NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:36.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Mereka memperebut bayi kecil sementara ibunya sedang berjuang untuk hidup

Suasana tegang antara Hansel dan Rayyan mendadak buyar saat pintu terbuka lebih lebar.

“Assalamu’alaikum.”

"Waalaikumsalam," sahut Rayyan bersamaan dengan Hansel.

Suara berat seorang pria terdengar, dan diikuti langkah-langkah masuknya Rohana dan suaminya, keluarga Malik yang disegani. Namun bukan hanya mereka yang muncul, melainkan juga Alisa, ibunya Rayyan, yang tampak elegan namun terkejut begitu matanya menangkap pemandangan di depan.

Alisa melangkah pelan, menatap pada Hana yang terbaring koma.

“Jadi … ini maksudnya? Anak Jamilah … jadi ibu pengganti untuk Hansel dan Laudya?” ucapnya lirih, suaranya penuh keterkejutan bercampur dengan nada tak percaya.

Hansel tercekat, tak mampu langsung memberi jawaban. Laudya yang baru saja kembali dari pekerjaannya masuk kemudian, wajahnya menegang melihat kehadiran keluarga besar itu. Rohana mengangguk pelan atas jawaban iparnya.

Namun, kejutan lebih besar datang dari Rayyan. Dengan tatapan penuh keyakinan, ia berdiri di hadapan ibunya.

“Ma…” suaranya bergetar, “aku ingin mama melamar Hana untukku.”

Semua orang di ruangan itu membeku. Hansel menatap Rayyan dengan mata terbelalak, Laudya hampir kehilangan kata, Jamilah menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

“Rayyan, kamu sadar apa yang kamu ucapkan?” Alisa berbisik, nyaris tak keluar suara. “Hana sekarang istri orang, dia...”

“Aku sadar, Ma,” potong Rayyan dengan tegas.

“Aku mencintainya ... dan aku nggak bisa terus diam melihat keadaan seperti ini.”

Keheningan yang menyesakkan memenuhi ruangan. Namun, bukannya membicarakan ucapan Rayyan, Rohana justru mengalihkan perhatian pada hal lain. Ia menoleh pada Hansel dengan nada hangat, seolah mengabaikan badai yang baru saja melanda.

“Bagaimana cucu pertama Mama?” tanyanya.

Suaminya ikut menambahkan, “Apa sudah diberi nama? Kita harus memikirkan masa depannya dengan baik.”

Hansel terdiam, Rayyan menoleh pada keluarga itu dengan tatapan penuh luka. Bagaimana bisa mereka membicarakan nama dan masa depan bayi di depan ibunya yang masih berjuang antara hidup dan mati?

Dadanya sesak, rahangnya mengeras. Tak sanggup lagi mendengar, Rayyan akhirnya berbalik, meninggalkan ruangan dengan langkah berat dan hati yang hancur.

Hansel menatap punggung Rayyan yang menghilang, dan untuk pertama kalinya ia benar-benar mengerti. Ia mengerti perasaan Rayyan pada Hana. Rayyan keluar dari ruang rawat intensif dengan langkah besar, udara rumah sakit yang dingin tak mampu meredakan panas di dadanya. Nafasnya memburu, wajahnya tegang, matanya memerah menahan gejolak. Kalimat ibunya yang terkejut, lalu ucapan Rohana tentang cucu pertamanya, semua berputar dalam kepalanya.

“Apa mereka nggak punya hati?!” Rayyan mendesis, mengepalkan tangan. “Hana masih koma, bahkan belum tahu dia berhasil melahirkan atau tidak … tapi mereka udah sibuk mikirin nama bayi dan masa depan bayi itu!”

Dia berhenti di lorong, bersandar ke dinding, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Rayyan merasa seluruh dunia menentang hatinya. Hana wanita yang ia cintai diam-diam, kini menjadi pusat pertarungan antara ego, cinta, dan nasib.

Di dalam ruang rawat, keheningan terasa janggal setelah Rayyan pergi. Hansel menatap kosong pintu yang baru saja tertutup, sementara Laudya menarik napas panjang.

