Naima dan Arga akan segera menikah tak lebih dari dua Minggu lagi. tapi nyatanya Arga berse-ling-kuh dengan wanita yang tak lain adalah anak dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Naima memergoki Arga dan dia datang kepada ayah dari Wanita itu untuk meminta pertanggung jawaban darinya. tapi tanpa di sangka malah duda dua anak itu bertanggung jawab dengan cara menikahinya.
apakah pernikahan mereka akan bahagia? saksikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naima 6
"Di sebelah mana ya ruangannya? Pria tadi pergi kemana? Kenapa malah meninggalkan aku? Apa orang-orang yang biasa bekerja di kantor itu selali bersikap ketus ya? Apalagi pria yang satunya lagi, menyebalkan sekali dia. Apa memang orang-orang yang bekerja di kantor itu semuanya bersikap seperti itu? Pantas saja Mas Arga juga langsung berubah sifatnya seratus delapan puluh derajat. Ternyata karena memang semuanya seperti itu! Menyebalkan. Tidak apa-apa, Naima. Ini adalah untuk pertama dan terakhir kamu menginjakkan kaki di kantor ini. Setelah ini kamu akan kembali bekerja di tempat yang jauh sekalian!"cerocos Naima sambil mencari ruangan Pak Angkasa di lantai tersebut.
Naima celingukan di ruangan yang besar. Disana ada beberapa ruangan tapi semuanya kebanyakan sepi.
"Lantai di ruangan ini sangat besar. Tapi tidak ada penghuninya. Apa di lantai ini berhantu ya? Kok aku jadi ngeri sendiri dengan ruangan sebesar ini tapi tak ada penghuninya. Aku yakin yang berkerja di lantai ini pasti memiliki ilmu. Ilmu takut hantu,"kekeh Naima kembali berkeliling di sana mencari ruangan Angkasa.
"Eh mas, Mas. Maksudnya Pak, kamu yang tadi di lift bersama saya kan? Apa saya boleh tanya? Ruangan Pak Angkasa sebelah mana ya?"tanya Naima kepada pria yang tadi banyak bertanya di lift kepadanya.
"Di ujung sebelah sana yang kiri,"jawabnya sambil membawa banyak berkas di tangannya.
"Eh tunggu lagi Mas, eh pak. Di lantai ini tidak berhantu kan? Soalnya di lantai ini sepi sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan,"tanya Naima sambil brigidig ngeri.
"Berhantu, tuh di belakang kamu!"ujarnya iseng kemudian pergi dari sana sambil tertawa terbahak. Sedangkan Naima berteriak ketakutan sambil berlari ke ruangan Pak Angkasa.
Bruuuukkk
"Astaghfirullahaladzim ...,"ujar Naima membuka dan menutup pintu ruangan Pak Angkasa dengan sangat kencang sambil membaca ayat kursi. Karena saking takutnya dengan Hantu yang katanya ada di belakang dia. Bahkan sesampainya di ruangan Angkasa, Naima masih tidak sadar jika ada seseorang yang sedari tadi menatap tajam ke arah Naima sambil berdiri dan menyilang kedua tangannya di dada.
"Eheeem"
"Astaghfirullahaladzim, hantu ... Pergilah menjauh. Astaghfirullahaladzim ya Allah biarkan hantu ini pergi menjauh dan bawa dia kembali ke neraka!"ujar Naima menutup matanya karena kaget kemudian kembali membaca banyak ayat yang dia tau.
"Kamu fikir saya hantu?"Tanya suara bariton di depan wajah Naima. Bahkan Naima bisa mencium parfum maskulin milik pria itu dengan sangat jelas. Naima membuka mata satu persatu untuk melihat siapa yang berbicara dengannya. Apakah itu hantu ataukah beneran manusia.
"Astaghfirullahaladzim,"ujar Naima mendorong tubuh pria yang masih mencondongkan badannya ke arah dia. Refleks karena kaget dan hampir membuat pria tinggi kekar itu terjatuh. Beruntung dia memiliki badan yang kekar sehingga dorongan dari Naima tidak membuatnya terjatuh.
"Eh maaf Pak Jutek, saya tidak sengaja, tadi saya beneran refleks karena kaget ada suara manusia. Saya kira hantu,"jawab Naima merasa bersalah.
"Apa? Kamu tadi panggil saya siapa?"tanyanya kembali.
"Pak Jutek. Karena anda sedari awal Jutek, maaf. Tapi saya bicara kejujuran,"ujar Naima sambil celingukan mencari pria yang bernama Pak Angkasa.
