NovelToon NovelToon
Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Sejak bayi, Eleanor Cromwel diculik dan akhirnya diasuh oleh salah satu keluarga ternama di Kota Olympus. Hidupnya tampak sempurna dengan dua kakak tiri kembar yang selalu menjaganya… sampai tragedi datang.

Ayah tirinya meninggal karena serangan jantung, dan sejak itu, Eleanor tak lagi merasakan kasih sayang dari ibu tiri yang kejam. Namun, di balik dinginnya rumah itu, dua kakak tirinya justru menaruh perhatian yang berbeda.

Perhatian yang bukan sekadar kakak pada adik.
Perasaan yang seharusnya tak pernah tumbuh.

Di antara kasih, luka, dan rahasia, Eleanor harus memilih…
Apakah dia akan tetap menjadi “adik kesayangan” atau menerima cinta terlarang yang ditawarkan oleh salah satu si kembar?

silahkan membaca, dan jangan lupa untuk Like, serta komen pendapat kalian, dan vote kalau kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Malam itu, langit kota menggantung pekat tanpa bulan, hanya titik-titik bintang yang sesekali berkelip di antara awan tipis. Elanor masih terjaga di ranjangnya. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya menolak untuk diam. Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan tamparan Casandra, suara bentakannya, dan tatapan heran Dominic di meja makan tadi, kembali berulang dalam kepalanya.

Ia menghela napas panjang. Tenggorokannya terasa kering, memaksanya untuk bangkit. Dengan langkah hati-hati, ia berjalan keluar kamar. Lantai kayu berderit pelan setiap kali ia menginjaknya, seolah memperingatkan agar ia tidak menimbulkan suara.

Ketika sampai di dekat dapur, langkahnya terhenti. Ada cahaya redup dari ruangan itu. Suara Casandra terdengar, rendah tapi jelas menusuk, karena ia sedang berbicara melalui telepon.

Elanor menahan napas, bersembunyi di balik dinding.

Dari balik temaram cahaya lampu dapur, suara Casandra terdengar jelas menusuk ke telinga Elanor. Nada suaranya rendah, penuh kepastian, seperti seseorang yang terbiasa memegang kendali.

> “Jangan bodoh, tentu saja aku tidak menyesal. Alexander terlalu lemah, terlalu bodoh, karena dipengaruhi rasa sayangnya pada anak itu. Kalau aku tidak bertindak, semua harta Cromwell jatuh ke tangan anak brengsek itu, dan aku tidak akan mendapat apa pun.”

Ia terdiam sebentar, mendengarkan lawan bicaranya, lalu tertawa kecil, tawa dingin yang membuat bulu kuduk Elanor meremang.

> “Kau masih ingat kan, malam itu? Satu suntikan kecil, satu detik lengah… dan selesai. Semua orang percaya dia mati karena serangan jantung. Aku pastikan tidak ada satu pun jejak yang bisa mengarah padaku. Bahkan polisi pun menutup kasus itu tanpa curiga.”

Casandra berjalan pelan di sekitar dapur, suaranya makin tegas:

> “Tapi masalahnya sekarang adalah anak brengsek itu, Gadis sialan itu pewaris tunggal. Wasiat Alexander jelas-jelas menuliskan namanya. Bayangkan saja, semua saham, properti, rekening, bahkan perusahaan keluarga ini… atas nama bocah polos itu. Apa kau kira aku akan duduk diam?”

Elanor menahan napas, tubuhnya bergetar semakin hebat. Kata-kata itu menusuk hatinya seperti pisau.

Casandra kembali bersuara, kali ini nadanya penuh racun:

> “Aku sudah menahan diri tujuh tahun ini, berpura-pura menjadi ibu yang baik di depan kedua anaku hanya demi menjaga kedudukanku. Tapi sekarang, aku tidak bisa lagi menunggu. Jika Elanor sampai tahu, atau ada yang tahu soal wasiat itu, semua rencana kita hancur.”

Ia terdiam lagi sejenak, mendengarkan jawaban dari orang di seberang, lalu suaranya meninggi:

> “Tenang saja, aku sudah punya cara. Gadis itu rapuh. Satu demi satu, aku akan pecahkan mentalnya sampai dia sendiri menyerah. Jika perlu, aku singkirkan dia dengan cara yang lebih… permanen. Yang penting, semua harta Cromwell tetap berada di dalam genggaman tanganku.”

Casandra mendesah puas, lalu berkata dengan nada tajam:

> “Ingat, aku sudah mengorbankan banyak hal untuk sampai di posisi ini. Tidak ada seorang pun, termasuk anak sialan itu, yang bisa menghalangi jalanku.”

Elanor merasakan seluruh tubuhnya membeku. Selama ini ia pikir dirinya hanyalah anak yang disisihkan, tidak berarti apa-apa bagi keluarga ini. Tapi ternyata, ayah tirinya, Alexander Cromwell, menaruh seluruh kepercayaannya padanya, bahkan setelah tiada. Dan Casandra… ibu tirinya sendiri… dialah dalang di balik tragedi itu.