“Dia terlalu emosional,” gumam Rohana, seakan mencoba menutupi ketegangan. “Wajar, karena Hana wanita yang dia cintai," sela Laudya sembari melirik sang suami, diam diam wajah Hansel menegang.

Alisa menatap Rohana tajam. “Emosional? Anakku itu ngomong jujur dari hatinya. Apa Kakak pikir mudah buat Rayyan sampai bilang ingin melamar Hana di hadapan kalian semua? Itu bukan hal sepele.”

Laudya meremas ujung rok gaunnya, hatinya gamang. Mendengar Rayyan memohon ibunya untuk melamar Hana membuat dadanya panas, namun sekaligus tersadar betapa dalamnya perasaan pria itu. Selama ini ia kira hanya Hansel yang akan terus berdiri di samping Hana. Nyatanya, Rayyan juga tak pernah pergi dari sisinya.

Hansel akhirnya membuka suara, nadanya berat. “Aku … ngerti kenapa Rayyan marah. Aku pun merasa sama. Nggak seharusnya kita bicara soal nama bayi atau masa depannya sekarang, sementara ibunya masih koma.”

Rohana terdiam, suaminya menghela napas. “Kami hanya ingin memberi semangat, Hansel ... bayi itu harapan besar. Kamu Laudya harus menjaganya dengan benar,"

“Harapan besar buat siapa?” potong Hansel, nada suaranya meninggi. “Buat kalian? Atau buat Laudya? Harapan itu buat Hana! Karena tanpa dia, nggak ada bayi itu.”

Ruangan mendadak hening. Semua mata terarah pada Hansel yang berdiri dengan mata berkilat, tangannya mengepal di sisi tubuh. Beberapa jam berlalu, suasana rumah sakit mulai mereda. Jamilah kembali masuk setelah pulang sebentar, membawa pakaian baru untuk dirinya dan Rayyan. Namun ia terkejut mendapati Rayyan tak ada.

“Mana Tuan Rayyan?” tanyanya cemas.

Hansel menggeleng. “Dia pergi ... sepertinya nggak sanggup lihat suasana tadi.”

Jamilah menunduk, hatinya nelangsa, dia tahu persis isi hati pria itu. Ia tahu Rayyan sudah lama menaruh cinta pada Hana, meski tak pernah diucapkan dengan jelas. Dan kini, cinta itu meledak di waktu yang salah, di depan orang-orang yang salah.

Malam hari.

Hansel duduk di ruang tunggu, matanya sembab. Sejak Hana masuk koma, ia nyaris tak tidur. Dalam hati, ia merasa bersalah, meski tak bisa menyebut salahnya di mana. Ia menoleh ke arah inkubator bayi yang berada di ruangan kaca khusus. Bayi laki-laki mungil itu tidur tenang, seakan tak sadar betapa ributnya dunia orang dewasa di sekelilingnya.

Laudya datang menghampiri dengan langkah pelan. Tangannya membawa sebungkus roti dan termos berisi teh hangat.

“Kamu harus makan, Han. Kalau kamu jatuh sakit, siapa yang akan urus Hana sama bayinya?”

Hansel menerima roti itu, tapi hanya menatapinya. “Laudya … aku merasa gagal.”

“Kenapa bilang begitu?”

“Karena Hana harus menanggung semua ini. Karena aku biarin kamu, Laudya, dorong dia buat jadi ibu pengganti. Karena aku nggak bisa jaga dia sampai akhirnya koma begini.”

Laudya tercekat, kata-kata itu seperti pisau yang menembus dadanya. Namun alih-alih membela diri, ia hanya menunduk.

“Aku juga salah ... Aku yang minta, aku yang memaksa.”

Keduanya terdiam lama. Di luar ruangan, suara perawat bergema samar, terdengar bunyi roda troli dan instruksi dokter. Tapi di antara Hansel dan Laudya, hanya ada keheningan yang berat.

Keesokan harinya.

