"Selain sering berbicara kaku seperti Google translate, kamu juga tidak peka, Peony. Mengertilah, Aku menyukaimu sejak awal!!" — Van Jeffdan Admaja.
"Maaf, Saya hanya berusaha bersikap profesional, Tuan.” — Peony Thamyta Sedjatie.
***
Peony adalah tuan putri manja yang segala sesuatunya selalu di siapkan oleh para pelayan.
Makan dari sendok emas. Kehidupan layaknya tuan putri yang keinginannya selalu di turuti sang raja. Itulah Peony Thamyta.
Hidupnya serba mewah, apa yang dia inginkan hanya perlu dia katakan dan beberapa menit setelahnya akan menjadi kenyataan.
Setidaknya, hal itu terus berlanjut sebelum Ayahnya —Darius Sedjatie, tiba-tiba menjodohkan Peony dengan anak teman bisnisnya.
Peony yang merasa belum siap menikah pun menolak! Berharap keinginannya kali ini akan terkabulkan, tapi sayangnya kali ini keberuntungan Peony seolah hilang. Darius tak mau menurutinya lagi, sehingga lelaki paruh baya itu menawarkan sebuah perjanjian gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keisengan Jeffdan
“Saya juga, Kak.”
Tani mengangkat wajahnya yang sedikit memerah karena malu, hei coba bayangkan! Jerry baru saja melamar nya. Pacaran saja belum pernah, tapi lelaki itu malah meminta Tani untuk menjadi partner hidupnya?!.
Tani juga, mau-mau nya dia di ajak menikah tanpa menjalin kasih terlebih dahulu! Gila, Tani memang sudah gila karena tidak bisa menolak pesona Jerry.
“T-tapi, Kak. Bukankah itu terlalu cepat? Maksudku, bukankah kita perlu saling memahami jauh terlebih dahulu. Kita bahkan baru beberapa bulan mengenal, dan hanya beberapa kali terlibat perbincangan, yang lebih parahnya lagi, kita hanya sekedar berbicara tentang bisnis.”
Jerry mengangguk menyetujui, memang benar adanya. Dia dan Tani memang tidak banyak berbincang. Dan sekalinya berbincang pun hanya mengenai perusahaan saja, tidak lebih.
Tapi perlu kalian tau, jika Jerry sudah jatuh hati pada Tani sejak beberapa tahun yang lalu!? Mungkin aneh bagi kalian, menganggap bahwa Jerry sudah jatuh hati sebelum pertemuan mereka.
“Tak apa, Tani. Kita bisa menjadi kekasih setelah menikah nanti. Dan tentang perkenalan ... Aku lebih dulu mengenal mu sejak beberapa tahun lalu. Eumm, sekitar dua atau tiga tahun yang lalu.” Kata Jerry tersenyum kalem.
Tani mengernyitkan dahinya bingung. Tiga tahun lalu? Bukankah saat itu Tani masih menjadi anak kuliahan kan? Oh atau mereka dulu adalah seangkatan saat kuliah?
Tapi bagaimana bisa? Kenapa Tani tidak bisa mengingat nya? Atau memang dulu Jerry adalah penggemar rahasia Tani?
‘Ah, entahlah, aku pusing’ —Tani.
“Sudah, jangan di pikirkan dulu. Katakan jika kamu sudah siap menikah denganku, kamu tinggal mengatakannya saja nanti, biar keperluan acara aku saja yang mengurus nya. Dan, tolong jangan panggil aku ‘Tuan’ lagi! Kamu kekasihku sekarang, oh, atau calon istriku. Ya, intinya jangan panggil aku ‘Tuan’ lagi, di jam kantor pun juga! Panggil aku Kak, atau sayang, oh, Honey? Tidak buruk juga kan.”
Kata Jerry tersenyum, sedangkan Tani sudah menggelengkan kepalanya heboh— tentunya dengan wajah yang sudah memerah, tanda tak setuju. Heol, bagaimana mungkin di jam kantor dia memanggil lelaki itu dengan panggilan Honey! Bisa di cap buruk dirinya oleh warga kantor.
“Kak, setidaknya di jam kantor tidak perlu di ubah, aku tidak ingin di cap buruk oleh para karyawan kantor. Bisa-bisa aku di hujat nanti!” Katanya protes.
Sedikit menekuk bibir bawahnya kesal, namun na’as! Di mata Jerry itu malah terlihat sangat menggemaskan dan —err.
“K-kak, hei. K-kau, kau ingin apa?!”
“Yaaa—!”
