Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Dave
Dharma duduk di taman rumah sakit sambil memegang handphone untuk waktu yang lama. Ini sudah ketiga kalinya suara panggilan dari nomor yang tak dikenal datang padanya. Nomor itu tak lain dan tak bukan kakaknya sendiri, Vin.
Dharma bergelut dengan perasaan batinnya, apakah ia harus berbohong lagi atau mengatakan yang sebenarnya pada Vin terkait keadaan keluarganya. Akan tetapi ia sedikit takut tentang respon Vin terhadap berita yang akan ia sampaikan.
'Vin berhak mengetahui keadaan keluarganya yang sebenarnya'
Itulah kalimat yang terpatri dalam diri Dharma yang membuatnya memberanikan diri untuk mengangkat handphone dan berbicara pada Vin. Saat suara handphone mereka terhubung satu sama lain terdengar suara hembusan nafas dari Vin yang membuat jantung Dharma berdebar karena gugup dan ketakutan.
Dharma pun menghirup udara lebih banyak dari biasanya dan bersiap untuk menyatakan keadaan sebenarnya.
"Vin?"
"Ya, kenapa kamu baru mengangkat telpon ku sekarang? Apakah kamu sudah berbicara pada Tamara terkait keadaan ku di sini? Apakah dia masih marah? Bagaimana dengan Dave, apakah anak itu menyusahkan Tamara selama kepergian ku?"
"Vin..."
"Ya?"
"Tamara sedang hamil dan akan melahirkan sebentar lagi."
Suara handphone itu hening untuk sejenak dan hanya terdengar suara nafas yang sedikit memburu dari biasanya. Setelah beberapa saat suara Vin terdengar lagi.
"Apa? Coba kamu ulangi sekali lagi." ucap Vin tak percaya.
"Tamara sedang hamil dan akan segera melahirkan. Dia, dia mengandung anakmu dan... dan..."
Suara Dharma terhenti sejenak saat ia mendengar suara tawa dari Vin. Laki-laki itu terdengar begitu bahagia saat mengetahui bahwa istrinya sedang mengandung anak kedua mereka. Di saat ia berjuang mati-matian untuk tetap hidup di medan perang, kini ia mendapatkan kabar yang begitu mengejutkan sekaligus membahagiakan untuknya.
"Benarkah? Berarti anggota keluarga ku bertambah satu lagi. Dharma, aku berterimakasih padamu karena sudah menjaga mereka untukku. Aku akan memberimu hadiah khusus. Kalau begitu aku akan menyelesaikan misi secepat mungkin. Besok, ya besok aku akan berangkat untuk pulang. Hahaha, sial aku sangat bahagia hari ini. Terimakasih Dharma atas berita baiknya."
Vin pun tertawa semakin keras. Ia tidak habis pikir dengan berita kehamilan istrinya yang benar-benar di luar dugaan.
"Katakan pada Tamara aku akan pulang besok. Aku akan... Aku akan..."
Vin terus mengoceh tanpa henti, ia berbicara mengenai kegiatan apa yang akan ia lakukan setelah ia pulang nanti. Ia berpikir untuk melakukan banyak hal untuk menebus waktu yang telah dihabiskan Tamara saat tak bersamanya. Akan tetapi semakin banyak kebahagiaan yang diungkapkan oleh Vin semakin sakit perasaan Dharma saat mengingat kenyataan yang ada.
Dharma terus mendengar kakaknya yang sudah mengatur jadwal tentang kegiatan keluarganya di masa depan. Ia tak berani bersuara ataupun sekedar menginterpresi kebahagiaan orang itu barang sejenak.
"Ya, aku akan mengirimkan alamat rumah sakit tempat Tamara akan bersalin."
"Ok, ok. Sampai jumpa di rumah sakit."
Tamara yang mendengar percakapan telpon dari awal hingga akhir telah membeku untuk waktu yang lama. Ia awalnya mengikuti Dharma karena iseng, ia tak mau melihat Dave yang menangis karena tidak tega, lalu ia pun mengikuti Dharma dan mendapatkan kebenaran yang tak terhingga.
Vin masih hidup
Ayah Dave masih hidup
Suaminya masih hidup!!!!
"Sistem, cepat jelaskan padaku kenapa ayah dari Dave masih hidup?"
Mendengar pertanyaan Tuan Rumahnya, sistem lobak langsung terbang terbirit-birit. Ia tidak tau bahwa plot ceritanya akan menyimpang sejauh ini. Ia hanya tau bahwa ia harus menemani Tamara untuk menyelesaikan misi. Sistem tidak tau bahwa ada kemungkinan seperti itu. Akan tetapi sistem tau bahwa Tuan Rumahnya sangat galak dan tidak ingin mendengar alasan apapun, jadi ia segera pergi untuk menyelamatkan diri.
Akan tetapi sistem lupa bahwa saat ini Tamara dalam bentuk roh, jadi dia bisa mengejar sistem kemanapun sistem pergi. Keduanya terbang di sekeliling rumah sakit sambil berteriak satu sama lain.
