Dipisahkan karena sebuah kesalahan membuat dua remaja mengakhiri hubungan mereka tanpa kejelasan.
Hilangnya Anezha Shepira setelah malam tak terlupakan di antara mereka menyisakan luka bagi Elian. Namun siapa sangka gadis yang ia cari selama ini tiba-tiba muncul disaat ia pasrah dengan keadaan dan mencoba move on dari hubungan masa lalu mereka, lantas akan seperti apa kisah yang sebenarnya belum usai itu?
"Gue udah lupain semuanya, dan anggap kita nggak pernah saling kenal"
"Setelah malam itu? hebat banget." Elian terkekeh sinis, lalu mendekat dan berbisik sinis.
"Dimana dia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malaikat Kecil (Galenino Shankara)
Kembali ke ruang tamu, di sana terlihat tante Arin dan Luna mengobrol layaknya orang yang memang sudah saling mengenal. Nezha mendekat ke arah keduanya, membuat kedua wanita tersebut menoleh ke arahnya.
"Zha, sini duduk sebelah tante," ujar tante Arin diangguki Nezha.
Gadis itu duduk di sebelah tante Arin, tetapi entah kenapa perasaanya tidak bisa tenang, ada kegelisahan juga rasa khawatir yang melanda.
"Sayang, tante boleh tanya sama kamu?" suara Luna seketika membuat Nezha menatap Luna, lalu mengangguk kecil sebagai jawaban. "Boleh tan," tetapi sebelum menjawab, Nezha sempat melirik ke arah tante Arin. Ia merasa ada sesuatu yang keduanya sembunyikan, tetapi entah apa itu.
Luna tersenyum tipis, lalu membenarkan cara duduknya, menatap Nezha dengan seksama.
"Kalau kamu belum atau nggak mau jawab, nggak papa kok sayang, tante nggak maksa."
Belum apa-apa ucapan Luna sudah membuat Nezha semakin gugup saja. Tetapi gadis itu lagi-lagi memaksakan senyum untuk menjawabnya.
"Tante cuma mau denger dari kamu, kenapa waktu itu kamu tiba-tiba pergi Zha? Maksud tante apa yang buat kamu pergi tanpa pamit sama tante ataupun Elian? Apa ada yang bikin kamu nggak nyaman? Atau barang kali Elian melakukan kesalahan, katakan saja sayang, tante datang bukan sebagai mama Elian saja, jika dia bersalah, maka tante akan coba bersikap adil, ia pantas diberi hukuman."
Luna sangat hati-hati sekali ketika mengatakan itu. Takut membuat Nezha tersinggung dan semakin merasa tidak nyaman, yang pada akhirnya Nezha tetap akan bungkam, memendam semua yang seharusnya tidak ia pendam sendiri.
Nezha meremat dress yang ia kenakan, lalu menatap tante Arin yang tersenyum seraya mengangguk, tidak lama setelah itu om Davi kembali menghampiri mereka di ruang tamu, entah tadi beliau dari mana.
"Zha, sebagai om kamu, om cuma bisa kasih saran, jika ada yang berniat baik untukmu, jangan ditolak sayang." Davi tersenyum tipis ke arah Nezha, tapi sorot mata beliau sangat serius kali ini, seperti kata-kata yang baru diucapkannya.
Nezha terdiam, ia ragu untuk menjawab, menatap Arin dan Davi secara bergantian, sementara Luna setia menunggu jawaban Nezha. Tidak memaksa tetapi bukan berati mengabaikan juga.
"Semua terserah kamu sayang," ujar Arin mengelus punggung Nezha.
"Permisi sebentar," pamit Nezha beranjak dari duduknya.
Jelas saja Arin, atau om Davi terkejut dengan tanggapan Nezha, mereka berpikir jika Nezha tidak bersedia menjawab atau mengatakan yang sebenarnya, berbeda dengan Luna yang tidak bereaksi apa-apa, beliau pikir Nezha butuh waktu sendir untuk memikirkannya.
"Mungkin Nezha belum siap, saya pamit dulu kalau begitu, sampaikan salam sayang saya untuknya." Luna mengambil tasnya, berniat untuk pergi dari rumah Arin dan Davi, tetapi belum sempat keluar, Nezha sudah kembali datang, ia membawa ponsel miliknya yang ternyata sudah terhubung dengan mamanya di sana, mereka sedang melakukan vidio call.
"Tante," lirih Nezha seketika membuat Luna terdiamnya.
Perasaan Luna jangan ditanya lagi ketika Nezha menyerahkan ponsel miliknya. Dadanya rasanya meletup-letup ingin keluar. Antara tidak percaya tetapi rasa bahagia itu tidak bisa digambarkan.
"Ada mama dan-"
"Ta-ta-ta-ta."