Pria di depannya hanya mencebikkan bibirnya kesal mendengar panggilan Naima untuknya. Apakah dia sejutek itu? Sedangkan Naima masih celingukan mencari keberadaan pria bernama Pak Angkasa. Dia bahkan kembali ke luar dan memastikan jika dia masuk ke ruangan yang benar. Setelah dia kembali membaca ternyata di pintu tertulis dengan jelas nama dan jabatannya.
"Mau apa kamu mencari Pak Angkasa?"tanya pria itu duduk di sofa single yang ada di ruangan itu dengan tenang.
Aura yang berbeda di rasakan oleh Naima. seketika dia merasakan jika seluruh ruangan ini tiba-tiba menjadi dingin. Apa pria di depannya marah karena dia memanggilnya Pak Jutek? Tapi kenapa dia duduk dengan tenang di ruangan Pak Angkasa? Siapa dia yang berani seperti itu? Apa dia anak dari Pak Angkasa?
Astaghfirullah, jika memang dia anak Pak Angkasa. Artinya dia cari ma-ti dengan apa yang barusan dia katakan. Kenapa mulutnya selalu tidak bisa mengerem dan selalu nyeletuk kalau sedang kesal. Naima terlihat gugup, tidak seperti sebelumnya yang petantang petenteng dan bahkan sampai akan membuat pria itu terjatuh karena di dorong olehnya.
"Duduk! Dan katakan tujuanmu untuk bertemu dengan Pak Angkasa?"tanya Pria itu kembali dengan nada yang lebih dingin dari sebelumnya. Membuat Naima yang ketakutan seketika duduk membuat Pria itu memalingkan wajahnya menahan tawa dengan tingkah gadis mungil di depannya. Tadi saja dia galak bukan main, sekarang malah terlihat seperti kucing penurut.
"Katakan!"ujarnya kembali setelah beberapa saat Naima hanya tertunduk dan memainkan ujung blazer yang dia gunakan sebagai outer gamis yang dia gunakan.
"Maaf Pak, tapi saya ingin bertemu langsung dengan Pak Angkasa. Karena hal ini hanya bisa saya katakan kepada beliau. Bisa kah anda mengatakan atau memanggilkan ayah anda? Yang akan saya bicarakan adalah masalah yang sangat penting. Mungkin akan berguna juga untuk Pak Angkasa nantinya. Cukup saya saja yang menjadi korban dan harus berkorban banyak. Walau saya tau Pak Angkasa punya banyak uang. Tapi, saya kasihan kepada dia yang sudah berumur tapi harus di manfaatkan orang-orang yang jahat,"ujar Naima dengan mata yang sedikit berkaca.
Tapi Naima tidak berani menatap pria yang ada di depannya. Matanya bagi Naima menakutkan. Sehingga Naima malah memfokuskan matanya untuk melihat vas bunga yang ada di sebelah pria itu. Kalau bertemu pandang rasanya menusuk ke jantung dan membuat bulu kuduk berdiri. Di tatap tajam pria di depannya, hampir sama takutnya dengan melihat hantu.
"Ayah saya? Berumur? Orang-orang jahat? Katakan dengan jelas jangan bertele-tele. Kalau tidak mau mengatakan semuanya dengan benar silahkan keluar dari ruangan ini dan jangan pernah membuang waktu orang lain Nona!"ujar Pria itu bangkit dari duduknya.
Sreeeeettt
Dengan penuh keberanian, Naima menahan ujung kemeja pria itu untuk jangan pergi. Dia benar-benar harus bertemu dengan Pak Angkasa. Karena dia tidak tahu, apakah setelah ini ada kesempatan lagi untuk bertemu dengan Ayah dari seling-ku-han calon suaminya itu ataukah tidak. Karena kali ini saja dia bisa masuk karena mencuri-curi kesempatan. Dan pastinya wajah dia sudah di tandai oleh resepsionis. Dia tidak mau perjuangannya sampai kesini sia-sia. Dia tak akan tenang pergi dan menyelesaikan semuanya jika belum bertemu dengan Pak Angkasa.
"Pak Jutek, saya mohon, biarkan saya bicara dengan Pak Angkasa. Jika dia tidak ada di sini, bisakan anda menghubungi beliau. Anda anaknya pasti punya nomor teleponnya kan? Saya mohon Pak,"ujar Naima menahan air matanya.
"Siapa Namamu?"tanya suara bariton setelah terdengar helaan nafas darinya yang bisa terdengar dengan jelas oleh Naima.
"Naima Adisty Rahardian,"jawab Naima.
makin seru az cerita nya kk outhor ini 🥰🥰🥰