ingin kita lakukan tes DNA lagi. Antara kamu dan Abyasa.”

Shanum menunduk. Tangannya menggenggam ujung jilbab dengan kuat. Hatinya bergemuruh hebat di antara ketakutan dan doa yang tak berani ia ucapkan keras-keras. Jika benar Abyasa adalah anaknya, berarti selama ini ia tidak kehilangan darah dagingnya. Justru dia memeluknya setiap hari.

Sore itu mereka pergi ke rumah sakit. Dokter yang sama menyambut mereka dengan wajah serius. “Kami sudah menerima permintaan Bapak. Kita akan lakukan tes DNA antara Ibu Shanum dan anak bernama Abyasa.”

“Mama!” panggil Abyasa dengan gembira ketika melihat Shanum.

Shanum menatap Abyasa yang digendong Mami Kartika. Panggilannya membuat sekujur tubuhnya berdesir dan terasa istimewa di telinganya. Terasa berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Abyasa ingin digendong oleh Shanum. Dia juga ingin menyusu. Hangat tubuh Abyasa, aroma rambutnya, bahkan cara anak itu menggenggam jarinya, semua terasa lebih menyentuh hatinya.

“Abyasa,” bisik Shanum bahagia dengan mata berkaca-kaca. Dia pun mencium pucuk kepala bayi mungil itu.

Sagara berdiri di samping, menatap pemandangan itu dengan dada sesak. Ada bagian dari dirinya yang hancur, tetapi juga ada bagian lain yang merasa bersyukur. Jika benar Abyasa adalah anak Shanum, setidaknya anak itu tidak benar-benar hilang dari kehidupannya.

Setelah pengambilan sampel darah selesai, mereka diminta menunggu hasilnya esok hari. Karena mereka menggunakan tes DNA darurat, walau bayarannya sangat mahal.

***

Keesokan harinya, rumah sakit itu kembali menjadi saksi. Di ruang yang sama, Dokter Marchel memegang dua amplop putih. Wajahnya serius. “Ini hasil tes DNA antara Ibu Shanum dan anak bernama Abyasa.”

Sagara dan Shanum duduk bersebelahan, tetapi jarak antara mereka terasa seperti jurang. Napas keduanya berat.

Dokter membuka amplop pertama, lalu membaca dengan suara rendah dan tegas. “Hasil analisis DNA menunjukkan kecocokan genetik 99,98%.”

Suara itu menggema di telinga Shanum. Ia mematung. Detik berikutnya, air matanya tumpah deras tanpa bisa dibendung.

“Ja-di benar ....” Suara Shanum bergetar. “Dia anakku … Abyasa anakku!”

Sagara menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Meski hatinya ikut perih, ia tidak bisa menahan senyum haru. Ia menyentuh bahu Shanum pelan. “Selamat, Sayang. Putramu masih hidup.”

Shanum memeluk kertas hasil tes itu seperti memeluk bayi. “Ya Allah … terima kasih,” isaknya. “Aku pikir aku sudah kehilangan dia selamanya.”

Abyasa yang duduk di pangkuan Mami Kartika menatap ibunya yang menangis. “Mama cup cup cup!” ucap Abyasa polos, berusaha membuat Shanum berhenti menangis.

Shanum segera menghampiri, berlutut di hadapan bocah kecil itu. Ia memeluknya erat sekali. “Mama nangis karena bahagia, Sayang. Karena akhirnya Mama ketemu kamu lagi.”

Anak itu tertawa kecil, memeluk balik. “Mama.” Abyasa mencium pipi Shanum.

Tangis Shanum semakin pecah.

Sagara berdiri di sana, memandangi keduanya dengan senyum getir. Ada air mata jatuh dari ujung matanya, tetapi juga ada ketenangan baru. Kebenaran akhirnya ditemukan. Meski menyakitkan, setidaknya kini semuanya terang.

Papi Leon dan Mami Kartika juga menangis haru. Mereka menghampiri Shanum dan memeluknya bergantian.

“Shanum, kamu ibu yang kuat. Tuhan mengembalikan apa yang dulu Dia ambil.”

Di sudut ruangan, Sonia hanya bisa diam menahan nyeri di dalam hatinya. Walau sudah tahu Abyasa bukan anaknya, tetapi dia merasa sedih. Terlebih lagi, putranya kemungkinan besar adalah bayi yang meninggal, tahun lalu.

Sagara menghampirinya. “Maafkan aku, Sayang. Semua ini di luar kendaliku.”