Suara tawa dingin Casandra masih menggema di telinga Elanor ketika kakinya tanpa sadar melangkah mundur. Ujung lantai kayu berderit pelan, membuat jantungnya seketika berhenti berdetak. Casandra mendadak terdiam di seberang telepon, matanya menyapu dapur dengan sorot penuh curiga.

“Siapa di sana?” serunya Tajam, penuh ancaman.

Elanor menahan napas erat-erat, tubuhnya bersembunyi di balik tembok, hanya berharap detak jantungnya yang kacau tidak terdengar. Casandra melangkah pelan, sepatunya menimbulkan suara “tak… tak… tak” yang menusuk ke dalam sunyi malam.

Namun, sebuah dering kecil dari ponsel lawan bicaranya di ujung telepon membuat perhatian Casandra kembali teralih. Ia mendengus kesal, lalu melanjutkan percakapannya dengan nada lebih rendah, sambil berjalan menjauh dari dapur.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Elanor. Dengan langkah secepat mungkin tanpa menimbulkan suara, ia berlari menaiki tangga. Nafasnya terengah, jemarinya gemetar saat membuka pintu kamarnya, dan begitu pintu tertutup rapat, tubuhnya langsung merosot, bersandar lemah di balik pintu.

Butuh beberapa menit untuk menenangkan degup jantungnya. Perlahan, ia berjalan menuju meja rias, menyalakan lampu kecil, dan menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya masih tampak pucat, mata membengkak, namun ada sesuatu yang berbeda kini terpancar—sebuah bara kecil yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Elanor mengusap wajahnya, mencoba menyeka rasa takut yang masih tersisa. “Jadi… Ayah tidak mati karena sakit,” gumamnya lirih, seolah bicara pada bayangan dirinya sendiri.

Air matanya jatuh, tapi kali ini tidak hanya karena sedih. Ada kemarahan yang bercampur, ada luka yang berubah menjadi tekad. Dengan tangan yang mengepal di atas meja rias, ia berbisik pelan, penuh janji pada dirinya sendiri:

Setelah berjanji pada dirinya sendiri, Elanor mengusap sisa air mata di pipinya. Tangannya gemetar ketika menarik laci meja rias, mengeluarkan sebuah laptop tipis yang sudah lama tak tersentuh. Ia menyalakan perangkat itu, cahaya layar biru menyinari wajahnya yang pucat, memberi kesan seolah dunia baru sedang terbuka di hadapannya.

Jari-jarinya menari kaku di atas keyboard. YouTube terbuka. Kata kunci pertama yang ia ketik: “basic makeup tutorial”. Puluhan video bermunculan di layar, wajah-wajah cantik dengan senyum percaya diri menatapnya dari thumbnail.

Elanor menatap layar itu lama. Bisakah aku seperti mereka? gumamnya dalam hati. Dengan nafas panjang, ia klik salah satu video, lalu mengambil kotak kecil berisi bedak, lipstik, dan peralatan seadanya yang ia miliki.

Malam pun bergulir perlahan. Elanor menatap pantulan dirinya di cermin, mencoba menirukan gerakan tangan para beauty vlogger yang dilihatnya. Sesekali ia salah, eyeliner berantakan, blush on terlalu tebal, atau bedak menggumpal di satu sisi pipi. Tapi ia tidak berhenti. Setiap kesalahan menjadi bahan belajar.

Setelah makeup, ia beralih pada video lain: “cara berjalan dengan anggun”, “cara berbicara percaya diri”, bahkan “bagaimana menjadi pusat perhatian di sebuah ruangan.”

Layar laptop silih berganti menampilkan dunia yang asing namun menggoda, sementara Elanor terus menirukan, mempraktikkan, mengulang, dan memperbaiki. Semakin larut malam, kantuk sempat menyerang, tapi ia menepisnya dengan tekad yang semakin kokoh.

Jam dinding menunjukkan lewat pukul dua dini hari, namun matanya masih menatap penuh semangat. Di balik wajah lelah dan sisa memar yang masih samar, ada percikan kecil yang berbeda, Elanor perlahan sedang membangun topeng barunya, topeng yang kelak akan ia gunakan untuk melawan dunia yang menjatuhkannya.

Malam itu, kamar sederhana Elanor berubah menjadi ruang latihan. Dan dirinya yang dulu, rapuh, polos, dan pasrah, perlahan terkubur, digantikan dengan seorang gadis yang sedang memahat ulang takdirnya sendiri.

Cahaya pagi menerobos lembut lewat celah tirai, menyorot meja rias Elanor yang penuh dengan sisa bedak, lipstik, dan kuas kecil yang berantakan. Di hadapan cermin itu, seorang gadis dengan wajah baru menatap pantulannya sendiri. Mata yang semalam sembab kini tertutup riasan tipis, membuatnya tampak lebih hidup. Rambutnya lurus berkilau karena catokan, jatuh rapi di bahunya.