Rayyan baru kembali ke rumah sakit dengan mata sembab, wajahnya pucat, dia menghindari bertemu siapa pun, langsung menuju ruang Hana. Saat masuk, ia mendapati Hana masih terbaring sama, tubuhnya lemah, selang infus menempel di tangan mungilnya.

Dia duduk, menggenggam tangan Hana. “Bangunlah, Hana … Aku tahu kamu kuat. Kamu pasti bisa buka mata dan lihat bayi kamu. Jangan biarkan mereka ambil semua darimu. Jangan biarkan aku kehilanganmu.”

Air mata jatuh membasahi tangan Hana. Dan untuk sesaat, jari Hana bergerak sedikit. Rayyan terperanjat. “Hana? Kamu denger aku?” suaranya gemetar penuh harap.

Namun gerakan itu cepat hilang. Hana tetap terlelap dalam dunia komanya. Tak lama kemudian, Hansel masuk. Matanya bertemu dengan mata Rayyan. Seketika ketegangan kembali terasa.

“Kita harus bicara,” kata Hansel dengan nada tegas.

Rayyan bangkit berdiri. “Aku nggak ada urusan sama kamu.”

“Ada, Rayyan!” Hansel menahan bahunya. “Hana istri aku ... tapi aku tahu kamu cinta sama dia. Aku bisa lihat itu dari cara kamu jaga dia, dari cara kamu marah kemarin karena orang-orang tak menghargai Hana sebagai ibu dari bayi itu.”

Rayyan terdiam, rahangnya mengeras. Hansel melanjutkan, suaranya bergetar.

“Aku nggak tahu apa yang akan terjadi. Tapi kalau suatu saat … kalau aku harus mundur … aku ingin tahu kamu orang yang bisa jaga Hana.”

Ucapan itu membuat Rayyan terperangah. Untuk pertama kalinya, Hansel mengakuinya perasaan itu, keberadaannya, dan kemungkinan bahwa cinta untuk Hana bukan hanya milik satu orang. Namun sebelum salah satu dari mereka menambahkan kata lagi, pintu kembali terbuka. Laudya masuk dengan wajah cemas.

“Hansel, Rayyan … cepat! Bayinya ... bayinya sesak napas!”

