Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
"Ada apa ini? Dewa, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Prayono.
"Lihat saja Om, apa yang dilakukan oleh Melinda?" jawab Dewa.
Olivia kembali menampar Melinda. Namun kali ini Melinda melawan dengan menarik rambut Olivia.
Olivia tidak apa-apa, dia lalu menangkap tangan Melinda dan membanting tubuh Melinda ke lantai. Sehingga tarikan di rambut Olivia pun terlepas.
Prayono hendak maju untuk meleraikan mereka. Namun Dewa mencegahnya. Prayono menoleh ke Dewa seolah meminta penjelasan.
Namun Dewa hanya berkata. "Jangan ikut campur Om."
"Tapi mereka ...." Prayono menjeda ucapannya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya melanjutkan.
"Melinda menculik anak-anak ku," jawab Dewa akhirnya.
Prayono sekarang mengerti. Kenapa perusahaan kacau? Ternyata putrinya sudah menyinggung orang yang salah.
Sebenarnya hubungan Dewa dengan Prayono baik. Bahkan, berkat bantuan Dewa, perusahaan Prayono kembali bangkit setelah mengalami keterpurukan.
Waktu itu Dewa masih menjalin hubungan dengan Melinda. Meskipun Dewa berpacaran dengan Melinda, namun Dewa selalu menjaga jarak.
Tidak pernah bersentuhan, apalagi sampai berciuman. Karena Dewa sangat menjaga dirinya untuk tidak melakukan hubungan intim.
"Sayang cukup," kata Dewa.
Olivia pun berhenti dan merapikan rambutnya yang acak-acakan. Olivia menghela nafas panjang setelahnya.
Sedangkan Melinda sudah terlihat lemah di lantai. Wajah Melinda pun terlihat bengkak, terutama di pipinya.
"Bagaimana Om? Pilih perusahaan atau Melinda di penjara," kata Dewa memberikan pilihan.
Prayono bingung. Keduanya adalah pilihan yang berat untuknya. Prayono masih terdiam menimbang antara perusahaan dan putrinya.
"Dewa, apakah kamu tidak memandang hubungan baik diantara kita? Lagipula kamu dan Melinda pernah dekat," tanya Prayono.
"Dulu memang iya. Tapi Meli sudah mengusik keluargaku. Apalagi Melinda berniat melenyapkan anak-anak ku," jawab Dewa.
Prayono kembali terdiam. Dia belum bisa mengambil keputusan antara perusahaan dan putrinya sama-sama penting.
Jika dia memilih perusahaan, reputasi putrinya akan hancur. Begitu juga sebaliknya, jadi keputusan itu sangat berat baginya.
"Berarti Om lebih memilih perusahaan hancur?" tanya Dewa.
"Tunggu! Dewa, tidak bisakah kamu lepaskan Melinda, aku janji akan mengirimnya kembali keluar negeri. Dan tolong, perusahaan ku dipulihkan kembali," ucap Prayono lirih.
"Maaf Om, aku hanya ingin Om pilih salah satu dari syarat yang aku ajukan," kata Dewa. Keputusan tidak bisa diganggu gugat.
Prayono terduduk lemas di sofa. Dewa orangnya memang cukup tegas kalau sudah menyangkut masalah seperti ini.
"Baik, aku pilih perusahaan," kata Prayono akhirnya.
"Pa! Aku ini putrimu! Bagaimana jika reputasi ku hancur?" bentak Melinda.
"Saat kamu menculik anak-anak ku, kamu tidak memikirkan konsekuensi nya," kata Dewa.
Olivia tersenyum tipis. Dewa benar-benar membela anak-anaknya. Namun senyuman Olivia tidak ada yang menyadarinya.
"Kalian, tahu apa yang harus kalian lakukan?" tanya Dewa kepada triple A.
"Tahu bos," ucap triple A serentak.
Arjun pun segera mengambil laptopnya. Kemudian menghidupkan laptopnya dan dengan jari-jari kecilnya Arjun berhasil mengembalikan sistem perusahaan milik Prayono.
Sementara Dewa memerintahkan Josua untuk menghubungi pihak kepolisian. Josua pun bergerak cepat menghubungi pihak kepolisian.
Ponsel Prayono berdering. Prayono segera merogoh sakunya dan melihat nama pemanggil yang ternyata adalah asisten pribadinya.
"Halo."
"Halo Tuan, komputer perusahaan sudah pulih kembali. Dan saham perusahaan juga kembali normal."
