Pemuja Siluman Ular

"Buka lah." Hani menoleh kesana kemari karena barusan dia mendengar suara orang yang sedang berbisik.

Suara yang sangat jelas sama dengan yang ada di dalam mimpi nya, ya itu adalah suara Nolan yang memberi perintah agar Hani membuka sesuatu di balik daun pisang belakang rumah, walau Hani agak takut namun di buka nya juga karena dia ingin tau apa itu yang di bungkus.

Tidak ada satu orang pun yang tau karena Hani tadi mengatakan pada Indri ingin sendiri saja dulu tanpa ingin di ganggu, maka nya sekarang dia duduk sendirian dan malah ada suara yang sangat ia kenal selama dua kali pertemuan di dalam mimpi. entah itu mimpi atau nyata, Hani belum tau secara pasti.

Tapi perlahan tangan nya juga bergerak untuk membuka sesuatu yang sudah di bungkus oleh daun pisang itu, Hani tersentak tidak percaya karena yang di tutup daun pisang adalah uang yang bertumpuk dan mungkin saja jumlah sekitar satu M di sana.

Jelas tidak mungkin ada orang yang membuang uang sebanyak ini apa bila bukan dari Nolan, Hani sungguh tidak menyangka kalau ini uang semua, cepat di ambil dan di buka untuk memastikan apa kah ini memang uang sungguhan atau hanya uang tipuan agar dia merasa senang dan kemudian malah berakhir dengan rasa kecewa.

"Pakai lah uang itu untuk segala macam keperluan mu, tidak ada pantangan soal uang." ujar Nolan lagi tanpa wujud.

"Be..benarkah ini uang?" Hani agak tidak percaya.

"Tentu saja itu uang asli dan semua akan jadi milik mu, kau tidak perlu jadi orang yang terhina lagi." sahut Nolan di sertai kekehan kecil.

"Astaga, aku akan kaya kalau ini uang asli." girang Hani sungguh tidak menyangka.

"Saat nanti kau sudah melakukan kewajiban mu, maka aku akan menambah nya setiap saat. apa lagi kau sudah memberikan aku tumbal nyawa!" ujar Nolan memberikan semua janji manis nya.

"Apa harus laki laki dan tidak bisa suami ku?" Hani memang berniat untuk menumbalkan suami nya yang tidak berguna itu.

"Tidak bisa kalau suami mu, aku harus mendapatkan pria yang perjaka dan kalau bisa anak mu menikahi nya dulu baru aku akan mengambil dia di saat malam pertama!" Nolan menjelaskan sebaik mungkin.

"Jangan sakiti anak ku ya." Hani takut kalau Indri akan celaka.

"Asal kau tidak berkhianat maka aku tidak akan ingkar janji, kami para iblis lebih tepat memegang janji di bandingkan dengan manusia." sahut Nolan.

Hani pun bertekad untuk menikahkan putri nya dengan pria yang masih perjaka, Indri gadis yang cantik walau dia anak orang tidak punya. sudah di atur rencana yang sangat mantap di kepala Hani, untuk membuat perjanjian lebih kuat dan nanti nya uang yang dia dapat jauh lebih banyak.

"Ah andai saja Imran bisa ku tumbal kan maka dia lah yang mati." batin Hani sambil berjalan pergi dari sana.

Tidak dia sadari kalau Nolan berdiri menatap nya dengan pandangan yang sangat puas karena iblis ini berhasil mendapatkan apa yang dia mau, siluman ular yang benar benar haus sex sehingga membutuhkan tubuh manusia untuk menampung kepuasan batin yang sangat besar sehingga Nolan pun memberikan harta sebagai iming iming pada manusia yang melarat seperti Hani.

"Nolan."

"Untuk apa lagi kau datang, aku muak melihat mu!" Nolan sama sekali tidak menoleh.

"Mau sampai kapan kau akan terus begini?" Bagas menatap sahabat lama nya.

"Berhenti mencampuri urusan ku, kau urus saja hidup mu yang menjadi babu Sekar ulo!" sentak Nolan sangat marah.

"Kau bisa celaka bila dia turun tangan mengurus mu." peringat Bagas.

"Perlu kau ingat, Bagaskara! aku bukan siapa siapa nya dia, harta yang ku berikan pada manusia pun adalah milik ku." bentak Nolan sangat marah.

"Tapi kita sama sama ular, sudah sepatut nya aku memberi tahu apa yang kau lakukan salah besar." ujar Bagaskara.

"Ini menjadi urusan ku, kau tidak perlu sampai ikut campur!" Nolan bergegas akan pergi karena tidak mau debat.

"Dia akan kecewa setelah tau kau siapa dan bagai mana sepak terjang mu." teriak Bagaskara.

"Bila dia tau maka kau yang memberi tau nya! tidak bisa kah kau lupakan saja aku, aku ingin hidup dengan jalan ku sendiri dan selama ini aku tidak pernah mengganggu Ratu ular." geram Nolan.

Bagaskara tidak bisa lagi mau menjawab karena memang benar apa yang di katakan oleh Nolan, selama ini dia tidak pernah mengganggu Ratu ular atau pun menampakan diri pada nya. jadi jalan hidup yang dia pilih pun sudah menjadi keputusan dia, Bagas tidak bisa juga mau melarang.

"Bang kau kenapa?" Jalak muncul tiba tiba di belakang Bagas.

"Ah tidak apa apa." Bagas tersenyum dan menatap adik nya.

"Arini sudah selesai melihat kuburan nya, ayo kalau mau kerumah Xiela dulu." ajak Jalak pada Panglima Ratu ular.

"Baik lah, ayo kita pergi sekarang kalau begitu." angguk Bagas segera mengikuti mereka semua.

"Kamu ngapain kok sampai kesini, sayang? jauh loh padahal dari kuburan Arini." Xiela heran juga.

"Tadi aku melihat ada yang meninggal di rumah ini, maka nya aku sampai sini." jawab Bagas dengan dusta nya.

Yang lain pun percaya saja karena mereka memang sama sekali tidak tau bahwa Bagas punya rahasia yang sangat besar, susah sekali rasa nya mau bicara dan selama ini memang sama sekali tidak ada yang tau. kejadian yang sudah sangat lama, hanya dia yang paham bagai mana kisah Nolan.

Yang lain sama sekali tidak di beri tahu atau juga Ratu nya, kalau pun di beri tahu maka akan jadi masalah besar di akhir cerita, oleh sebab itu Bagas memilih menyimpan rahasia ini selama bertahun tahun tanpa di ketahui oleh semua teman atau pun Ratu nya sendiri.

"Baru kali ini ya ada iblis yang ziarah di makam nya sendiri." Jalak menggoda kekasih nya.

"Siapa lagi yang mau melihat kuburan, paling Intan yang membersihkan." jawab Arini.

"Kau punya ingatan buruk tidak kalau di kampung halaman mu ini, Rin?" tanya Xiela menatap besty nya.

"Punya lah, saat itu aku begitu kejam sehingga membantai semua manusia yang ada di kampung ini." jawab Arini.

Xiela tertawa karena memang ini kampung nya Arini, di mana dia di temukan dengan tubuh rusak parah penuh jahitan karena organ dalam nya di ambil untuk di perjuak belikan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab, lalu dia di kuburan di sini dan kemudian menjadi iblis kejam membantai semua orang.