1
ken darsihk
Laudya rela melepaskan bayi itu kalau Hansel memilih diri nya
Habsel benar benar nggak bisa memilih 🤦‍♀️🤦‍♀️
ken darsihk
Bayi nya tidak bisa minum asi ibu nya itu sering terjadi , keponakan ku anak dari adik ku juga seperti itu dulu
Sekarang keponakan ku sdh besar cantik dan sdh lulus sarjana juga
Jadi nggak perlu khawatir dede bayi tetap akan baik 2 sajah 🤗🤗
ken darsihk
Aq sudah ada du buku 2 itu thor
Rahma
laudya emg g punya perasaan Hana msh koma udah minta Hansel cerai in Hana 🤦🤦
Eva Karmita
Ayo Sel sudah saatnya kamu ambil keputusan pilih Hana dan deby atau laudya istri mandul mu ..
Fitria Syafei
Hadeh die dilema si Hansel 😏 deh pilih salah satu dan jangan serakah 🙄 Kk cantik terima kasih 😘
ChikoRamadani
Hansel sejak awal sudah plin-plan apalagi disuruh milih behhhh pusingkan dirimu...
jika memang awalnya laudya tidak menyembunyikan penyakit itu mungkin saat ini hana tidak terseret dalam kehidupan kalian berduaa... bisa saja kalian mengambil anak adopsi ntah darimana bukan dari hasil hubungan pernikahan siri hana dan kontrak gila kalian itu yang hanya ingin mewariskan penerus keluarga malik...
setelah pulih koma, sebaiknya rayyan membawa kabur hana dan bayinya biar bingung mereka semua mencari keberadaan hana...
Ir
sholat istikharah Hansel bahlul
gini yaa kalo yg di pilih Hansel Hana oke Laudya ga berhak atas bayi itu mungkin lebih baik Laudya adopsi sendiri aja kalo memang dia pengen anak, tapi kalo Hansel pilih Laudya dan lepasin Hana sama bayi nya, bisa di rawat bareng² tapi dari baru lahir sampe umur 6bln bayi harus sama ibunya dulu, ntar seterusnya bisa gantian kan adil tohhh jadi Laudya jangn egois mau kuasai bayi itu sendiri tak timpuk batu Kepala mu nanti
Aisyah Alfatih: ketawa aku bacanya kak 🤭
total 1 replies
ken darsihk
Kasihan Hana lagi nya koma dan sang bayik tidak baik baik sajah
Kasih yng terbaik thor untuk Hana dan bayi nya
Ir
kak serius hana si pisahin sama bayinya kaka tega?
Naufal Affiq
lanjut kak
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 😍😍 terimakasih 😘
Putri Dhamayanti
nah loh... cinta segitiga dah
Retno Harningsih
lanjut
juwita
jgn lah baby nya meninggal kasihan hana sia" pengorbanan dn perjuangan dia klo babynya meninggal
Ir
kak maaf maaf banget ini mah mungkin kelihatan jahat aku nya yaa, tapi udah itu baby nya di buat meninggal aja, biar adil biar sama² ga dapet, terus Hana sama Rayyan aja, meski di sinopsis kisah Hansel sama Hana, cuma kalo posisi Hansel masih berat sebelah kasihan Hana, Hansel memang cinta sama Hana tapi lebih berat cinta dia ke laudya, lihat kemarin pas laudya balik dari LN kek seneng nya minta ampun beda kalo dia saat bareng Hana cinta tapi masih kaku, setelah itu terserah dah karma apa untuk keluarga Malik alias, Hansel, laudya, Rohana dan suaminya, juga Jamila udah muak lihat mereka, yakin dah kalo Hansel masih sama Hana tau laudya pilih mundur ntar Hansel ga bakal beli rumah baru, pasti tetep tinggal di rumah yg ada bayang² laudya
Puji Rahayu: stju kk biar adil
total 4 replies
edelweis🌻
kenapa bayinya
Fitria Syafei
Waduh segitu mudah nya Hansel ucap kan itu 🙄 semoga Rayan yg jadi pemenangnya ya 😏 Kk cantik terimakasih 🥰
Ir
wahh siapa nih yg datang, kak maaf aku lupa, bapak nya Hana ini meninggal kah? soalnya nya kaya nya dari awal baca ga di sebutin bapaknya Hana kemana
udah lah Ray kalo gua jadi lu gaya bawa minggat ke Cairo tuh si Hana sama bayinya juga, di rawat di rumah sakit sana, kalo udah begini apa Laudya masih egois mau pisahin anak sama ibu nya
Rayyan be like : kalian adalah manusia yg egois, kalian hanya memikirkan untuk mengambil bayi itu tanpa memikirkan apa yg Hana ingin kan, dan anda ibu jamilah di sini siapa yg anak ibu sebenarnya, Hana atau Laudya sampi ibu tega menggadaikan kebahagiaan anak ibu sendiri, jika ibu ingin membalas budi apakah tidak cukup dengan ibu mengabdikan diri di keluarga besar malik, kalian ingin bayi itu kan Hansel Laudya, ambil bayi itu tapi aku pastikan hidup kalian tidak akan di hampiri bahagia, hanya ada penyesalan dan kesedihan dalam hidup kalian berdua, aku pastikan setelah Hana sadar dari koma, aku akan membawa nya pergi dari negara ini, aku akan memberikan dia banyak anak suatu hari nanti
gubrakk Hansel langsung kebakaran jenggot sama kumis 🤣🤣🤣
Aisyah Alfatih: 🤣🤣🤣 panjang amat kak... tapi aku suka, lnjtkan ...🤭 bapak hana udah mninggal kak.
total 1 replies
Sunaryati
Lelaki plin- plan serta berat sebelah seperti kamu kok belum pantas jadi ayah, dan untuk Bu Jamilah, bagaimana kamu bangga kan bisa mengorbankan anakmu untuk majikanmu. untuk Rayyan ingat Hanna statusnya masih bersuami
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!