NovelToon NovelToon
Bukan Menantu Biasa

Bukan Menantu Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyuni Soehardi

Amira menikah dengan security sebuah pabrik di pinggiran kota kecil di Jawa Timur. Awalnya orang tua Amira kurang setuju karena perbedaan status sosial diantara keduanya tapi karena Amira sudah terlanjur bucin maka orang tuanya akhirnya merestui dengan syarat Amira harus menyembunyikan identitasnya sebagai anak pengusaha kaya dan Amira harus mandiri dan membangun bisnis sendiri dengan modal yang diberikan oleh orang tuanya.

Amira tidak menyangka kalau keluarga suaminya adalah orang-orang yang toxic tapi ia berusaha bertahan sambil memikirkan bisnis yang harus ia bangun supaya bisa membeli rumah sendiri dan keluar dari lingkungan yang toxic itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 16

Mereka telah sampai di kediaman paman Agus. Hati-hati mereka mengetuk pintu yang tidak tertutup itu.

“Assalamualaikum….” Ucap Amira. Tak ada balasan. Rumah itu diputar musik dangdut cukup kencang pertanda ada orang didalamnya.

“Assalamualaikum…..” Amira sedikit berteriak.

Kali ini ada yang melongok dan menjawab salam Amira. “Waalaikumsalam….sinten nggeh?” (siapa?) Tanyanya sambil keluar.

Amira dan ibu mertuanya mengangguk sopan, lalu memperkenalkan diri. Dan mengatakan kalau mereka ada perlu dengan Agus.

“Woo …. Agus taksih nyambut monggo pinarak.” (Agus masih kerja mari silahkan masuk). Katanya sambil mempersilahkan mereka berdua masuk dan mematikan musiknya.

Pria setengah baya itu menyalami Amira dan mertuanya dan kemudian duduk. Tampak seorang wanita setengah baya keluar.

“Sinten pak?” tanya nya.

“Bu kenalno iki adik e mbak Ratih.” (Bu kenalkan ini adiknya mbak Ratih)

“Woo….” Ibu itu tersenyum sambil menyalami mertua Amira.

“Ini istri saya mbakyu.” Bapak itu menerangkan.

“Gawekno unjukan bu mesisan gawe Agus sedilut ngkas arek e teko nyambut.” (tolong buatkan minuman bu sekalian untuk Agus sebentar lagi anaknya pulang kerja) Perintah paman Agus.

Setelah berbasa-basi ibu mertua Amira mengatakan kalau ibu Agus meninggal dunia. Orang itu nampak terkejut kok tidak ada kabar. Agus sampai tidak tahu menahu mengenai hal ini.

“Innalilahi wa innailaihi rojiun. Kok tidak ada yang mengabarkan ke kita nggih mbakyu. Wong Agus itu putra kandungnya mbak Ratih.

“Saya tidak tahu menahu mengenai hal ini pak. Saya juga tidak tahu no kontaknya Agus. Hubungan mbak Ratih dengan keluarga sambungnya memang tidak terlalu baik. Mungkin ini yang membuat mbak Ratih memberi tugas saya untuk menyampaikan pesan terakhirnya kepada Agus secara langsung.”

Amira bertanya dimana Agus bekerja. Pamannya mengatakan kalau Agus bekerja di Fr…ks bakery and steak house. Amira terkejut.

“Wah Agus begitu dekat dengan kita tapi kita malah tidak tahu bu. Ternyata dunia ini kecil sekali.” Kata Amira tersenyum geli.

“Ada apa mbak? Tanya pamannya.

“Ternyata Agus bekerja di toko roti milik keluarga saya pak.” Amira menerangkan.

“Wah berarti mbak ini bos nya Agus dan otomatis jadi punya hubungan saudara dengan mbak nya?” Tanya pamannya.

“Iya pak.. eh saya manggil bapak jadi paman ya.” Kata Amira.

“Kalau begitu kita pulang saja Mir, kita cari Agus di cafe.”

“Baiklah bu…tapi tunggu. Ini sudah jam pulang kerja. Kalau kita pulang nanti tlisipan dijalan bu apa ga sebaiknya kita tunggu sebentar lagi?”

“Agus punya no handphone paman?” Tanya Amira.

“Ada sebentar saya ambil handphone saya dulu.” Kata pamannya sambil bergegas mengambil handphone nya.

Dia membacakan angka-angka pada handphonenya dan Amira mengetiknya di handphonenya sendiri.

Selesai mengetik terdengar suara motor berhenti di depan rumah.

Paman Agus beranjak keluar dan memanggil “ Gus digolek i lek mu ko ndeso ndang mlebu le.” (Gus dicari bibimu dari desa) Perintah paman Agus.

Agus pelan-pelan masuk dan menyalami bu Asih.

“Wak Asih….sudah lama tidak berjumpa.” Sapa agus

“Kenalkan ini mbak Amira dia istrinya mas Dedi,” bu Asih memperkenalkan Amira pada Agus.

“Mbak Amira iki bos mu lho le, pemilik toko roti tempatmu kerja.”

“Lho nggih to pak. (Lho iya to pak) Wah kok serba kejutan hari ini. Uwak Asih datang berkunjung setelah sekian lama tidak bertemu. Biasanya saya yang suka nginep dirumahnya kalau pulang kampung dan menantunya bos ku sendiri.” Kata Agus.

Agus duduk di sisi bu Asih terlihat kedekatan keduanya. Lalu pamannya menyodorkan segelas es teh kepada Agus.

“Ngombe sik le, awakmu lagek teko nyambut.” (minum dulu nak kamu baru pulang kerja) kata pamannya yang kemudian disambung oleh istrinya dengan menyodorkan risoles ke arah Agus.

