Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab29
Kini pasangan yang sedang dimabuk asmara itu masih sangat nyenyak dengan tidurnya. Semalam sepulang dari kencannya tadi Abizar meminta haknya pada Avica. Avica yang tahu kewajibannya itu memberikan hartanya yang paling berharga yang telah dirinya jaga selama ini untuk Abizar suaminya.
Abizar pria normal, setelah sekian lama dirinya menahan gejolak untuk tidak menyentuh Avica. Semalam setelah menyatakan perasaannya dirinya sudah tidak bisa menahannya lagi.
Pukul 10 siang, Avica mulai menunjukkan pergerakannya untuk membuka mata indahnya. Setelah dirinya benar-benar sadar hal pertama yang ia ingat adalah kejadian semalam. Dirinya begitu malu jika mengingat dirinya yang semalam, membuat dirinya senyum-senyum tidak jelas. Bagaimana tidak, dirinya begitu menikmati sentuhan-sentuhan yang diberikan Abizar hingga bibirnya mengeluarkan suara laknat. Diingatan Avica semalam Abizar sangat gagah hingga dirinya kuwalahan mengimbangi permainan Abizar. Sebab hal itu adalah hal pertama untuk Avica.
Avica sedikit melonggarkan tangan Abizar yang melingkar diperutnya. Dirinya ingin kekamar mandi untuk membersihkan tububnya yang sangat lengket. Ketika akan beranjak, Avica merasa sangat perih diarea sensitif nya.
"Eessstt, aw.."
Abizar yang mendengar suara Avica pun terbangun dari tidurnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Abizar.
"Aku ingin kekamar mandi. Tapi susah mau berjalan." Jawab Avica.
"Benarkah? Maafkan aku." Ujar Abizar merasa bersalah.
"Tidak apa-apa mas. Ini sudah kewajibanku." Kata Avica menenangkan suaminya.
"Kalau begitu biar aku bantu untuk kekamar mandi." Ucap Abizar.
"Tidak perlu, mas." Tolak Avica. Bukan tanpa sebab Avica menolak bantuan Abizar. Dirinya takut jika suaminya itu akan memintanya lagi.
"Aku tidak akan meminta untuk mengulang yang semalam, sayang. Percayalah!" Sepertinya suaminya itu tahu isi pikiran yang ada dikepala Avica.
"Bukan begitu, mas..."
Tanpa pikir panjang, Abizar pun langsung mengangkat tubuh Avica yang berbalut dengan selimut untuk ia bawa kekamar mandi.
Abizar pun mendudukkan tubuh Avica di samping wastafel. "Tunggu sebentar, aku akan mengisi airnya kedalam bathtub." Pinta Abizar.
"Baik, mas." Avica hanya menurut dengan semua yang dilakukan Abizar. Sebab dirinya sekarang tidak bisa berbuat banyak hal.
"Nanti kalau sudah selesai panggil aku! Aku keluar dulu." Ujar Abizar saat dirinya telah selesai mengisi bathtub.
"Iyaa.."
Kini Avica telah selesai dengan mandinya dan telah berganti pakaian. Tinggal Abizar yang sekarang sedang membersihkan dirinya. Tak lama Abizar pun keluar dari dalam kamar mandi, Avica saja merasa malu ketika melihat tubuh suaminya yang hanya berbalutkan handuk sebatas pinggang hingga bawah lutut.
"Mas, buruan pakai bajunya!" Ucap Avica ketika pipinya sudah bersemu merah.
"Tidak perlu malu-malu sayang. Kau bahkan sudah melihat semuanya, bahkan telah menyentuh tubuhku ini." Goda Abizar pada sang istri.
"Bukan begitu, mas. Aku sudah lapar, aku ingin minta bantuan mas Abi untuk turun kebawah." Elak Avica. Dirinya bertambah malu ketika mendengar penuturan sang suami.
"Ohh, begitu ya. Baiklah tunggu sebentar!" Ujar Abizar.
Setelah berpakaian, Abizar membantu sang istri untuk turun kebawah. Hari ini dirinya yang akan mengambil alih untuk memasak sarapan untuk mereka. Lebih tepatnya makan siang, sebab saat ini sudah menunjukkan siang hari.
"Kamu duduk aja disini, biar aku yang masak!" Ujar Abizar.
"Emangnya mas Abi bisa masak?" Tanya Avica tak percaya.
"Kamu meremehkanku, sayang?" Ucap Abizar sambik menaik turunkan alisnya.
"Tidak, mas. Bukan begitu, aku hanya bertanya saja." Ucap Avica.
"Iyalah, kamu tunggu dulu, oke!"
"Baik, mas."
Abizar pun mulai mencari bahan makanan yang bisa ia masak didalam kulkas. Dirinya mulai berkutat didapur dengan memakai celemek dirinya terlihat semakin tampan. Sungguh pria idaman, sudah tampan, rajin bekerja, bisa masak pula. Avica merasa sangat beruntung bisa memiliki Abizar, takdir memang tidak ada yang tahu. Dulu Avica hidup dengan kekurangan sekarang Tuhan telah memberikannya jodoh dan nasib yang tak terduga. Sebab dirinya telah dipertemukan dengan Abizar yang kehidupannya jauh berbeda dengan dirinya.
"Mari kita makan." Ajak Abizar.
Avica yang mendengar suara Abizar pun tersadar dari lamunannya.
"Mas sudah selesai masaknya?" Tanya Avica.
"Sudah, kan makanannya sudah ada didepan mu." Ucap Abizar.
