NovelToon NovelToon
Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Di Kekaisaran Siu, Pangeran Siu Wang Ji berpura-pura bodoh demi membongkar kejahatan selir ayahnya.
Di Kekaisaran Bai, Putri Bai Xue Yi yang lemah berubah jadi sosok barbar setelah arwah agen modern masuk ke tubuhnya.
Takdir mempertemukan keduanya—pangeran licik yang pura-pura polos dan putri “baru” yang cerdas serta berani.
Dari pertemuan kocak lahirlah persahabatan, cinta, dan keberanian untuk melawan intrik istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Angin malam berembus lembut, membawa aroma bunga plum yang jatuh di jalan setapak menuju paviliun lotus. Malam kedua tiba, seperti janji yang terucap kemarin. Lentera kembali dipasang, memantulkan cahaya ke air yang beriak pelan.

Bai Xue Yi duduk di tempat yang sama, kali ini mengenakan jubah sutra biru muda dengan bordiran awan tipis di tepinya. Rambutnya disanggul lebih rapi, dihiasi pin emas berbentuk burung bangau. Di sampingnya, kotak jarum perak kembali terbuka, seakan siap menantang ketakutan sang pangeran.

Lan Er, yang setia di sampingnya, menyipitkan mata nakal.

“Putri, wajah Anda terlihat… ehm… lebih berseri hari ini.”

Xue Yi melirik sekilas. “Kau terlalu banyak bicara, Lan Er.”

“Tapi benar, Putri. Jantung saya sampai ikut berdebar. Apalagi kalau Pangeran Siu itu datang dengan wajah konyolnya—”

“Sudahlah.” Xue Yi menahan senyum yang hampir lolos dari bibirnya. “Kau jagalah pintu seperti biasa. Jangan menguping.”

Lan Er mengerucutkan bibir, tapi ia tahu tuannya sedang menyembunyikan sesuatu. Sejak malam pertama pertemuan itu, Putri Bai Xue Yi terlihat… berbeda.

----

Di kediaman tamu, Wang Ji mondar-mandir seperti anak ayam kehilangan induk. Luo dan Jian menatap tuan mereka dengan wajah putus asa.

“Tuanku, kalau Anda terus berjalan bolak-balik, lantai ini bisa berlubang,” ujar Luo, mencoba menahan tawa.

“Diam kau! Aku… aku sedang mengatur napas,” sahut Wang Ji, meski jelas sekali napasnya malah makin tidak teratur.

Jian menunduk sopan. “Tuan… apakah Anda benar-benar takut jarum, atau sebenarnya takut pada Putri Bai?”

Wang Ji berhenti mendadak, wajahnya merah padam. “A-apa maksudmu? Mana mungkin aku takut pada perempuan itu! Dia hanya… hanya…”

“Cantik?” potong Luo.

“Berwibawa?” sambung Jian.

“Bisa membaca isi hati Tuan?” tambah Luo lagi, kali ini sengaja menusuk.

“Cukup!” Wang Ji menepuk meja, lalu meringis karena tangannya sakit sendiri. “Kalian pikir aku ini apa, boneka kayu yang bisa kalian ejek sesuka hati?”

Luo dan Jian menunduk dalam-dalam, pura-pura serius. Tapi begitu Wang Ji melangkah keluar, keduanya saling bertukar pandang dan nyaris tertawa keras.

----

Langkah Wang Ji terdengar di jembatan batu. Ia berhenti sejenak, menarik napas panjang, lalu melangkah ke paviliun dengan ekspresi… berusaha bodoh.

“Pu-putri Bai… aku datang lagi. Jangan bilang kau mau menusukku dua kali lipat malam ini?” suaranya melengking seperti anak kecil ketakutan.

Xue Yi menoleh pelan. Cahaya lentera jatuh di wajahnya, membuat matanya berkilau seperti permata gelap. “Kalau kau tidak mau, boleh saja pulang. Tapi racun dalam tubuhmu tidak akan menunggumu untuk berubah pikiran.”