“Ki dipangan sik le, awakmu luwe mari nyambut.” (dimakan dulu nak kamu baru pulang kerja) Kata istri pamannya.

Agus menerima gelas es teh itu dan meneguknya hingga hampir setengah gelas di minumnya dan kemudian dilahapnya risolnya hingga habis lalu menghabiskan es tehnya.

Amira melihat ketulusan cinta paman dan bibi Agus padanya. Mereka memperlakukan Agus seperti anaknya sendiri.

“Niki jane wonten nopo to pak, kulo dipekso ngombe, mangan.” (Ini ada apa sih kok saya dipaksa minum, makan) Kata Agus.

Paman dan bibinya saling pandang dan menunduk.

Bu Asih memeluk Agus dan Agus balas memeluknya.

“Gus kamu yang kuat ya nak. Uwak kesini karena mendapatkan amanat dari ibumu untuk disampaikan langsung ke kamu. Uwak minta maaf kamu sudah sering nginep dirumah tapi kok ya ga kepikiran nyimpen kontakmu atau mengabarkan hal sepenting ini.” Bu Asih mulai menangis.

Agus memeluk bu Asih dia tampak kebingungan.

“Gus ibumu wes sedo le.” (Gus ibumu sudah meninggal nak) Jawab bibinya.

Wajah Agus menegang. Kemudian melepaskan pelukan bu Asih dan menatapnya.

“Apa benar itu wak? Enggak….enggak benar kan wak?”

“Gus memang benar ibumu sudah meninggal.” Tangis bu Asih meledak diikuti Agus yang menangis ngglolo (histeris).

Bibinya ikut menangis. Pamannya mengusap air mata nya.

Hati mereka teriris keponakan satu-satunya kini telah yatim piatu.

Setelah beberapa saat Agus mulai tenang. Bu Asih mengusap air matanya. Kemudian menyodorkan amplop coklat tebal kepada Agus.

“Ini dari ibumu nak.” Kata bu Asih.

“Apa ini wak?” Tanya Agus

“Ini surat tanah milik bapak kandungmu almarhum dan sertifikat rumah yang dibangun ibumu untuk mu. Simpanlah dan jagalah baik-baik. Mungkin ibumu sengaja tidak memberitahukan sakitnya dan semua rahasianya supaya kau aman dan tidak ada yang mengganggu mu. Saudara-saudara tirimu berusaha memiliki apa yang saat ini di tanganmu nak.”

“Bagaimana dengan Dewi wak dia adik kandungku walaupun ayah kami berbeda.”

“Adikmu sekarang sedang hamil tapi entah kapan dia akan menikah, uwak sudah tidak ada hak lagi ikut campur urusan keluarga tirimu.”

“Ya Allah….” Agus kembali menangis.

“Kalau kau ingin ke makam ibumu uwak akan mengantarmu, nginep dirumah uwak saja seperti biasa. Kau sudah tidak ada hak masuk ke rumah ibumu alm dengan keluarga barunya.”

“Iya wak. Besok saya ingin ke makam ibu wak.” Kata Agus.

“Kamu saya beri cuti Gus besok kamu ikut kami pulang ke Madiun berangkatnya dari cafe Fr…’s.” Kata Amira.

“Iya terima kasih Bu.” Kata Agus sambil mengusap air matanya.

Akhirnya Amira dan mertuanya berpamitan pulang.

Amira menyetir dalam diam dia cukup merasakan kesedihan yang mendalam. Ia memutuskan ke cafe milik temannya yang ada live musicnya sekedar rileks sejenak setelah drama keluarga yang menguras emosi.

Mereka tiba di cafe bernuansa hutan dan romantis.

“Ayo bu kita turun.” Ajak Amira.

“Kita ini ada di mana Mir” tanya ibu.

“Kita rileks sejenak bu, kita akan makan malam disini saja.” Jawab Amira.

Amira memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua.

Mereka berdua menikmati music dan penyanyi jazz.

Tak lama dua jus buah sudah terhidang diikuti dua porsi steak daging impor.

“Makanan apa ini Mir.” Tanya ibu.

“Ini steak bu boso jowone bestik.” Jawab Mira.

“Bestik kok ngene?” (bistik kok gini) ibu protes sambil memandangi makanan mahal itu.

“Kalau bestik rumahan itu asal resepnya dari Belanda bu. Negara kita dulunya kan dijajah oleh Belanda jadi makanan kita banyak terpengaruh dari Belanda bu. Bestik, sop, perkedel, kroket itu aslinya resepnya orang Belanda.” Amira menerangkan.

“Sekarang dicoba ya,” Amira mengiriskan daging steak itu dan menyuapkan ke mertuanya. Mertuanya menerima dan mengunyahnya.

“Jauh berbeda sama bestik Mir tapi enak.” Kata ibu.

Amira tersenyum dan berkata “dihabiskan ya bu.”

Mereka menikmati live music itu hingga waktu tak terasa semakin malam. Amira akhirnya mengajak ibunya pulang.

Mereka berdua sudah lelah dan mengantuk. Mereka pulang ke rumah cafe untuk beristirahat.

1
Nadira ST
thor smoga keluarga mertua Amira baik terus ya jangan sampai berubah jahat
Diah Susanti
kalau yang aq baca sampai sini sih, yang toxic cuma kakak iparnya saja. ibu dan ani juga baik, semoga gk dibikin berubah sama othor😁😁😁
Sri Wahyuni
😍
Sri Wahyuni
Amira benar kakak ipar harus dilawan KLO ngelunjak
Sri Wahyuni
Amira pinter bgt
Sri Wahyuni
Bagus ceritanya n tidak belibet
Ceritanya bagus kak, reletabel sama kehidupan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!