Suara anak kecil terdengar dari sebrang vidio. Luna menatap Nezha, Arin, dan Davi secara bergantian, sebelum akhirnya layar itu ia hadapkan pada wajahnya.
Tangannya gemetar, air matanya terbendung sudah dipelupuk mata. Dapat Luna lihat dengan jelas, seorang anak laki-laki kecil yang mungkin usianya masih sekitar 1 tahun sedang bermain di sana, bersama dengan mama Nezha atau Mita.
Luna sempat mengenal Mita, meski baru beberapa kali bertemu, tetapi dulu keduanya cukup sering berkomunikasi melalui telepon atau pesan singkat, sebelum Nezha menghilang bersama dengan kedua orang tuanya.
"Sayang, dia-?
"Galenino Shankara," jelas Nezha semakin membuat Luna tidak bisa berkata-kata lagi.
Dadanya semakin berdebar, Luna menatap bayi laki-laki yang kini tampak menghadap ke arah kamera, lalu sedikit mendekat dan tersenyum menampilkan deretan gigi yang belum tumbuh semua.
Luna menutup mulutnya tidak percaya , malaikat kecil itu akhirnya bisa ia lihat, setelah 2 tahun lebih ia hanya mampu tahu akan kabar, tetapi tidak dengan melihatnya. Nezha dan kedua orang tuanya ataupun keluarganya sangat epik menyembunyikan keberadaan malaikat kecil itu. Bahkan sampai membuat seorang Johan yang terkenal berkuasa saja tidak mampu menemukannya.
Mereka tahu selama ini, jika kepergian Nezha karena ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu dan keluarganya. Mereka tahu karena Elian langsung menceritakan kejadian itu. Jangan tanyakan bagaimana marahnya Johan ketika itu, meski Elian anaknya dan masih terbilang sangat muda ketika itu, Johan tetap memberi hukuman yang setimpal. Selain mencabut fasilitas selama 1 tahun, pukulan Elian dapatkan sampai masuk rumah sakit, Elian juga diwajibkan menjadi murid yang berprestasi, setidaknya itu sedikit membuat Johan merasa lega, meski apa yang sudah Elian lakukan tidak bisa dimaafkan.
"Bha," ujar anak kecil itu dari balik layar.
Luna menangis, ia tersenyum dengan jemari membelai layar ponsel Nezha.
"Sayang, ini mama ti," ujar beliau seketika membuat dada Nezha berdesir.
Ada perasaan aneh yang melanda. Ini baru Luna yang melihat Galen, bagaimana jika ayah kandungnya yang melihat? Mungkin keadaan Nezha jauh berbeda dengan saat ini.
Tapi ada keraguan dalam diri Nezha. Ia ragu dan takut jika Elian tidak akan menerimanya. Menerima Galen sebagai anak, meski kata-kata Elian kemarin membuat hatinya sedikit menghangat kala mengatakan akan bertanggung jawab dan berusaha menjadi ayah yang baik, tetap saja Nezha tidak terlalu percaya, kata-kata bisa saja hanya kata-kata sesaat. Kepercayaan Nezha untuk siapapun memang berkurang sejak tragedi dulu.
Cukup lama Luna dan Mita saling mengobrol, Nezha membiarkan saja, ia rasa sudah seharusnya Luna tahu memang dengan keberadaan Galen yang ia sembunyikan selama ini.
"Sayang, maaf untuk apa yang sudah kamu lalui tanpa kita, terutama tanpa Elian."
Nezha tercekat, ia tidak menyangka Luna akan mengatakan itu. Jujur saja alasan Nezha pergi tanpa meminta tanggung jawab selain marah dan kecewa dengan Elian salah satunya ialah karena ia tidak ingin membuat nama baik keluarga Elian hancur. Siapapun pasti tahu keluarga Johan seperti apa, dan Nezha memilih untuk pergi. Tidak menyangka saja kalau kepergiannya ternyata membuat Elian sempat salah jalan, dan dicari oleh mereka, bukan untuk dihakimi, tetapi untuk memberi tanggung jawab dan semangat.
"Nggak papa kok tante, semua udah berlalu," balas," balas Nezha tersenyum tipis.
"Tapi kita nggak akan bisa mengembalikan waktu terbrat kamu dulu sayang, maaf, sekali lagi tante minta maaf."
Nezha membalas pelukan Luna dengan hangat, sedikit mengusap punggung wanita cantik itu.
Setelah dirasa cukup tenang, keduanya mengurai pelukan, menatap satu sama lain, dengan Luna yang menggenggam tangan Nezha.
"Tante tau ini telat banget, tapi kamu mau kan El tanggung jawab?"
...****************...
Gess ini kalau aku lanjut di aplksi sebelah f z gimana? Kalian mau bantu sub ngga? Hee
next up kak
bahagia slalu kaliannn
gemusshh dgn bayik lucu galen
nezha itu kehidupan nya elian