Wang Ji langsung duduk, nyaris terguling karena terlalu cepat. “Tidak, tidak! Aku… aku sudah siap! Lihat, lenganku sudah siap dipatahkan!”

Xue Yi menahan tawa. “Yang kutusuk jarum, bukan tulang.”

Jarum perak kembali menembus kulit sang pangeran. Kali ini ia mencoba menahan diri, tapi ekspresinya justru lebih parah: mata melotot, bibir terkatup rapat, tangan meremas jubah seakan menahan petir.

“Pangeran, relakan napasmu. Kalau menahan seperti itu, kau malah bisa pingsan,” ujar Xue Yi tenang.

“A-aku tidak pingsan… hanya sedang… menguji kekuatan.”

“Uji kekuatan menahan jarum?” Xue Yi mendengus kecil. “Sungguh pangeran yang luar biasa.”

____

Beberapa jarum terpasang, Xue Yi mulai mengatur aliran qi dengan gerakan jari. Wang Ji mendadak hening, wajahnya sedikit tenang.

“Putri Bai,” ujarnya pelan, “kenapa kau bersusah payah begini? Kita ini… dari negeri berbeda. Bahkan, kalau dunia tahu kita bertemu diam-diam, bisa-bisa kau dituduh berkhianat pada tanahmu.”

Xue Yi tidak berhenti bekerja. “Aku tidak peduli apa kata dunia. Yang aku tahu, nyawamu berharga. Jika aku bisa menyelamatkan satu nyawa, aku tidak akan mundur hanya karena gosip.”

Kata-kata itu menancap dalam. Wang Ji menatap wajahnya lama, lalu buru-buru menunduk agar tidak ketahuan.

“Kalau begitu…” Wang Ji berbisik, “bolehkah aku… mempercayaimu sepenuhnya?”

Xue Yi menoleh singkat, tatapannya tegas. “Bukankah sejak kau datang ke sini, kau sudah melakukannya?”

Wang Ji terdiam. Dadanya hangat, lebih hangat dari teh atau jarum perak.

----

Setelah selesai, Xue Yi kembali menuangkan teh hangat. Kali ini, Wang Ji menerima dengan hati-hati.

Namun ketika ia hendak menyeruput, seekor katak dari kolam melompat ke lantai paviliun. Wang Ji terkejut, cangkir hampir terlepas.

“Aaaaa! Ada monster hijau melompat!”

Xue Yi hampir menjatuhkan jarum saking terkejutnya. “Itu hanya katak!”

“Katak? Tidak! Itu makhluk licin yang bisa melompat ke wajahku!” Wang Ji bersembunyi di balik meja, jubahnya tersangkut kaki kursi.

Lan Er dari luar mendengar keributan itu dan menahan tawa sekuat tenaga.

Xue Yi menghela napas, lalu bangkit. Ia mengambil katak itu dengan tangan tenang, lalu melepaskannya kembali ke kolam. Setelah itu ia menoleh, menatap Wang Ji yang masih meringkuk.

“Pangeran, kau lebih takut katak daripada jarum rupanya.”

Wang Ji berdiri canggung, mengibas-ngibaskan jubahnya. “Aku… aku hanya sedang menguji reaksi cepatku.”

Xue Yi mengangkat alis. “Reaksi cepat berteriak seperti anak kecil?”

Wang Ji menggaruk kepala, lalu tertawa konyol. “Hehehe… ya, begitu kira-kira.”

----

Malam semakin larut. Setelah perawatan selesai, Wang Ji bersiap pulang. Namun sebelum ia melangkah keluar, Xue Yi memanggilnya.

“Pangeran.”

Ia berhenti, menoleh.

“Jangan takut untuk menunjukkan dirimu yang sebenarnya,” kata Xue Yi lembut. “Kebodohan yang kau tunjukkan… bukan dirimu sepenuhnya. Aku bisa melihatnya.”

