Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16 Gossip Itu Lebih Berbahaya Dari Virus Apapun.
Udara pagi di lobi kantor terasa lebih cerah bagi Vivian. Bibirnya masih tersenyum sendiri, mengingat obrolan pagi tadi dengan Zeke...dan...dan...pelukan yang entah disengaja atau tidak, meskipun awalnya mesti jumpscare dulu.
"Vi!"
Suara Mia menyadarkannya. Teman sekantornya itu sudah berdiri di depan lift, mengangkat alis penuh arti.
"Wah, pagi-pagi udah glowing gini?" goda Mia, matanya menyipit. "Jangan-jangan semalam ada ‘meeting khusus’ sama Pak Nathanael ya?"
Vivian tersedak.
Mini-Vivi langsung muncul di pundaknya, berkeringat dingin, memegang papan peringatan tanda darurat sambil berbisik. "RED ALERT! MIA MENGIRA KAMU BAHAGIA KARENA BOS! KALAU DIA TAU INI SEBENARNYA KARENA ZEKE..."
Lift terbuka. Vivian masuk dengan langkah gugup. "N-nggak kok!. Aku cuma... tidur nyenyak aja semalam."
Mia menyeringai. "Ah, pasti karena makan sushi kemarin. Aku lihat pas kalian keluar bareng~"
"Bukan! Maksudku..." Vivian berusaha membantah.
Tiba-tiba, lift berhenti di lantai 5.
Pintu terbuka.
Nathanael Adrian berdiri di sana, tangan mengangkat dokumen, wajahnya yang biasanya dingin terlihat lebih cerah.
"Vivian," sapanya, langsung masuk dan berdiri di sampingnya. "Aku sudah pesan tempat es krim itu untuk jam 7 nanti."
Suasana lift mendadak beku.
Mia membelalak, mulutnya membentuk "O" besar.
Mini-Vivi menjerit tanpa suara sambil memegang kepala. "BENCANA LEVEL MAXIMUM! SEKARANG MIA BAKAL KIRIM BROSUR PERNIKAHAN KALIAN KE SELURUH KANTOR!"
Vivian tertawa nervous, tangan gemetar mencengkeram tas. "A-aku... aku belum..."
Mini-Vivi langsung memanjat pundak Vivian. " JANGAN BERANI TOLAK VI!!. ATAU KAMU MAU BIKIN LAGI PERANG DINGIN!!!."
Nathanael memiringkan kepalanya. "Ada masalah?"
"TIDAK!" jawab Vivian terlalu cepat. "Maksudku... aku masih harus cek jadwal dulu. Ehe."
Mia yang masih berdiri disampingnya menghela napas dramatis. "Duh, jadi ini sumber glowing-mu, Vi~" Bisiknya.
Nathanael tersenyum kecil.
Mini-Vivi sudah pingsan karena stress yang menumpuk di lantai lift.
_______
Sore hari sepulang kerja di Restoran Es Krim Michelin "Glacé Étoile"
Vivian menatap menu dengan mata berbinar bukan karena kagum, tapi karena shock berat.
"S-Satu scoop Rp 850 ribu?!" desisnya, jari gemetar menunjuk angka itu. "Ini pakai emas atau gimana?"
Nathanael tersenyum kecil dari seberang meja marmer hitam. "Coba yang truffle white chocolate. Katanya yang paling terkenal di sini."
Mini-Vivi muncul di atas vas bunga kristal, tangan mungilnya sudah memegang kalkulator. "KALAU KITA BELI 4 SCOOP, ARTINYA KITA HABISIN UANG 3,4 JUTA UNTUK... ES KRIM. BOS, KAMU GILA YA?!"
Vivian menggeleng cepat. "A-Aku cukup yang satu scoop saja. Yang... yang paling murah."
Nathanael mengangkat alis. "Kita datang ke tempat Michelin hanya untuk pesan yang paling murah?" Tangannya sudah mengangkat sinyal pada pelayan lalu memesan, "Dua truffle white chocolate, gold leaf garnish, dengan wine pairing-nya."
Vivian nyaris terjatuh dari kursinya.
Mini-Vivi berlutut diatas meja masih dengan kalkulator yang kini sudah retak karena bahkan kalkulator pun terlalu takut untuk menghitung semua jumlah harga eskrim ini. BERAPA HARGA UNTUK SEMUA ITU!!. JUGA UNTUK SEMUA YANG NATHANAEL TRAKTIR SEBELUMNYA!!. APA GAJI KITA SELAMA 3 TAHUN CUKUP VI??."
Vivian menelan ludah. " Kamu...kamu sering ke tempat semacam ini?" tanyanya, mencoba mencairkan suasana.
Nathanael menggeleng. "Pertama kali. Tapi..." Matanya berbinar. "Aku ingin yang spesial untukmu."
Vivian tersedak es krim yang dengan tangan gemetar dia siapkan ke mulut.
