Sebelas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Anya menyelamatkan remaja laki-laki dari kejaran penculik. Sebelum berpisah, remaja itu memberinya kalung berbentuk bintang dan janji akan bertemu lagi.
Kini, Anya tumbuh menjadi gadis cantik, ceria, dan blak-blakan yang mengelola toko roti warisan orang tuanya. Rotinya laris, pelanggannya setia, dan hidupnya sederhana tapi penuh tawa.
Sementara itu, Adrian Aurelius, CEO dingin dan misterius, telah menghabiskan bertahun-tahun mencari gadis penolongnya. Ketika akhirnya menemukan petunjuk, ia memilih menyamar menjadi pegawai toko roti itu untuk mengetahui ketulusan Anya.
Namun, bekerja di bawah gadis yang cerewet, penuh kejutan, dan selalu membuatnya kewalahan, membuat misi Adrian jadi penuh keseruan… dan perlahan, kenangan masa lalu mulai kembali.
Apakah Anya akan menyadari bahwa “pegawai barunya” adalah remaja yang pernah ia selamatkan?
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Pagi itu berbeda. Tidak ada lagi bayangan samar yang mencoba bersembunyi di balik identitas palsu. Tidak ada lagi kursi kosong di sudut kafe yang dipenuhi tatapan penuh rahasia. Adrian akhirnya kembali ke asalnya menjadi dirinya sendiri sepenuhnya. Seorang CEO muda dengan aura yang sulit diabaikan, pewaris keluarga besar yang namanya selalu muncul di majalah bisnis, namun kini hadir dengan cara yang lebih sederhana di hadapan Anya.
Bagi Anya, perubahan itu terasa janggal sekaligus menenangkan. Janggal karena ia harus menerima kenyataan bahwa laki-laki yang selama ini menemaninya dan bekerja dengannya, ternyata adalah sosok besar yang tak pernah ia bayangkan bisa hadir dalam hidupnya. Menenangkan, karena setidaknya tidak ada lagi kebohongan yang membatasi mereka. Semua telah terungkap. Semua telah jujur.
Hari-hari setelah pengakuan itu diwarnai rutinitas baru. Adrian tetap sering datang ke kafe, tapi kali ini ia tak lagi menyamar sebagai lelaki biasa bernama "Raka". Ia datang sebagai Adrian lengkap dengan tubuh tegap, sikap tegas, dan sesekali tatapan penuh wibawa yang tak bisa disembunyikan. Meski begitu, cara ia memandang Anya tetap sama: hangat, lembut, dan penuh kesungguhan.
Andara sering ikut. Kehadiran gadis itu seolah menjadi jembatan agar suasana tidak selalu tegang. Kadang ia duduk di meja khusus sambil mengerjakan tugas sekolah, kadang ia membantu Anya merapikan gelas dan cangkir. Perlahan, Anya terbiasa dengan keberadaan mereka. Luka masih ada, tapi ia mulai merasakan bahwa luka itu pelan-pelan bisa sembuh.
---
Suatu siang yang cerah, kafe cukup ramai. Anya sedang menata kue di etalase ketika suara pintu berbunyi. Ia menoleh, lalu hampir menjatuhkan piring yang ia pegang.
Seorang wanita elegan berusia lima puluhan masuk dengan langkah anggun, diikuti seorang pria dengan jas rapi dan aura berwibawa. Anya mengenali mereka dari foto-foto majalah dan berita televisi. Mommy Amara dan Daddy Abraham
Darahnya serasa berhenti mengalir sesaat.
Adrian yang sedang duduk di sudut meja bangkit cepat. “Mom, Dad?”
Wanita itu tersenyum tipis, meski sorot matanya menyimpan keraguan. “Ya, Adrian. Kami datang.”
Anya merasa tubuhnya kaku. Tangannya gemetar, jantungnya berdebar keras. Ia tak pernah membayangkan jika wanita cantik yang begitu ramah dulu pernah datang dengan Andara itu adalah ibu dari Raka atau Adrian, begitu juga pria tampan yang memperkenalkan diri dengan nama pak Bram.
Andara cepat-cepat bangkit dari kursinya dan menghampiri sang ibu. “Mommy… jangan keras-keras, ya. Kak Anya masih shock.”
Wanita itu mengusap rambut Andara dengan lembut, lalu melangkah mendekat ke meja kasir tempat Anya berdiri terpaku.
“Apa kabar Anya?” suaranya tenang dan lembut serta ramah
Anya menelan ludah. “B-baik Nyonya…”
Sebelum ia sempat bicara lebih jauh, Daddy Adrian angkat suara. Suaranya berat, namun penuh kewibawaan. “Anya, kami datang bukan untuk mengintimidasi. Justru sebaliknya. Kami ingin berbicara denganmu.”
Adrian buru-buru menengahi. “Mom, Dad… kalau kalian ingin bicara, mari di ruang belakang. Jangan di sini.”
Anya panik, tapi ia mengangguk pelan. “Baik… silakan ke ruang belakang.”
---
Ruang kecil di belakang kafe biasanya digunakan Anya untuk menyimpan bahan makanan dan catatan. Kini ruangan itu menjadi tempat pertemuan penting yang bisa mengubah hidupnya.