"Oh ya?" Tanya Avica lalu dirinya menundukkan kepalanya. Ternyata benar dihadapannya itu sudah tersaji makanan yang Abizar masak.
"Maaf, aku gk tahu, mas." Ucap Avica lagi.
"Kamu lagi mikirin apa sih?" Tanya Abizar.
"Aku lagi mikir nggak nyangka aja bisa dapat suami dan keluarga yang sayang sama aku. Aku sangat bersyukur mas. Terima kasih mas." Ucap Avica sambil tersenyum bahagia.
"Tidak perlu berterima kasih, sayang. Mungkin Tuhan sedang merencanakan sesuatu untuk kita." Jawab Abizar sambil menggenggam tangan Avica. "Sekarang kita mulai lembaran baru bersama-sama, oke?" Ucap Abizar lagi. Dan Avica pun mengangguk.
"Yuk, kita makan. Nanti keburu dingin makanannya." Ajak Abizar.
Abizar memasak rendang daging dan cumi balado. Pria itu sebenarnya memang pandai masak sejak dulu. Tetapi dia jarang melakukannya. Dan baru kali ini dirinya memasak untuk istrinya. Dulu dirinya tidak pernah memasak untuk mantan istrinya. Sebab mantan istrinya dulu lebih mengandalkan pembantunya untuk memasak makanan untuk mereka, atau jika tidak mereka akan makan diluar.
"Bagaimana makanan nya? Enak?" Tanya Abizar ketika istrinya makan dengan lahab nya. Avica tidak berkata-kata lagi dirinya hanya mengangguk.
"Kalau gitu makan yang kenyang ya. Sebab kamu butuh banyak tenaga untuk melanjutkan yang semalam." Ujar Abizar.
"Uhukk..uhhuukkk.." Avica tersedak makanan nya ketika mendengar penuturan Abizar.
Abizar pun langsung buru-buru memberi minum pada Avica. "Minum dulu, sayang."
Dan Avica pun menerima dan langsung meminumnya hingga habis tak tersisa. "Mas Abi bisa nggak sih bahas itunya nanti aja. Aku lagi enak-enaknya makan jadi tersedak kan." Ucap Avica dengan dada naik turun akibat tersedak tadi.
"Maaf kan aku sayang." Abizar merasa bersalah kepada istrinya itu.
"Baiklah, aku maafin." Jawab Avica.
Setelah sarapan sekaligus makan siang, Abizar dan Avica memilih menghabiskan waktunya diruang keluarga sambil bersantai. Dengan Avica berbantalan paha Abizar yang sedang duduk serius sambil mengecek pekerjaannya. Sedangkan Avica memilih untuk menonton televisi sambil menikmati cemilan yang berada didalam toples yang dirinya pegang.
"Alula kapan pulang, mas?" Tanya Avica pada Abizar.
"Besok Alula baru pulang. Kenapa emangnya?" Tanya Abizar.
"Aku sudah kangen sama Alula. Tidak mendengar celotehannya rasanya sepi." Ujar Avica.
"Telpone mama aja kalau kamu kangen!" Kata Abizar sambil menyodorkan handphone nya.
"Baiklah."
Avica pun meraih handphone Abizar dan membuka layar handphone nya yang tidak terkunci untuk mencari kontak mama mertuanya.
Tutt..tuutt..tuuttt...
(Halo, Bi.) sambungan pun terhubung dan terdengar suara Bu Sarah.
(Halo, Assalamu'alaikum, ma. Ini Avica, ma.) jawab Avica.
(Ohh, Avica. Ada apa sayang?)
(Avica kangen sama Alula ma, Alulanya dimana?)
(Alula ada, dia sedang bermain dengan opanya.)
(Ohh, gitu. Boleh tolong dipanggilin nggak, ma?)
(Iyaa, tunggu sebentar ya.) bu Sarah pun memanggil cucunya yang sedang bermain.
Tak lama terdengarlah suara Alula.
(Halo, mama. Assalamu'alaikum.)
(Waalaikumsalam, sayang. Alula kapan pulang? Mama Ica sudah kangen loh.)
(Alula juga kangen mama. Alula pengen pulang, tapi kata oma Alula tidak boleh ganggu papa sama mama dulu supaya Alula bisa cepat punya adik.) celoteh Alula dengan panjang lebar. Avica pun menutup mulutnya sebab kaget mendengar ucapan anak sambung nya itu. Hingga membuat Avica bingung harus menjawab apa.
(Ohh, gitu ya.) jawab Avica seadanya.
(Iya, ma. Mama udah dulu ya, Alula mau lanjut main sama opa. Dadah mama.) ucap Alula mengakhiri percakapannya dengan Avica.
(Halo, Ca.)
(Iya, ma.)
(Udah dulu ya, mama sedang sibuk ini.) ucap bu Sarah berbohong, sebab beliau ingin anak dan menantunya banyak waktu untuk bersama.
(Baiklah, ma. Maaf jika Avica mengganggu.) ucap Avica.
(Tidak apa-apa, Nak. Ya udah kalau begitu. Assalamu'alaikum.)
(Waalaikumsalam, ma.)
Sambungan pun terputus, Avica pun menyerahkan kembali handphonenya pada Abizar .
"Sudah telpon nya?" Tanya Abizar pada Avica.
"Sudah, mas."
Avica pun kembali melanjutkan untuk menonton televisi. Hingga matanya mulai mengantuk meminta untuk dipejamkan. Sedangkan Abizar masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Pada akhirnya Avica pun tertidur dengan begitu nyenyaknya.