*
*
Peony dengan perlahan dan kesabarannya mulai sedikit demi sedikit untuk mengeringkan rambut Jeffdan. Ingin sekali rasanya dia memaki sang bos, bisa-bisanya laki-laki aneh itu melarang Peony mengeringkan rambut nya menggunakan Hair dryer.
Ayolah, rambut Jeffdan itu tebal, jadi akan membutuhkan waktu dan banyak tenaga untuk membuatnya benar-benar kering maksimal. Sedangkan tangan Peony sudah kebas rasanya. Ingin sekali dia segera memotong tangannya yang berharga itu. Tapi sayang, nanti Peony tidak akan mempunyai tangan lagi!
Sudah sekitar dua puluh menitan dia menggosok-gosok rambut basah Jeffdan, dan akhirnya bisa bernafas lega juga, karena rambut Jeffdan sudah kering sekarang, tinggal menyisirnya saja agar tidak terlalu berantakan.
Peony menatap nanar kedua tangannya yang baru saja bebas dari pekerjaannya. Sedangkan Jeffdan malah asik-asikan tidur di atas meja rias dengan bantalan guling kesayangannya. Untung Jeff itu Bos, jadi Peony sedikit berusaha tidak mencekik nya sekarang juga.
“Bos sialan, bisa-bisanya aku kena sial karena nolak keinginan Ayah, dan Bunda.” Desis Peony. Tanpa dirinya tau bahwa Jeffdan kini tengah menatap dirinya lewat pantulan cermin besar di depan.
“Aku baru kali ini mendengar umpatan mu itu, Peonytha. Sangat menggemaskan dan juga cantik di waktu yang bersamaan, ah, aku jadi ingin mencicipi bibir merah muda mu itu. Jika boleh, Astaga!” batin Jeffdan kesal sendiri, lalu pura-pura memejamkan matanya kala Peony juga ikut menatap pantulan dirinya.
“Bagaimana ini, dia pasti akan kesakitan jika tidur seperti itu. Apa aku biarkan saja? Ah, tidak. Aku tidak sejahat itu untuk membiarkan seseorang kesakitan. Baiklah, aku sepertinya harus meminta bantuan, tapi siapa?” Monolog gadis itu, masih dalam keadaan kebingungan dan berusaha untuk mencari cara memindahkan Jeffdan yang jauh lebih besar darinya itu.
Karna tak kunjung mendapatkan jawaban, akhirnya Jeffdan pun berinisiatif untuk mengerjai sang asistennya itu sekalian modus! Dia pura-pura mengeliat, lalu sedikit menggeser tubuhnya sehingga terjatuh ke lantai.
Namun gagal, karena Peony yang lebih dulu menahan bahunya agar tidak benar-benar terjatuh. “Hufttt, tidak ada pilihan lain, baiklah! Semangat Peony!!.” Serunya, lalu segera menaikan lengan besar Jeffdan di atas bahunya. Berusaha untuk membopong tubuh bongsor Jeffdan dengan tubuh mungilnya.
Jeffdan tersenyum kecil kala merasakan tangan lembut Peony yang kini tengah memeluk pinggangnya. Menahan agar tidak terjatuh. Sedangkan kedua tangannya di letakan oleh Peony di kedua bahunya —jatuhnya seperti orang pelukan. Lalu kepalanya di kesampingkan agar menyandar pada bahu sebelah kanan Peony.
Jujur, ini rencana paling niat Jeffdan untuk seseorang.
Dengan perlahan pula Peony berusaha untuk menggiring Jeffdan menuju King size yang serba hitam-abu itu. Jeffdan sedikit membuka matanya kala dirasa kini dirinya telah memunggungi cermin, lalu tersenyum senang sembari pura-pura mengeliat, memeluk Peony lebih erat, layaknya bantal guling kesukaannya.
Peony yang merasakan pelukan erat Jeffdan pun mendengus kesal. Bisa-bisanya Bos anehnya itu mencari kesempatan dalam kesempitan. “Oh my Gosh, why is he so heavy!!! Until you want to fall!!” Racau Peony sembari terus berjalan mundur.
Sedangkan Jeffdan yang mendengar makian Peony hanya bisa tersenyum geli, hingga kini keduanya sudah hampir sampai di ujung ranjang. Namun, karena jeffdan yang terlalu berat, dan juga kaki Jeff yang tak sengaja menginjak kaki kecil Peony membuat keduanya sama-sama tidak bisa menjaga keseimbangan dan berakhir tumbang di atas kasur.
Damn!! Apa-apaan ini