"Hai ganteng, malam ini, mau bermalam bersamaku?"
~ Keira ~
"Kau tidak akan menyesalinya kan, little girl?"
~ Reynald ~
**********
Demi bisa menghadiri pesta ulang tahun pacarnya di sebuah klub malam, Keira nekat mencari cara untuk kabur dari pengawasan Raka, sang kakak yang overprotektif, dengan bantuan sahabatnya, Selina. Namun, sesampainya di sana, betapa terkejutnya ia saat mendengar bahwa Dion, kekasih yang selama ini ia sembunyikan dari sang kakak, justru malah menghina Keira di depan teman-temannya.
Hatinya hancur. Di tengah rasa sakit dan kekecewaan, Keira bersumpah akan mencari laki-laki lain yang jauh lebih tampan dan mempesona dari Dion. Saat itulah ia bertemu dengan sosok pria asing yang sangat tampan di klub. Mengira pria itu seorang host club, Keira tanpa ragu mengajaknya berciuman dan menghabiskan malam bersama.
Namun, keesokan harinya, Keira baru menyadari kalau pria yang bersamanya semalam ternyata adalah Reynald, teman dekat kakaknya sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Reynald
Kali itu juga, Keira langsung merasa menjadi manusia paling bodoh sedunia. Karena, bagaimana bisa dirinya tidak mengingat wajah seorang Reynald?
Reynald bukanlah nama yang asing bagi Keira. Dulu, sewaktu dirinya masih SD, Raka pernah membawa pulang seorang teman yang katanya mau menginap di rumah. Teman yang dimaksud itu adalah Reynald, yang saat itu sudah duduk di bangku SMA, satu kelas dengan Raka.
Keira masih ingat betul saat itu dirinya begitu mengagumi Reynald karena menurutnya cowok itu mempunyai wajah yang sangat tampan. Bahkan dia pernah berkata pada mama dan papa untuk menggantikan Raka dengan Reynald saja, supaya bisa memamerkannya ke teman-temannya. Saat itu Raka yang kesal sampai menggeplak kepala Keira.
"Kenapa Gue masih ingat semuanya, kecuali wajahnya dia?!" Keira bergumam panik. "Ya ampun Keira, kenapa Lo bego banget sih.."
Keira mengintip ke ruang tamu, dimana Reynald dan Raka sedang berbincang dengan asyik di sana. Saat ini, Keira sedang berada di dapur untuk menyiapkan minuman. Tapi bukannya fokus membuatkan minum, ia malah sibuk merutuki kebodohannya sendiri.
"Reynald nggak mungkin kasih tau Kak Raka soal kejadian semalem kan?" tubuh Keira langsung terasa lemas walau hanya membayangkannya saja. "Bagaimana ini? Apa inilah akhir hidup seorang Keira? Harus mati konyol di tangan kakak kandung sendiri?" ia memegang kepalanya frustasi.
"Eh, tapi harusnya dia nggak berani kan," Keira bangkit dari duduknya, mencoba meyakinkan diri sendiri. "Karena kalau sampai Kak Raka tau, Kak Raka bakalan murka dan membunuh dia juga!"
Pikiran Keira mulai merasa tenang setelah menemukan kemungkinan itu. Akhirnya ia menghembuskan napas panjang, berusaha untuk terlihat tenang. Setelah itu kembali ke ruang tamu untuk mengantarkan minuman.
Kedatangan Keira langsung disambut dengan senyum tipis dari Reynald. Di mata Keira, senyuman itu adalah sebuah senyuman licik, seolah-olah pria itu sedang merencanakan sesuatu. Keira tidak boleh lengah dulu, bisa-bisa pria itu bicara yang tidak-tidak pada kakaknya.
"Oh ya, Keira.."
Tuh kan, baru saja Keira mau merasa tenang, tiba-tiba Reynald sudah menyebut namanya saja! Wajah Keira langsung tegang. Apa? Dia mau bilang apa?
