NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:202.1k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 16.

Disaat mencari alasan ingin ke kamar mandi, Fio terus berusaha mencari cara untuk pergi dari Ferdy. Pria itu sangat posesif sekali dengan dirinya, bahkan dengan mengancam menggunakan skripsinya sebagai taruhan.

"Kalau tahu begini, lebih baik mulai dari awal saja skripsi nya. Huh, apes." Fio menggerutu saat berada didalam kamar mandi.

Setelah cukup lama ia berada disana, berharap jika pria yang mengikutinya itu sudah pergi. Akan tetapi, pria itu ternyata masih berdiri kokoh menunggu.

Hela nafas berat nya, Fio kini harus memutar otaknya kembali untuk mencari cara yang lain agar bisa terbebas dari situasi disana.

"Wanita selalu lama jika berada didalam kamar mandi, ayo kembali." Ferdy langsung menarik tangan Fio tanpa persetujuannya dan berjalan kembali menuju acara.

"Anda benar-benar pemaksa dan g**la, pak." Balas Fio yang sudah berusaha menahan kesabarannya.

"Ucapanmu benar, aku adalah pemaksa dan g**la pada mu." Balas Ferdy dengan begitu tegas.

Tidak bisa membalas apapun lagi, Fio mengikuti kemana pria itu membawanya. Ketika keduanya memasuki ruangan, dimana acara sedang berlangsung. Sayup-sayup terdengar, jika terjadi perdebatan yang cukup membuat perhatian dari hampir semua tamu undangan teralihkan kesana.

Awalnya, Fio tidak terlalu perduli dengan apa yang terjadi disana. Dalam pikirannya, bagaimana ia harus bisa pergi dan tidak terlibat lagi dengan dosennya itu. Akan tetapi, telinganya yang tajam itu mendengar sebuah nama yang cukup ia kenali. Dan itu membuatnya mencuri-curi pandangan untuk memastikan apa yang ia pikirkan, dan benar saja. Ketika kedua matanya menangkap bayangan dari orang yang terlibat perdebatan disana, maka dari itu ia langsung mencari celah untuk menjauh dari Ferdy.

Bertepatan dengan adanya salah seorang tamu undangan menyapa Ferdy, dan itu membuat genggaman pada tangan Fio terlepas.

Kembali pada keadaanya setelahnya, disaat Fio membawa kabur Elio dari acara tersebut. Ketika mereka akan masuk ke dalam mobil yang sudah Max persiapkan, disaat itu pula Fio pamit. Namun sebelumnya, perkataan Elio yang cukup tajam membuat Fio terluka.

"Jauhkan tanganmu dariku, jangan bersikap seperti malaikat penolong yang datang disaat genting. Ingat statusmu, pelayan akan tetap menjadi pelayan." Ketus Elio yang masih begitu emosi.

"Terima kasih atas balasan tuan, namun yang harus anda ingat. Tidak semua manusia terutama perempuan, yang bisa menerima sikap anda. Jika bagi anda, semuanya dinilai dengan materi dan status. Lebih baik, anda hidup didalam hutan." Begitu kesalnya Fio membalas ucapan itu.

"Lancang!" Luapan emosi itu akhirnya pecah.

"Jika anda menilai saya dengan materi, memang benar. Saya perlu uang, bekerja pun dengan tujuan mendapatkan uang." Jawab Fio.

"Hah! Dan kamu kenapa disini? Jangan-jangan, kamu mencari sumber uang disini. Memang dasar, ja***ng." Perdebatan pun terjadi diantara mereka.

"Tuan." Max mencoba menahan Elio untuk tidak terlalu berlebihan.

"Diam!"

Kedua mata milik Fio sudah mengembun, dan air mata itu siap jatuh kapan saja. Rasa sakit yang tertancap pada hati nya saat ini begitu perih, walaupun sudah berulang kali ia mendengarnya. Namun, tetap saja menyakitkan.

"Jangan pernah menilai seseorang tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya, tuan. Anda adalah orang berpendidikan dan juga terpandang, tentunya isi kepala anda tidak sama dengan orang-orang seperti kami dalam menilai orang lain. Percuma saja bicara, kalau diri anda sendiri tidak ingin menerima dan mendengar perkataan orang." Fio berlalu begitu saja, meninggalkan kedua pria yang berada disana.

 Mendapati Fio yang sudah pergi, belum lagi ucapan yang diberikannya kepada Elio. Hal itu benar-benar membuat Elio merasa terhina, ia bahkan seperti terkena pukulan telak dari Fio.

"Aaa! Bre***ek." Umpat Elio yang begitu marah.

Max tidak bisa menahan kemarahan Elio pada saat itu, tidak dapat dipungkiri jika kemarahan itu sangat besar. Ingin rasanya ia membalas perlakukan yang ia dapatkan saat berada di pesta tadi, namun apa daya dirinya tidak bisa melakukan nya dengan kondisi fisik yang sangat rentan.

Dalam keadaan yang masih begitu marah, Elio meminta Max untuk segera membawanya pulang.

Sedangkan keadaan pesta masih berlangsung dengan tuntutan acara yang ada, seakan melupakan kejadian sebelumnya. Mereka kembali tertawa dengan apa yang sedang menjadi topik panas untuk dibahas, siapa lagi kalau kehadiran Elio.

Gemuruh suara sumbang terus berlanjut membicarakan sang penerus dari perusahaan terbesar, mereka tidak henti-hentinya membuat cerita mengenai Elio semakin menarik.