Elanor menarik napas panjang, senyum tipis terbit di bibirnya. Tidak ada lagi gadis polos yang hanya bisa diam dan menangis. Pagi ini, ia sudah siap mengenakan “topeng” yang dipelajarinya semalaman.

Seragam sekolahnya pun sudah tidak sama. Rok yang semula panjang ia potong lebih pendek, berubah menjadi rok mini yang memperlihatkan garis stoking warna kulit yang halus, tersamarkan lagi oleh kaus kaki panjang. Sentuhan kecil itu membuat penampilannya berubah total—lebih berani, lebih menonjol.

Langkah kakinya berayun anggun menuruni tangga. Setiap hentakan hak sepatunya bergema lembut di lorong rumah besar itu, seolah mengumumkan kelahiran sosok baru.

Di ruang makan, Daniel dan Dominic sudah duduk dengan secangkir kopi masing-masing. Daniel yang fokus membaca koran, dan Dominic yang fokus memainkan smartphonenya. Casandra pun ada di ujung meja, wajahnya seperti biasa, tersenyum palsu penuh pura-pura manis. Namun seketika, ketiganya menoleh begitu mendengar suara langkah itu.

Daniel spontan meletakkan korannya. Matanya membelalak, lalu dengan cepat berusaha menyamarkan keterkejutannya. Dominic, yang fokus dengan smartphone nya, tiba-tiba meletakan smartphone nya itu. Tatapan matanya membeku, kemudian merona samar, entah karena kagum atau bingung dengan sosok adiknya yang kini begitu berbeda.

Casandra, sebaliknya, rahangnya langsung mengeras. Senyum manisnya runtuh seketika, berganti dengan sorot tajam yang penuh amarah terpendam. Ia bisa merasakan aura baru dari Elanor, sesuatu yang jelas-jelas mengusik posisinya.

Elanor menurunkan tasnya dengan tenang, lalu duduk di kursi makan seolah ia lah ratu di ruangan itu. Ia mengambil sendok, menyendokkan sarapan dengan tenang. Sesekali, ia melirik kedua kakaknya dan memberikan senyum manis, senyum yang sukses membuat dada keduanya berdebar tak karuan, meski berusaha keras untuk tidak menunjukkannya.

Keheningan itu terasa menyesakkan. Seakan-akan ada medan tak terlihat yang berubah di meja makan Cromwell. Gadis rapuh yang dulu sering menunduk kini sudah lenyap. Yang ada hanyalah sosok baru dengan tatapan mantap, senyum penuh percaya diri, dan langkah yang tidak lagi goyah.

Selesai sarapan, Elanor meletakkan sendoknya dengan perlahan. Ia bangkit dari kursinya, lalu dengan anggun merapikan roknya.

“Aku berangkat,” ucapnya singkat, suaranya mantap tanpa keraguan sedikit pun.

Ia berjalan meninggalkan meja, melewati Casandra yang menatapnya dengan penuh kebencian terpendam, lalu melangkah menuju pintu depan. Kedua kakaknya masih terpaku di tempat, seolah baru saja melihat bintang jatuh di hadapan mereka.

Pintu utama terbuka, dan cahaya pagi menyinari siluet Elanor. Dengan langkah penuh percaya diri, ia melangkah keluar, masuk ke mobil yang sudah menunggunya.

Dan untuk pertama kalinya, sejak malam penuh air mata itu Elanor benar-benar tampak seperti seseorang yang siap menghadapi dunia.

1
Nanabrum
Ngakakk woyy😭😭
Can
Lanjuuutttt THORRRRR
Andr45
keren kak
mirip kisah seseorang teman ku
air mata ku 😭
Andr45
wow amazing 🤗🤗
Can
Lanjut Thor
Cikka
Lanjut
Ken
Semangaaat Authooor, Up yang banyakk
Ken
Udah ngaku ajaaa
Ken
Jangan tidur atau jangan Pingsan thor😭😭
Ken
Nahh kann, Mulai lagiii🗿
Ken
Wanita Kadal 02🤣🤣
Ken
Bisa hapus karakter nya gak thor🗿
Ken
Kan, Kayak Kadal beneran/Panic/
Ken
Apaan coba nih wanita kadal/Angry/
Vytas
mantap
Ceyra Heelshire
gak bisa! mending balas aja PLAK PLAK PLAK
Ceyra Heelshire
apaan sih si nyi lampir ini /Panic/
Ceyra Heelshire
wih, bikin novel baru lagi Thor
Hazelnutz: ehehe iyaa😅
total 1 replies
RiaChenko♥️
Rekomended banget
RiaChenko♥️
Ahhhh GANTUNGGGGG WOYYY
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!