Wang Ji membeku. Tatapannya bertemu dengan Xue Yi, dan untuk sesaat, topeng bodoh itu runtuh. Mata mereka saling mengunci, penuh rahasia yang tak terucap.

Tapi kemudian ia cepat-cepat tertawa konyol lagi. “Hehehe… Putri Bai terlalu banyak membaca buku. Aku ini memang bodoh dari lahir, tidak ada rahasia.”

Xue Yi hanya tersenyum samar. “Kalau begitu… semoga kebodohanmu tetap sehat sampai besok malam.”

Wang Ji melangkah pergi, tapi dalam hatinya bergemuruh. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia takut—bukan pada jarum, bukan pada racun, tapi pada kemungkinan bahwa Bai Xue Yi benar-benar bisa menembus dinding yang ia bangun.

---

Ketika Wang Ji pergi, Lan Er masuk kembali. Wajahnya penuh rasa ingin tahu.

“Putri… apa Pangeran itu benar-benar bodoh, atau pura-pura bodoh?”

Xue Yi menatap permukaan kolam, bayangannya bergoyang bersama cahaya lentera. “Kadang… orang yang pura-pura bodoh lebih berbahaya daripada orang yang benar-benar bodoh. Tapi… mungkin juga lebih rapuh.”

Lan Er terdiam, lalu tersenyum. “Tapi kalau melihat cara Anda menatapnya… sepertinya Putri tidak keberatan kalau ia rapuh.”

Xue Yi memandangnya tajam, tapi pipinya memanas sedikit. “Lan Er!”

Lan Er langsung menunduk sambil menutup mulut, menahan tawa.

----

Malam berikutnya, Wang Ji datang lebih awal. Luo dan Jian heran, tapi tidak berani bertanya.

Di paviliun, suasana semakin akrab. Wang Ji mulai berani bercanda, meski tetap dengan topeng konyol. Xue Yi semakin terbiasa dengan kebodohannya, namun dalam diam ia juga semakin sering menangkap tatapan serius yang muncul sekilas dari mata sang pangeran.

Suatu kali, jarinya tanpa sengaja menyentuh pergelangan Xue Yi lebih lama. Ia buru-buru menarik tangan, wajahnya merah. “Maaf! Aku… aku hanya ingin memastikan kau tidak dingin.”

Xue Yi tersenyum samar. “Aku tidak dingin. Justru kau yang selalu dingin karena racun itu.”

“Kalau begitu… mungkin aku butuh kehangatan darimu.”

Kata-kata itu lolos tanpa sengaja. Wang Ji langsung menutup mulut, wajahnya panik.

Xue Yi menatapnya lama, lalu tersenyum tipis. “Mungkin.”

Sejak malam itu, jarum-jarum perak tak hanya menyalurkan energi, tapi juga menjadi jembatan yang menyulam benih perasaan.

Bersambung

1
Tiara Bella
wahhh jodohnya Bai Xiang ini mah...
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ciee pangeran dah ada hilal jodoh nih /Chuckle/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Oohh lama juga sampe bulanan
davina aston
👍👍👍👍👍👍👍
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaaahh manis naa 😃🫠🤗
Tiara Bella
ceritanya bagus
kaylla salsabella
lanjut Thor
Maria Lina
lgi thor kok 1 kn kurang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kirain hukum mati, kalo dibuang doang nanti bikin pasukan baru ga tuh
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaah strategina kereen /Determined//Determined/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Keserakahan mengalahkan segalana 😏 hhmm dasar sipaman ga tau diri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Jebakan ga sih itu /Speechless/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
😂🤣 Nunggu wangji menyatakan cinta kelamaan ya, jadi nembak duluan
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagi tuh yg mau bunuh wang ji 🤔
Hendra Yana
mantap
Tiara Bella
makasih thro upnya banyak.... semangat ya
kaylla salsabella
lanjut Thor
kaylla salsabella
lanjut Thor😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!