NovelToon NovelToon
Jadi Istri Om Duda!

Jadi Istri Om Duda!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Duda
Popularitas:504
Nilai: 5
Nama Author: Galuh Dwi Fatimah

"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tarik Ulur

Hari-hari pun berlalu begitu saja. Riri benar-benar berubah. Ia tidak lagi mencari-cari kesempatan untuk berbicara dengan Bastian. Riri tidak lagi mengetuk ruangan atasannya itu hanya untuk alasan sepele. Riri tidak lagi diam-diam memperhatikan sosok pria itu dari jauh meskipun hatinya ingin.

Semua interaksi diantara mereka kini berlangsung resmi, dingin, dan profesional.

Pagi itu, saat rapat mingguan divisi Humas bersama jajaran direksi berlangsung, Riri masuk ke ruang meeting dengan wajah tenang. Ia duduk di kursinya tanpa menoleh ke arah ujung meja, tempat Bastian biasa duduk.

“Selamat pagi semuanya,” suara Bastian terdengar tegas saat rapat dimulai.

“Selamat pagi,” jawab semua peserta rapat serentak, termasuk Riri yang nadanya terdengar datar. Tak ada lagi nada manja atau canggung seperti biasanya.

Ketika Bastian meminta laporan kegiatan humas bulan ini, Riri bangkit dengan tenang dan berjalan ke depan.

“Berikut laporan kegiatan Humas Dinantara Group untuk periode bulan ini,” ucapnya jelas, dan profesional. Ia berusaha untuk tidak menatap Bastian sama sekali, ia hanya fokus pada layar presentasi.

Bastian memperhatikan perubahan itu dalam diam. Tak ada satu pun gestur manja atau tatapan canggung yang biasa Riri tunjukkan. Gadis itu kini benar-benar menjaga jarak darinya.

“Presentasi yang bagus,” komentar salah satu manajer senior.

“Terima kasih, Pak,” jawab Riri sopan. Setelah itu ia duduk kembali tanpa melirik sedikit pun ke arah Bastian.

Bastian menyandarkan punggung ke kursi, dadanya terasa sesak tanpa tahu kenapa. Sikap dingin Riri seperti cermin—menunjukkan pantulan sikapnya sendiri. Ia tak ingin Riri mendekat padanya, tapi ia juga keberatan jika Riri menjauh seperti saat ini.

___

Di kantin kantor, Rico melambai saat melihat Riri yang tengah berjalan dengan langkah lesu. “Woi, anak humas kesayangan bos! Sini makan bareng gue!”

“Apa sih Ric, Bercanda mulu.” jawab Riri sambil tersenyum kecil. Tapi kali ini senyumnya tenang, bukan berbunga-bunga seperti biasanya.

“Serius, Ri. Gue perhatiin deh… lo sama Pak Bastian kayak berubah. Biasanya kalian tuh kayak punya chemistry gitu, sekarang kok kayak orang nggak saling kenal?”

Riri tertawa ringan. “Itu cuma perasaan lo aja, Ric. gue cuma anak humas biasa kok. Dan Pak Bastian itu atasan gue. Gak ada tuh chemistry kayak yang lo bilang.”

“Yakin?” goda Rico.

“Yakin Ric, udah ah jangan di bahas.” jawab Riri cepat, meski dalam hati sedikit perih.

___

Sore harinya, Riri kebetulan satu lift dengan Bastian. Suasana di dalam lift begitu sunyi, hanya suara denting setiap lantai.

Bastian beberapa kali mencuri pandang ke arah Riri, tapi gadis itu berdiri tegak sambil memeluk map di dadanya. Tak ada sapaan, tak ada tatapan lama, tak ada keakraban diantara mereka.

Lift terbuka, Riri melangkah keluar lebih dulu. “Permisi, Pak.” ucapnya singkat dan sopan, kemudian berlalu begitu saja.

Bastian menatap punggungnya yang menjauh. Ada sesuatu yang terasa aneh di dadanya — seperti kehilangan sesuatu padahal ia sendiri yang menjauhkannya.

____

Malam itu, di kamarnya Riri menatap dirinya di cermin.

“Udahlah, Ri…” ucapnya pada pantulan dirinya sendiri. “Perasaan lo cuma bikin sakit hati. Om Bastian jelas nggak mau sama lo. Gak usah ngarep. Lo sama dia cuma atasan dan bawahan. Jadi lo harus sadar diri.”

Ia menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis meski matanya mulai berkaca-kaca. “Mulai besok, gue bakal fokus kerja. Gak ada lagi cari perhatian Om Bastian. Udah cukup ya, Ri.” ucap Riri pada dirinya sendiri.

Sementara di tempat lain, Bastian berdiri di balkon rumahnya sambil menatap langit malam. Tangannya memegang segelas kopi yang sudah dingin.