Prayono menoleh ke Arjun yang menyimpan laptopnya di tas ranselnya. Kemudian Prayono menoleh ke Arden dan Archer. Ketiganya memang mirip Dewa versi kecil.
"Mereka benar-benar anak Dewa. Bukan hanya wajah mereka yang mirip, tapi keahlian nya juga," batin Prayono.
"Halo Tuan."
"Ah iya, saya akan segera kembali ke perusahaan."
Prayono langsung menutup teleponnya. Dia meminta maaf kepada Dewa atas kelakuan putrinya.
Prayono tidak ingin berurusan dengan Dewa. Karena dia tahu kehebatan Dewa. Di tambah lagi saat Prayono menyaksikan sendiri bagaimana anak Dewa dengan lihai nya bermain komputer.
Prayono tidak ingin jatuh bangkrut karenanya. Putrinya di penjara tidak masalah dan akan bisa bebas dalam beberapa tahun.
Namun, jika perusahaan nya bangkrut, tidak ada yang bisa membantunya selain Dewa. Jika dia berurusan dengan Dewa, maka semuanya akan hancur.
"Pa, Papa!" pekik Melinda.
Namun Prayono memilih pergi seolah tidak mendengar suara panggilan Melinda. Tidak berapa lama setelah Prayono pergi, dua petugas kepolisian pun datang bersama dengan Josua.
"Tangkap dia Pak," kata Dewa.
"Dewa, kenapa kamu begitu tega? Apa kamu lupa, jika kita pernah dekat di masa lalu?"
Namun Dewa tidak perduli, menurutnya, yang lalu sudah berlalu dan sudah ia lupakan sepenuhnya. Apalagi sekarang dia sudah memiliki keluarga walaupun belum resmi menikah.
"Terima kasih Pak Dewa, kami akan menindak lanjuti kasus ini," kata salah satu polisi.
"Iya Pak, sama-sama. Hukum dia sesuai perbuatannya," kata Dewa.
Kemudian Melinda pun di bawa oleh dua orang polisi itu. Tangannya di borgol karena sempat memberontak ingin lepas.
"Tuan." Josua dan Jerry menunduk hormat.
"Hmm, sudah sore, kalian boleh pulang," kata Dewa kepada keduanya.
"Terima kasih Tuan," ucap Josua dan Jerry bersamaan. Kemudian mereka pun keluar dari ruangan itu.
Dewa menghampiri Olivia. "Bagaimana? Apa kamu puas dengan keputusan ku untuk Melinda dan orang tuanya?"
"Lumayan, sebenarnya aku belum puas menghajar nya," jawab Olivia. Dewa tertawa mendengarnya. Dan tawa Dewa pun menular ke triple A.
"Aku tidak ingin kamu membunuh orang sayang. Makanya ku suruh berhenti," kata Dewa.
Olivia mencebikkan bibirnya. Kemudian Olivia mengajak triple A untuk keluar dari ruangan itu. Dewa pun mengikuti mereka.
"Kalian mau ke mana?" tanya Dewa.
"Mau pulang," jawab Olivia singkat.
"Aku ingin ajak kalian ke suatu tempat," kata Dewa.
"Sudah sore, sebentar lagi malam. Sebaiknya pulang saja," kata Olivia.
"Ma, kita ikut papa saja," kata Arjun.
Olivia terdiam. Hingga mereka tiba di lantai bawah. Bertepatan dengan para karyawan dan karyawati pulang kerja.
Saat Dewa dan keluarga kecilnya lewat, mereka pun menunduk hormat. Dewa dan Olivia juga triple A hanya mengangguk saja.
Dewa membukakan pintu mobil untuk anak-anaknya. Kemudian untuk Olivia. Dewa meminta mereka untuk memasang sabuk pengaman.
Mobil pun bergerak perlahan keluar dari parkiran. Kemudian melaju setelah keluar dari pintu gerbang perusahaan.
"Kita mau ke mana Pa?" tanya Archer.
"Ke taman permainan," jawab Dewa.
Mereka bersorak senang. Karena mereka belum pernah ke taman permainan. Jika di desa, paling-paling mereka hanya ke pasar malam.
Itupun tidak bisa sering-sering. Karena pasar malam yang mereka datangi tidak selalu ada. Hanya di waktu-waktu tertentu saja.
Mobil terus melaju, hingga akhirnya mereka pun tiba di tempat yang di tuju. Dewa memarkirkan mobilnya, kemudian membeli tiket masuk.
Sementara dari kejauhan, mereka sedang di awasi oleh anak buah Mister Black. Kemudian anak buah Mister Black pun melaporkannya.