"Sistem, aku akan membunuhmu!!!"
"Tidak! Tuan Rumah jangan bunuh aku. Aku juga tidak tau bahwa ayah dari Dave masih hidup!"
"Bohong! Kamu pasti sengaja menyembunyikannya dariku! Aku akan mencincang mu dan menjadikan mu sup sayuran."
"Tidak! Tuan Rumah aku hanya sistem, rasa ku tidak enak."
"Enak tidak enak itu tergantung bumbu."
"Aaaaaaaaaaa Tuan Rumah sudah gila!!"
Setelah terbang mengelilingi rumah sakit untuk waktu yang lama, akhirnya keduanya lelah dan beristirahat di atap rumah sakit dengan nafas tersengal.
"Sekarang jelaskan padaku apa yang terjadi, kenapa Vin masih hidup?"
"Maaf Tuan Rumah, itu benar-benar di luar prediksi kami. Dalam dunia sistem, cerita di dunia ini hanya berputar pada sisi protagonis perempuan dan protagonis laki-laki. Sedangkan Dave hanya tokoh antagonis yang mati di tengah cerita. Latar belakang keluarganya hanya digambar secara garis besar saja, untuk detail lebih lanjut sama sekali tidak penting bagi pembaca."
"Tidak penting?!"
Melihat Tuan Rumah kembali marah, sistem lobak kembali menyusut. Ia benar-benar takut pada Tamara.
"Maafkan aku tuan rumah, tapi dari sudut pandang pembaca. Cerita Dave tidak terlalu penting, semua hanya peduli pada jalan cerita cinta dari protagonis perempuan dan laki-laki."
Tamara pun mulai merenung dan memikirkan plot cerita yang benar-benar diluar prediksinya. Awalnya ia ingin menjadikan Adam sebagai ayah tiri Dave, tapi ternyata ayah kandung Dave justru masih hidup.
"Tunggu, jika Vin masih hidup, kenapa Dave dimasukkan ke dalam panti asuhan setelah Tamara meninggal. Harusnya dia tinggal bersama dengan Vin selaku ayahnya, tapi dia justru dijemput oleh kakeknya setelah dewasa. Jalan cerita ini sedikit aneh, kalau ayahnya Dave masih hidup kenapa Dave masih sebatang kara dan mati dengan mengenaskan?"
"Banyak plot yang tidak tertulis di buku, jadi itu adalah tugas tuan rumah mencari tau tentang bagian plot lainnya."
Tamara bukan orang bodoh, ia tau bahwa jalan cerita di dunia ini tidak sesederhana yang terlihat. Mungkin ada beberapa bagian yang mengandung konspirasi dan membuat jalan cerita yang begitu menyimpang dari aslinya. Jika itu benar-benar ada, maka dapat dipastikan bahwa keberadaannya di dunia ini belum tentu dapat menyelamatkan Dave di masa depan. Selama jalan ceritanya belum utuh dan ia belum bisa memastikan bagaimana akhir dari cerita ini secara lengkap, maka Dave dapat dikatakan masih dalam bayang-bayang kematian yang mengenaskan.
Akan tetapi masalah yang lebih berat justru datang sekarang. Masalah itu adalah bagaimana caranya ia menghadapi Vin dimasa depan. Vin adalah suaminya dan dia pasti sangat mengenal sifat dan sikap dari pemilik tubuh sebelumnya. Sedangkan Tamara saat ini tidak memiliki ingatan apapun terkait pemilik tubuh, ia hanya tau tentang hidup dari pemilik tubuh ini melalui keterangan sistem. Tamara takut jika ia bertindak sembrono, Vin akan tau bahwa ia sebenarnya bukan Tamara yang asli.
"Sial! Tuhan kenapa kamu memberiku cobaan yang begitu banyak. Sudah miskin, janda anak dua lagi. Sekarang aku sudah beradaptasi dengan status dan mau menjalin hubungan dengan dokter ganteng, ehh suamiku ternyata masih hidup hwaaaaaaa."
Mendengar tuan rumahnya menangis keras, sistem lobak pun mendekat dan mencoba menghibur Tamara. "Tuan Rumah. Menurut buku, Vin itu laki-laki yang sangat tampan."
Air mata Tamara yang awalnya ingin jatuh pun langsung mengering seketika saat mendengar kata 'tampan'. "Benarkah?"
"Ya, menurut deskripsi dalam buku Vin adalah Dave versi dewasa, dengan tubuh tinggi tegap dan warna kulitnya kecoklatan. Jangan lupa dia terlihat sangat keren dengan seragam militernya, dia juga punya perut 6 kotak."
Setelah mendengar deskripsi dari sistem lobak, Tamara pun kembali menjadi tenang. "Kenapa kamu tidak mengatakannya dari tadi, tau begitu kan aku nggak perlu menangis bombai."
Melihat Tamara yang bersemangat lagi, sistem lobak pun memutar matanya bosan. Tuan rumahnya selain mata duitan, dia juga terlihat seperti seorang tante-tante girang yang tidak bisa tahan jika melihat laki-laki tampan.