“Kenapa rasanya… malah sepi begini,” gumamnya lirih.

"Riri.." ucap Bastian lirih. Tanpa ia sadari, Bastian merindukan gadis itu.

 

Hari-hari di kantor berjalan seperti biasa… tapi bagi Bastian, ada sesuatu yang berbeda. Riri yang dulu ceria, cerewet, dan sering datang ke ruangannya dengan alasan remeh, kini berubah jadi gadis profesional yang menjaga jarak diantara mereka dengan sangat rapi.

Dan anehnya, perubahan itu membuat Bastian tidak nyaman.

Siang itu, Bastian sedang berdiri di balkon kecil ruangannya, menatap ke halaman kantor tempat beberapa karyawan menikmati jam istirahat. Matanya tanpa sadar mencari satu sosok.

Begitu menemukannya—gadis dengan rambut panjang, mengenakan kemeja biru langit dan celana bahan berwarna putih rapi. Hati Bastian berdetak sedikit lebih cepat.

Riri duduk bersama Rico dan beberapa teman satu divisinya.Tawa kecilnya terdengar samar dari kejauhan. Ia tampak nyaman… tapi tidak ada satu pun momen ia melirik ke arah gedung utama, ke arah jendela ruangan Bastian seperti dulu. Seperti yang sering ia lakukan setiap kali ada kesempatan.

“Pak, ini dokumen yang Bapak minta,” suara sekretaris mengetuk pintu membuat Bastian sedikit terkejut. Ia segera berdehem, kembali ke mode ‘bos’.

“Oh, iya. Taruh saja di meja,” jawabnya datar.

Sekretaris itu menatap ke arah balkon, lalu ke arah Bastian dengan tatapan menggoda, “Lagi ngelihatin siapa, Pak?”

Bastian langsung menyipit, “Tidak ada.”

“Oh, oke.” jawab sekretaris cepat sambil tertawa kecil dan pergi.

Bastian menghela napas panjang, merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Sore harinya, ia secara kebetulan berjalan di lorong kantor yang sama dengan Riri. Gadis itu tampak sibuk mengirim dokumen ke divisi lain. Ketika mereka berpapasan, Riri hanya mengangguk sopan.

“Pak,” sapanya singkat.

“Hm,” jawab Bastian pendek. Tapi begitu Riri melangkah pergi, pandangannya justru mengikuti punggung gadis itu lebih lama dari yang seharusnya.

Begitu pun saat berada di ruang rapat mingguan, Riri duduk di barisan tengah. Ia aktif memberikan ide, menjawab pertanyaan atasan, dan bekerja dengan cepat. Beberapa manajer bahkan mulai memuji kinerjanya.

“Riana, idemu bagus. Nanti presentasi minggu depan kamu yang pegang ya,” ujar salah satu manajer senior.

“Siap, Pak,” jawab Riri percaya diri.

Bastian yang duduk di kursi pimpinan hanya memperhatikannya diam-diam. Ia tidak ikut memuji secara langsung seperti dulu. Tapi dalam hati, ada rasa bangga dan… kagum.

“Dia benar-benar berubah,” gumamnya pelan saat rapat usai.

Malam itu, Bastian duduk sendirian di ruang kerjanya yang mulai sepi. Laptop masih menyala, tapi pikirannya tidak fokus pada laporan. Ia malah mengingat cara Riri dulu datang ke ruangannya sambil mengetuk pintu pelan.

“Om, boleh ganggu sebentar? Aku ada ide nih!”

Atau,

“Om, aku nggak ngerti bagian ini, boleh dijelasin?”

Ia bahkan ingat ekspresi gadis itu saat marah kecil atau ngambek manja.

Kini semua itu hilang. Berganti jarak yang rapi, senyum formal, dan panggilan “Om” yang terdengar… datar.

Bastian bersandar di kursinya. “Kenapa rasanya… malah kosong begini,” bisiknya pada diri sendiri.

Di sisi lain, Riri benar-benar fokus dengan tugasnya. Ia bahkan mulai pulang lebih malam untuk menyelesaikan beberapa proyek. Tapi setiap kali tanpa sengaja berpapasan dengan Om Bastian, jantungnya masih saja berdetak tak karuan.

Ia hanya menepis perasaan itu dalam hati.

“Udah, Ri. Ini semua demi kebaikan kamu juga,” katanya pada diri sendiri sambil menatap pantulan wajahnya di cermin lift.

Namun yang tidak ia sadari, sepasang mata milik Om Bastian kini lebih sering memperhatikannya… diam-diam.

1
Grindelwald1
Wah, mantap!
Galuh Dwi Fatimah: terimakasih!!
total 1 replies
Niki Fujoshi
Capek tapi puas baca cerita ini, thor! Terima kasih sudah membuatku senang.
Galuh Dwi Fatimah: Terimakasih kak, semoga harimu selalu menyenangkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!