Reynald sepertinya sengaja menggoda Keira, dengan membuat jeda panjang di antara kalimatnya. Malah sempat-sempatnya pria itu menyeruput minumannya dulu sebelum melanjutkan.
"Hm, enak. Manis, kaya yang buat," ucapnya sambil melirik Keira.
Tangan Keira terkepal, emosinya seperti sudah memuncak ke ubun-ubun. Sudah tidak sabar rasanya ingin meninju pria itu.
"Keira itu...udah kuliah ya?"
Pertanyaan yang seketika membuat Keira melongo. Tapi sedetik kemudian ia menghela napas lega. Ternyata Reynald belum segila yang dia pikirkan.
"Iya," Keira mengangguk, mencoba bersikap biasa saja. "Sudah semester empat,"
"Wah, benar-benar nggak kerasa ya. Padahal dulu kamu baru sekecil ini," Reynald mengangkat tangannya, membuat ukuran di depan lutut yang membuat Keira langsung mengernyitkan dahi.
Heh, memangnya dulu gue sekecil itu apa! batinnya bersungut-sungut.
Reynald tersenyum dan melanjutkan ucapannya. "Berarti sekarang Keira udah boleh punya pacar dong,"
Mata Keira langsung melotot.
Apa? Apaan sih cowok ini? Kenapa dia malah bahas-bahas masalah pacar di depan Kaka Raka? Memangnya dia nggak tau kalau topik itu sangat sensitif? Huh! dasar nggak peka!
Di dalam hatinya, Keira sibuk mengomel-omel. Sementara itu Raka hanya menanggapi dengan santai.
"Nggak, belum, gue belum bolehin dia pacaran," Katanya sambil menyeruput minumannya.
"Oh ya?" Reynald melirik ke arah Keira yang wajahnya sudah pucat. Di dalam hati pria itu tertawa dengan tingkah Keira yang menurutnya sangat lucu.
"Tapi...kata Keira, dia sudah—"
"Kak," Keira langsung memotong ucapan Reynald. "Dicobain dulu kue nya," katanya mencoba mengalihkan pembicaraan.
Alis Reynald terangkat, ekspresinya seolah menunjukkan kalau dirinya telah menang. Keira hanya bisa mendengus sebal. Ternyata, yang bisa diandalkan cowok sialan ini cuma mukanya aja! Mulutnya sama sekali nggak bisa direm!
"Sudah apa?" Keira pikir, dia telah berhasil mengalihkan topik, tapi nyatanya tidak. Raka kini mulai penasaran dengan kelanjutan ucapan Reynald. "Keira bilang dia kenapa?"
Glek!
Keira menelan ludah gugup. Aduh, sialan! Ini semua gara-gara Lo, cowok ganteng ngeselin!
"Ah, nggak," Reynald menggeleng sambil tersenyum. "Maksud Gue, Keira kan udah gede, mau sampai kapan Lo ngekang dia terus,"
Keira menghela napas lega untuk yang kedua kalinya. Meskipun di dalam hatinya ia memaki-maki Reynald karena pria itu sudah berkali-kali memainkan emosinya.
"Gede apanya, dia itu pola pikirnya masih kaya anak kecil," Raka berkata seenak jidat, yang membuat Keira langsung mendelik. "Keira belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau gue biarin, nanti dia malah terbuai sama rayuan cowok brengsek,"
Jleb!
Keira sontak merasa ada yang menusuk di hatinya. Perkataan kakaknya itu memang menyakitkan untuk didengar, tapi kenapa selalu benar? Dion, pacar pertamanya itu memang brengsek, dan Reynald, si cowok ganteng ngeselin ini, sama brengseknya!
"Ya, baguslah. Memang harus begitu. Gue akan pastikan Keira ketemu cowok baik-baik,"
Keira langsung mendengus mendengar ucapan Reynald. Hello... Kenapa anda tidak berkaca dulu Mas? Anda sendiri bukan cowok baik-baik tau!