"Apa-apaan, Nat! Kamu baru saja menghabiskan uang untuk makan malam 10 orang hanya untuk ES KRIM!"
Nathanael tertawa, suara yang jarang keluar darinya. "Dan lihat, kau akhirnya memanggilku 'Nat' tanpa gagap."
Vivian memerah. "I...Itu karena aku shock!"
Mini-Vivi langsung memberikan lirikan tajam pada Vivi. "ALASAN KLASIK."
________
Saat mengantar Vivian pulang, Nathanael tiba-tiba berhenti di depan gerai es krim kaki lima.
"Aku tahu kau lebih suka ini," ujarnya sambil memesan es krim potong Rp 15.000.
" Kok tahu?!. " Kejut Vivi.
" Mia yang bilang."
Mini-Vivi mendesis. "DASAR PENGKHIANAT!!."
Vivian terpana."Tapi tadi..."
"Aku hanya ingin menunjukkan," Nathanael menyela, "bahwa aku bisa menikmati versi dirimu yang apa adanya."
Es krim Michelin vs Es krim kaki lima.
Kartu hitam vs Uang receh.
Nathanael yang sempurna vs Nathanael yang... manusia.
Mini-Vivi panik di pojokan. " DIA NGE CHEAT!! BERANINYA DIA NGE CHEAT!! KALAU ROMANTIS BEGINI, GIMANA KITA BISA NOLAK!!."
________
Esoknya rapat dadakan di kantor yang di pimpin oleh Mia tanpa Vivian yang sengaja gak di undang.
Mia mengetuk-ngetuk gelas kopinya dengan sendok stainless steel, suara metaliknya memecah kesibukan pantry kantor. Dua belas pasang mata langsung tertuju padanya, penasaran.
"Teman-teman," bisiknya dramatis, meski suaranya tetap terdengar jelas sampai ke ujung ruangan, "ada hot news yang kalian semua harus tahu."
Dia berhenti sejenak, menikmati ketegangan yang tercipta. Bahkan suara mesin kopi seakan mereda.
"Vivian dan Pak Nathanael..." Nafasnya sengaja ditahan, "akhirnya official!"
Kantor pun meledak.
Divisi Akuntansi langsung histeris.
"Aku udah bilang dari dulu!" teriak staf yang paling doyan drama, sambil langsung membuka WhatsApp. Dalam hitungan menit, grup "ViviNath OTP" terbentuk dengan member 15 orang.
Di meja sebelah, dari IT dengan cepat membuka Photoshop. "Bentar, aku edit foto mereka jadi undangan pernikahan dulu," gumamnya sambil tersenyum licik.
Divisi SDM langsung panik mode on. Sang kepala HRD, langsung membuka laptopnya. "Kita butuh revisi Office Romance Policy sekarang juga!" serunya pada asistennya yang kebingungan.
Sementara itu di meja recruitment, satu stafnya membuka sistem. "Aku buat lowongan pengganti Vivian aja deh, buat jaga-jaga," bisiknya pada rekan sebelah.
Divisi IT mengambil langkah lebih ekstrim. "Bro, akses CCTV lift yuk," ajak satu stafnya sambil mengetik kode dengan cepat. "Wah, mereka sering naik lift berdua jam 7 malem!" teriaknya excited.
Di balik printer besar di sudut ruangan, Vivian yang baru datang yang langsung bersembunyi mendengar semuanya.
Mini-Vivi muncul di bahunya, wajah pucat pasi. "Kita... kita baru mau makan es krim aja kok! Kok udah pada ngomongin undangan pernikahan!?"
Kemudian sepanjang siang itu, Vivian seperti selebriti yang dikepung paparazzi.
Setiap kali melewati meja kerja, selalu ada yang berbisik:
"Kapan nikah, Vi?"
Dia sudah menghitung - pertanyaan itu terlontar 12 kali hari itu.
Di meja kerjanya, sudah menumpuk:
- 7 kotak kue dengan tulisan "Selamat ya Vi!"
- 1 paket misterius dari divisi marketing yang ketika dibuka isinya... lingerie merah! Dengan catatan: Untuk malam special wkwk.
Meeting sore hari jadi mimpi buruk.
Mia dengan senyum penuh arti berkata:
"Vivi, tolong presentasi proyek Singapura..." lalu tiba-tiba berhenti, "ah iya, lebih baik minta Pak Nathanael untuk bantu presentasi kan? Biar couple goals~"
Tablet di tangan Vivian terjatuh dengan suara keras.
Sedangkan di lantai direksi, asisten Nathanael terlihat gugup.
"Pak, seluruh kantor membicarakan Anda dan..."
Nathanael mengangkat tangan, menghentikan laporannya. "Biarkan saja," ujarnya pendek.
Tapi begitu sang asisten pergi, senyum kecil mengembang di wajahnya.
__________