Sonia menggeleng pelan. “Aku tahu, Mas. Aku hanya butuh waktu.”

Lalu, ia menatap ke arah Shanum yang masih memeluk Abyasa. “Jaga dia baik-baik, Mbak Shanum.”

Shanum menatap Sonia, air matanya tak berhenti. “Tentu saja, Bu. Aku selalu menjaga Abyasa setiap hari selama ini.”

Untuk sesaat, dua wanita itu saling menatap. Terasa takdir mempermainkan mereka. Entah apa lagi yang akan terjadi kepada mereka kedepannya.

Sagara menarik napas panjang. Dalam hatinya ia tahu, ini bukan akhir, tetapi ini awal dari perjalanan panjang menata ulang cinta, luka, dan kehidupan mereka. Tapi untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bisa berkata jujur pada dirinya sendiri.

“Mungkin ini cara Tuhan menegur, tapi juga cara-Nya menyembuhkan.”

Dalam pelukan Shanum, Abyasa tersenyum kecil, memejamkan mata. Seolah ia tahu, akhirnya ia telah pulang ke tempat yang seharusnya.

“Lalu, bagaimana hasil penyelidikan pihak rumah sakit? Kenapa cucuku bisa sampai tertukar?!” tanya Papi Leon dengan tajam.

1
martiana. tya
bagus
O Neil
curiga nih sama Dr Anton...🤔🤔
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya.🙏

Hai Kak, Baca juga di novel ku yang berjudul "TABIR SEORANG ISTRI"_on going, atau "PARTING SMILE"_The End, Biar lebih mudah boleh langsung klik profil ku ya, Terimakasih 🙏
total 1 replies
ken darsihk
Terimakasih thorr karya yng bagus dngn ending yng perfect
Semangat untuk author 👍👍❤❤
ken darsihk
kepengin nya sihhh nggak tamat dulu Thor
Marini Suhendar
Hatur nuhun Ceritanya Baguus🥰
d tgg karya baru nya💪
Kar Genjreng
tak terasa sudah TAMAT dan pindah ke lapak satunya menanggung karma,,iya Pembaca juga sudah paham
Mardiana
terima kasih thorrr.... aku suka yg ceritanya happy ending 👍
Kar Genjreng
ini ajalnya delia waktu menghadap sang pencipta maka tidak bisa di selamatkan
nah itu karena saking egois suami mau menengok anak dan cucu gae ulah kapok lah
Kar Genjreng
sudah baca satu bab to kasian iris hanya kesalahan orang tua nya mendadak di ceraikan oleh rio ,,,benar keluarga anak anak nya yang menanggung dosa kedua orang tua nya
Vie
ini nih yang begini yang nyelakain orang lain dengan keegoisanya sendiri.... merasa selalu benar dan tak mau disalahkan jika salah... jadinya malah mencelakakan orang lain....
Hary Nengsih
semua suka karya nya
Nadja 🎀
tante delia gimana? dia stres tahu suaminya gk ada, dan dena akhirnya tahu penyebabnya ibunya sendiri ..
Naufal Affiq
terimakasih ya kk,atas karya nya,aku suka ceritanya
Esther Lestari
Ternyata Pak Surya meninggal sebelum sempat melihat cucunya.
Berbahagia buat semua.
Terima kasih thor.
Esther Lestari
Itulah kalau sudah punya niat jahat sebelumnya.
Semoga Pak Surya selamat, biar bisa melihat cucunya.
Dan Delia jangan mati dulu, terlalu enak kalau dia cepat mati
Kar Genjreng: di siksa dulu ya bang ar mengerang kesakitan
total 1 replies
Nar Sih
alhamdulilah ending yg bnr,,bagus kak ,ahir nya semua bahagia ,makasih buat kak santi udah kasih cerita yg 👍👍👍tetap semagat 💪buat karya terbaru nya ya kak🥰🥰🙏
Nar Sih
rencana gagal grgr ibu tiri jht ,semoga pk surya selamat dan biar sja delia yg mati atau di bikin cacat dulu,siip kak semagatt semoga retensi karya yg lain bagus ,💪👍
Sunaryati
Terimakasih Thoor, orang- orang yang tersakiti hidup bahagia orang- orang yang menyakiti dapat karma
Rida Arinda
Alhamdulillah happy ending 🤗🤗🤗 terimakasih kak othor ceritanya lancar seterusnya ya storynya 😁😁jangan lupa klo ada bonchapnya Alana belum lahiran🤭🤭
Rahma
mudh2n Delia jgn dulu mati tp cacat biar g bs berkuasa lg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!