Raka hanya tertawa menanggapi ucapan temannya itu. Sepertinya ia tak menganggap ucapan Reynald serius. Kalau Reynald sendiri, entah serius atau tidak dengan ucapannya itu.
"Kalau gitu, Gue anter Lo ke kamar buat istirahat," Raka lalu bangkit dari duduknya. "Koper Lo itu aja?"
Reynald ikut berdiri sambil memegang kopernya. "Iya, yang lainnya nanti nyusul,"
"Oke," Raka mengangguk. "Yuk,"
Di tengah percakapan kedua pria itu, hanya Keira yang tidak mengerti. Ia menatap Raka dan Reynald secara bergantian.
"Eh, tunggu, tunggu, ini maksudnya apa ya Kak? Ke kamar? istirahat? Jangan-jangan, Kak Reynald mau nginep di sini?!"
Raka menatap adiknya itu dengan wajah heran. "Iya. Kenapa? Ada masalah?"
"Ya ada lah, Kak!" Keira buru-buru menarik tangan kakaknya agar sedikit menjauh dari Reynald. "Kenapa Kakak nggak bilang ke aku dulu?"
Dahi Raka berkerut. "Loh, memangnya belum ya?"
"Belum! Kakak cuma bilang kalau temen Kakak mau dateng, gitu aja!"
"Oh, ya berarti Kakak lupa. Udah kan? Kamu sekarang udah tau kan? Jadi sudah beres kan urusan?" ucap Raka santai.
"Loh, ya nggak bisa gitu dong kak!"
Raka menatap adiknya itu dengan muka bingung. "Kenapa nggak bisa, Keira? Apa masalahnya coba?"
"Masalahnya, ada cowok asing menginap di rumah kita, dimana ada aku juga, yang seorang cewek dewasa! Dengan artian, kita berdua yang bukan siapa-siapa berada di satu atap yang sama!Kakak emang nggak merasa itu aneh?"
"Kenapa aneh?" Raka melipat tangannya di depan dada. "Reynald itu kan tamu Kakak, dan dia menginap di sini juga nggak cuma berduaan sama kamu, tapi ada kakak juga. Kakak bahkan udah ngomong sama mama papa dan pengurus perumahan ini, dan mereka setuju-setuju aja kok,"
"Apa?" Keira sekarang benar-benar sudah kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa orangtuanya begitu mudah mengizinkan Reynald tinggal di sini, apa mereka tidak takut anak gadis mereka akan diterkam oleh cowok buaya itu?
"Ah, udahlah, nggak usah mikir yang aneh-aneh kamu," sergah Raka sambil menoyor jidat Keira. "Lagian Reynald itu nggak akan menganggap kamu sebagai seorang cewek. Karena di mata kami, kamu itu cuma anak kecil,"
Keira berteriak dalam hati. Anak kecil darimananya kak? Asal kakak tau, semalem dia nidurin Gue, adek Lo tercinta ini!
Tapi tentu saja ia tak berani mengatakannya karena masih sayang dengan nyawa. Pada akhirnya, ia hanya bisa pasrah saja menerima keputusan ini.
"Yuk," tanpa mempedulikan Keira lagi, Raka segera meraih koper milik Reynald dan membawanya menuju kamar tamu. Reynald sendiri dari tadi hanya senyum-senyum sambil menatap Keira. Lalu, dengan gerakan cepat, ia raih pinggang Keira dan memeluknya.
"Reynald! Lo udah gila ya! Lepasin nggak!" bisik Keira sambil memberontak minta dilepaskan. Tentu saja dia khawatir, bagaimana jika Raka melihatnya?
Reynald malah hanya tersenyum dengan santai sambil berbisik di telinga Keira.
"Iya, gue emang udah tergila-gila sama Lo, bocil,"
...****************...
...Hayoloh Keira, buaya nya malah nginep di rumah kamu.. Hati-hati kena terkam ya🤭...