Mommy duduk dengan sikap keibuannya, Daddy di sampingnya, sementara Adrian memilih berdiri di sisi Anya, seolah melindunginya dari apa pun. Andara duduk di kursi kecil di pojok, menatap penuh harap.
Suasana hening beberapa saat. Lalu Mommy membuka suara.
“Anya, kami tahu apa yang terjadi. Kami tahu Adrian menyembunyikan identitasnya darimu. Itu kesalahan besar. Kami juga tahu kau terluka karenanya.” Ia berhenti sejenak, menatap lembut langsung ke mata Anya. “Untuk itu… kami ingin meminta maaf. Atas nama keluarga kami.”
Anya terkejut. Kata-kata itu bukan yang ia duga sebelumnya.
Daddy melanjutkan, suaranya mantap. “Anya sejak awal Daddy dan mommy sudah tau tentang ini semua, maaf kami menutupinya dari mu. Tapi itu semua karena permintaan Adrian yang memiliki alasan kuat"
"Dari awal kami sudah ,enerimamu sayang, jadi tidak ada kata penolakan dari keluarga kami, waktu itu kami datang karena ingin mengenal mu bukan hanya ingin membeli roti saja. Jadi maafkan kami ya sudah menyakiti hatimu" ujar mommy
Air mata Anya tiba-tiba menggenang, tapi ia menahannya.
Mommy menatapnya lebih lembut. “Kau harus tahu, ketika kami melihat perubahan Adrian… kami sadar. Anak kami tidak pernah setulus ini pada siapa pun selain padamu. Ia bahkan rela meninggalkan kenyamanan identitasnya hanya demi memastikan cintamu murni. Itu bukan hal kecil.”
Adrian menunduk, wajahnya tegang. “Mom, Dad…”
Tapi Mommy mengangkat tangan, menghentikannya. “Kami sudah memutuskan, Adrian. Jika Anya adalah pilihanmu, maka dia juga pilihan kami.”
Suasana ruangan mendadak hangat.
Anya tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia menutup mulut dengan tangan, tubuhnya bergetar. “Aku… aku tidak tahu harus berkata apa…”
Daddy tersenyum tipis, wajah tegasnya melembut. “Kau tidak perlu berkata apa pun, Anya. Yang kami minta hanyalah satu: bahagiakan Adrian, seperti ia juga berusaha membahagiakanmu.”
Adrian langsung meraih tangan Anya, menggenggamnya erat. “Aku berjanji, Dad. Mom. Aku tidak akan pernah melepaskannya lagi.”
Andara tersenyum lebar, matanya berbinar. “Akhirnya… Aku bahagia sekali.”
Suasana berubah menjadi haru.
Mommy bangkit, lalu menghampiri Anya. Ia meraih tangannya, menggenggam erat. “Maafkan kami jika selama ini kami terlalu membuat mu kaget. Mulai sekarang, kau bagian dari keluarga kami.”
Air mata Anya jatuh tanpa bisa ditahan. “Terima kasih, Nyonya… Tuan…”
“Panggil kami Mom dan Dad,” ucap Daddy tegas namun hangat.
Anya terisak, lalu mengangguk. “Mom… Dad…”
Itu pertama kalinya ia mengucapkan panggilan itu, dan dadanya terasa penuh oleh sesuatu yang sulit dijelaskan: penerimaan, kebahagiaan, juga harapan baru.
---
Hari-hari setelah pertemuan itu benar-benar berubah. Adrian tidak lagi datang ke kafe sebagai bayangan, melainkan sebagai dirinya sendiri. Para pelanggan bahkan mulai memperhatikan sosoknya beberapa mengenali siapa dirinya, beberapa hanya mengagumi aura kuatnya. Tapi anehnya, itu tidak lagi membuat Anya takut.
Kini ia tahu, apapun yang terjadi, keluarga Adrian ada di pihak mereka.
Mommy bahkan sesekali datang membawa teman temanya untuk datang ke toko sweet Anya, sementara Daddy menawarkan bantuan renovasi agar tempat itu lebih luas dan nyaman. Anya awalnya menolak, tapi mereka bersikeras. “Kau bagian dari keluarga sekarang,” kata Mommy sambil tersenyum.
Anya masih harus berjuang melawan keraguan dalam hatinya. Luka lama belum sepenuhnya sembuh. Tapi dengan adanya restu dari keluarga Adrian, langkahnya terasa lebih ringan.
Dan di sisi lain, Adrian tampak semakin mantap. Ia tetap menjalankan perannya sebagai CEO, sibuk dengan rapat dan proyek besar, namun selalu menyempatkan waktu untuk mampir ke kafe, entah hanya lima belas menit untuk minum kopi, atau sekadar tersenyum melihat Anya bekerja.
Setiap kali Anya menatapnya, ia tahu perjalanan mereka belum selesai. Tapi kali ini, mereka berjalan bukan lagi dalam bayangan, melainkan di bawah cahaya yang sama, dengan restu keluarga, dan dengan janji untuk saling menjaga sampai akhir.
Bersambung
lgian,ngpn msti tkut sm tu nnek shir....
kcuali kl ada rhsia d antara klian....🤔🤔🤔