Setibanya Elio di mansion, membuat kaget Angelina dan suaminya. Yang pada saat itu, mereka sedang bersantai setelah makan malam.

"Elio, kamu sudah pulang?" Sapa Angelina kepada sang putra.

Raut wajah masam yang didapatkan, tatapan dingin serta suasana yang tidak begitu baik diperlihatkan oleh Elio.

"Maaf tuan, nyonya. Saya akan mengantarkan tuan muda dahulu ke kamarnya." Max berpamitan dan terus membawa Elio menuju kamarnya.

Pasangan suami istri itu hanya bisa menatap kepergian putranya, atas hal tersebut hanya meninggalkan kerutan pada kulit wajah keduanya. Terdapat tanda tanya besar pada diri mereka terhadap apa yang terjadi pada Elio saat itu, mereka pun menunggu Max untuk menanyakannya.

"Pa, ada apa ya dengan Elio? Perasaan mama, pergi tadi baik-baik saja. Kok pulangnya, jadi seperti itu?" Heran Angelina yang belum bisa mendapatkan jawaban atas sikap Elio.

"Mana papa tahu, ma. Lah papa saja disini dari tadi, nanti tanyakan saja pada Max." Dengan sikap seperti cuek, Malik meneruskan kedua matanya melihat tayangan pada layar televisi didepannya.

"Astaga papa, itu anak kita loh. Kok malah nonton lagi, apa ditanyain kek apa kek anaknya." Ketus Angelina yang tidak habis pikir dengan sikap suaminya.

"Mama saja yang tanyain, papa malas untuk berdebat. Kalau mama kak, pasti mama yang menang." Dengan nada begitu tenang, Malik berkata kepada istrinya.

Angelina memang mengakui, jika suaminya itu tidak akan mau berdebat dengan putranya. Apalagi semenjak peristiwa kecelakaan yang menimpa Elio, hanya saja sikap Elio semakin tidak bisa di toleransi lagi.

Ketika Max kembali, ia pun tidak bisa mengatakan begitu banyak mengenai apa yang terjadi. Dengan langkahnya, Angelina berjalan untuk menemui putranya.

"Bagaimana acaranya?" Angelina menghampiri Elio yang masih duduk termenung di atas kursi rodanya.

"Tidak ada yang menarik, adik kesayangan mama memang selalu berhasil membuatku marah."

"Barko? Dia memang selalu begitu, kamu kan sudah mengetahui sikap dari pamanmu itu. Jangan diperdulikan, anggap saja ucapannya seperti angin." Angelina menggenggam tangan Elio.

"Ma, bilang pada pelayan itu. Mulai besok, dia tidak usah bekerja lagi. Aku bisa mengurus diriku sendiri, mama juga jangan mencari pekerja lagi."

"Kamu ini, masih tetap keras kepala. Sudah bagus Fio masih mau bertahan kerja disini, jangan kamu pakai sikap keras kepalamu itu terus menerus Elio. Sudah cukup kamu bertindak semaunya sendiri, jika kamu masih terus seperti ini. Mama benar-benar akan masa bodoh sama kamu, teruslah seperti ini." Angelina menegaskan ucapannya.

Saat tubuh wanita yang telah melahirkannya itu akan menjauh, Elio seakan menyadari jika mamanya sedang memberikan ancaman dan juga ketegasan bagi dirinya.

"Ma, mama. Mama!" Berteriak dengan berulang kali secara keras, tidak membuat Angelina berhenti ataupun berbalik kepada Elio.

Wanita paruh baya itu terus mengomel sepanjang langkah kakinya, seakan ia sudah menyerah menghadapi sikap Elio yang semakin tidak terkendali.

"Awas saja anak itu. Baiklah, akan aku ikuti keinginannya itu. Lihat saja nanti, jika dia merengek seperti anak kecil. Akan aku tarik telinganya sampai merah, huh."

1
Mamath Jahra Tea
🤣🤣 ujung" nya buncin ntar kmu
Hennyy Handriani
Makin seru nih
shena
😍😍😍
Delvyana Mirza
Kadar kali Tuan ini baah,vikin gemes aja
Delvyana Mirza
Jangan ketus2 kalau ngomong Tuan Elio ntar jatuh cinta,baru tau,
Delvyana Mirza
Dadat,sidah di bantu kow kasar dich,
Wance Purba
cowoknya terlalu egois thor😄
Ariany Sudjana
Elio siap-siap saja fio akan pergi tinggalkan kamu, kalau kamu masih seperti ini kelakuannya
Wance Purba
ga usah malu akui aja
Wance Purba
hajar Max ga usa pake izin 😃😃😃
Wance Purba
capek ya ngomong sama batu
Wance Purba
Dosen aneh
Wance Purba
keong beracun ya 🤣
Wance Purba
nyimak
Azizah Sby
bagus ceritanya... meski ada kesamaan dikit2 dr novel lain... tp cerita d sini d kemas apik
Azizah Sby
knp terputus y... pdhl lg seru2nya nih... ayo outhor semangat update nya
Yumma Proling
saya gk suka dengan karakter nya Fio Thor terlalu lemot orang nya
Dinda Anggita: Dia ini tukang curi penulisnya makanya kayak gini tulisannya
total 1 replies
Nadiya Puspita sari
#
Dwi Estuning
lanjutkan
Asih S Yekti
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!