Hasrat Sang Billionaire

...❤︎...

..."Ia bukan datang untuk dikenali. Tapi ia datang untuk mengambil kembali segalanya."...

...❤︎...

"Elika!"

Suara bariton Conner menggema di kediaman Pierce. Ia sedang duduk dengan gelisah di ruang tengah. Sementara Emma bergegas mendekati putri kesayangannya yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Kenapa tidak pulang?" Conner berdiri dari sofa mahal dengan kualitas tinggi itu. Ia melangkah mendekat ke arah Elika.

Emma memeluk Elika yang terlihat seperti tak bernyawa. "Conner, stop it. Nanti kita bicarakan setelah dia—"

"Apa ini?!" Mata Conner membulat dengan pupil yang mengecil saat menyadari bekas yang ditinggalkan oleh Kael semalam. Tak hanya satu, bahkan ada beberapa kissmark yang sengaja Kael tinggalkan di leher Elika.

"Aku sudah dewasa, Pa." Wajah Elika tanpa ekspresi. Menurutnya tak ada yang salah, jika di usianya yang tinggal 2 minggu lagi menginjak angka 19 tahun. Bukankah semua anak muda juga bercinta?

"Siapa pria itu?" tanya Conner penuh amarah. "Jangan bilang, dia adalah tutormu?"

Elika menatap ayahnya saat itu juga. Meskipun ia tak pernah cerita tentang Julian, tidak. Kael. Meskipun ia tidak pernah menceritakan tentang Kael, tapi bagaimana bisa ayahnya bisa tahu?

Conner mengeram. Ia mengepalkan tangannya dengan penuh kekesalan. Sambil bertolak pinggang, ia mendengus sebal. "Sejak awal, aku memang tak suka dengan bocah miskin itu!"

"Lihat saja, aku akan memecatnya dan memberinya pelajaran—"

"Tapi, Pa. Pagi tadi, Akademi Bahasa menghubungiku. Katanya, mereka akan segera mencari pengganti Julian. Karena anak itu mengundurkan diri—"

"Benar-benar bocah sialan!" umpat Conner kesal. Sudah meniduri anak gadisnya, pria itu mengundurkan diri?! Orangtua mana yang tak sakit hati jika anaknya diperlakukan seperti itu.

Elika hanya diam. Ia tak punya tenaga bahkan untuk menjelaskan atau melarang tindakan ayahnya. Ia hanya diam dan berkutat dengan nama Julian dan Kael. Dua identitas untuk satu tubuh.

...❤︎...

Seminggu kemudian.

"Apa?!" Suara Conner menggema di ruang kerjanya. Ia berdiri sambil mengepalkan kedua tangannya di sisi meja.

Sekretarisnya terlihat bergidik saat melihat ekspresi wajah Conner.

Pria dengan rambut yang setengah memutih itu terlihat kacau. Seolah-olah seluruh dunia di sekelilingnya sedang runtuh. Tubuhnya bergetar hebat.

Anne tahu, apa yang sedang terjadi saat ini.

Salah seorang pemegang saham terbesar di Jams Corp menjual seluruh sahamnya. Alhasil, harga saham Jams Corp merosot jauh! Dan tentu saja itu sangat merugikan bagi Conner! Yang paling gila adalah, Conner membeli saham Jams Corp menggunakan dana investasi dari PG Auto Corp.

"Mr Pierce!" Anne tersentak saat Conner terduduk dengan tatapan nelangsa di atas lantai.

Wanita tinggi semampai dengan kecantikan tanpa cela itu mendekat ke arah Conner. Ia memapah Conner untuk duduk di atas kursi.

Conner melonggarkan dasinya. Ia langsung memijat kepalanya yang sakit dan seolah-olah mau pecah saat itu juga.

...❤︎...

Di saat Conner sedang tidak baik-baik saja, di sebuah kantor pusat yang terletak di Kota Berlin, sebuah sedan mewah mengkilat berhenti di depan pintu masuk lobi PG Auto Corp.

Logan turun dari pintu depan. Semua petinggi PG Auto Corp yang sudah mengenal Logan, mereka membungkuk dan memberi hormat pada Logan.

Pria dengan stelan jas abu-abu itu membalas sapaan para petinggi dengan sopan. Namun, yang membuat petinggi tercengang, Logan membukakan pintu pada seseorang yang duduk di kursi penumpang belakang. Mereka bertanya-tanya, siapa sosok yang dihormati oleh pemilik perusahaan tempat mereka bekerja itu.

Semua petinggi membungkuk, saat Logan mengarahkan jalan pada Kael.

"Jalan di sisiku," ucap Kael pada Logan sambil melepaskan kacamata hitamnya. "Bukan di belakang."

Jajaran direksi menganga. Pasalnya, Logan begitu menuruti ucapan Kael.

Hingga tiba di ruang rapat, semua mengambil kursi mereka masing-masing. Tersisa satu kursi utama yang masih kosong. Kursi yang biasanya diduduki oleh Logan. Tapi, kenapa pria asing itu yang duduk di kursi utama itu? Bukan Logan?

Suasana ruang rapat menegang. Nama Kael Julian Dreyson mungkin tidak asing di telinga para petinggi PG Auto Corp. Mereka tahu, sosok Kael Julian Greyson merupakan salah satu pemegang saham luar yang cukup besar. Tapi hanya sebatas itu.

Tak ada satu pun dari mereka yang pernah bertemu langsung dengan sosok Kael itu. Tak satu pun yang tahu bahwa pria yang baru saja masuk ke ruangan dengan langkah tenang itu ... adalah pemilik perusahaan yang selama ini mereka wakili dengan bangga.

"Perkenalkan, pemilik sesungguhnya dari PG Auto Corp. Kael Julian Dreyson." Logan memperkenalkan Kael yang saat itu duduk dengan tenang di kursi. Dengan wajah yang tegas dan ada sedikit kesombongan di wajahnya.

"Kael Julian Greyson?" gumam salah satu direktur pemasaran, nyaris tak percaya.

"Pemegang saham pasif itu?" bisik direktur keuangan ke rekannya.

Tapi mata Logan tetap tajam menatap ke depan.

"Bukan. Kalian keliru sejak awal," ucap Logan.

"Beliau bukan pemegang saham biasa. Bukan investor luar. Tapi adalah sosok yang selama ini kalian anggap tidak ada."

"Padahal, beliau adalah pemilik mutlak dari PG Auto Corp. Semua keputusan, semua arah bisnis, semua pencapaian yang kalian banggakan ... berasal dari otak dan uang pria ini."

...❤︎❤︎❤︎...

...To be continued .......