"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beruntung Itu Kamu
...• Bab 14 •...
...»»——⍟——««...
..."Apa yang ditakdirkan menjadi milikmu, akan menemukanmu" ...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
"Lo udah gila ya? lo beneran mau pacaran sama psycho kaya dia?"
Yumi mendesah berat, bibirnya melengkung kebawah. Dia sendiri juga bingung kenapa masih mau melanjutkan hubungan aneh ini. Hatinya tidak singkron dengan otaknya.
"Jangan tanya lagi, bikin gue pusing tujuh keliling" ujar Yumi lemas, tubuh berdiri terhuyung keluar kelas.
"Hari ini lo mau pulang bareng dia lagi?"
Yumi mengangguk pelan, "Mungkin udah didepan orangnya. Gue duluan ya"
Tangan Yumi mengarah ke kenop pintu, dan benar saja. Didekat balkon tangga sudah berdiri lelaki jangkung besar dengan kemeja hitam favoritnya bertengger menatap kelas Yumi tempat baru saja Yumi keluar dari ruangan.
Yumi berjalan pelan menghampirinya, begitu tepat berada di hadapannya gadis itu sedikit mendongak, "Lo nunggu sejak kapan?"
"Jam dua"
Gadis itu terdiam, ia tertegun. Padahal kelasnya baru saja selesai jam tiga. Itu artinya lelaki ini menunggu satu jam lama nya disini. Apa dia tidak lelah?
"Mau langsung pulang?" tanya Dermaga, semakin sering bertemu denganya Yumi menyadari sesuatu, lelaki ini sering memberikan tatapan sendu, tapi entah mengapa terasa meneduhkan.
"Ya pulang, mau kemana lagi memangnya"
"Ikut gue yuk"
"Kemana?"
"Tempat temen-temen gue ngumpul"
"Emangnya gak ganggu kalian? nanti kalian jadi canggung karena ada gue"
"Gak lah. Ayo ikut" Dermaga meraih tangan Yumi dan menggenggam nya, membawanya perlahan beriringan dengan langkah yang ia buat sekecil mungkin.
Gadis itu tak bisa menolak. Dia sudah setuju untuk mau menjalani hubungan ini, dengan imbalan lelaki ini tak lagi menyentuh batangan ganja itu.
Selama di perjalanan pun mereka saling diam. Tak tau topik apa yang harus dibahas. Yumi yang biasanya cerewet pun hari ini lebih banyak diam. Padahal biasanya gadis itu tak pernah kehilangan akal untuk mencari pembahasan yang seru jika berbicara dengan teman-temannya.
Motor Dermaga terhenti disebuah rumah lantai dua, megah dan luas. Rumah nuansa gold dan putih itu langsung membuat gadis itu mengaga. Bahkan halaman depan rumah ini lebih besar dibanding luas rumahnya.
Apa ini rumah Dermaga? Dia orang kaya?
"Ini... rumah siapa?"
"Karin. Tempat biasa kita kumpul selalu disini, karena rumahnya keseringan kosong, dia juga suka kesepian jadi kita dateng kesini buat ramein"
"Oh apa waktu itu yang lo bilang gak bisa bareng karena ada urusan itu kesini?"
"Iya"
"Buat makan mie?"
"Hah? Makan mie?"
"Iya, waktu itu gak sengaja gue denger suara Karin ditelpon. Maka nya gue kira lo... sebenarnya udah punya pacar"
Dermaga tersenyum kecil, tangannya terangkat membuka kancing helm gadis bertubuh mungil didepanya ini, "Bukan untuk urusan itu, Karin ada masalah kecil jadi dia minta tolong gue. Bayarannya, gue dapet seporsi mie disini"
"Ah~ masalah apa?"
"Adalah. Gak penting juga buat lo tau" ujar Dermaga santai, ia meletakkan helm Yumi di jok motor nya, kemudian kembali menggandeng tangan gadis itu masuk ke dalam.
Di dalam rumah mewah itu semua orang sudah berkumpul dengan kesibukan masing-masing. Teguh dan Berto yang bermain Play Station. Jodie yang menyantap pizza, dan Karin yang sedang membaca buku.
Keempatnya menoleh begitu merasakan terdapat dua orang insan masuk kedalam rumah.
"MAGA?! LO.. LO.. KOK BISA PEGANGAN SEROMANTIS ITU?! Gue yang seganteng ini aja belum pernah lu belai?!" pekik Jodie yang mulutnya masih penuh dengan pizza.
"Berisik lo! Fokus makan pizza aja sana! Ganggu ke fokusan gue." usik Teguh yang merasa terganggu dengan teriakan Jodie. Mata dan jemari Teguh masih fokus memainkan game.
"Halo, Yumi~ Selamat datang di markas kami. Semoga lo gak nahan berak lagi ya, kamar mandi siap nampung tai lo kok" sapa Berto yang dibalas decihan pelan dari bibir Yumi.
"Halo semua ketemu lagi, maaf numpang neduh sebentar ya hehe.." ucap Yumi sembari cengar-cengir, Karin berdiri begitu melihat Yumi, ia menghampiri dan langsung memeluk gadis itu tiba-tiba, membuat genggaman tanganya dengan Dermaga terlepas.
"Yumi~~ seneng deh bisa ada cewek lain yang gabung ke kita. Yuk duduk, santai aja. Anggep aja rumah sendiri"
Karin melepas perlukan nya dan menarik tangan gadis itu ke sofa. Diikuti Dermaga dibelakang mereka. Lelaki itu langsung merebahkan diri di Sofa lain dan memejamkan matanya. Seperti hal biasa yang sudah sering dilakukan.
Terlihat nyaman seakan berada di wilayah nya sendiri.
"Maga emang gitu tiap kesini, pasti langsung tidur. Bisa sampe sore karena terlalu nyamannya."
Yumi tersenyum canggung. Ia memandang lembut tatapan dari sepasang mata cantik milik Karin. Gadis secantik ini, dikelilingi tiga pria yang cukup good looking, apa tidak ada yang jatuh cinta? Padahal jika Yumi lelaki mungkin ia sudah terpanah asmara padanya.
"Eh, ikut aku yuk"
Belum sempat Yumi bertanya, tangan Karin menariknya membawanya pergi menjauh dari perkumpulan kaum adam itu, Dermaga sempat melirik sebentar sebelum akhirnya kembali menutup mata dengan lenganya.
Karin membawa Yumi ke kolam renang yang berada di area belakang rumahnya, kolam renang itu cukup besar dan luas. Air biru jernih yang terlihat sangat segar, disamping terdapat kursi santai dan meja kayu. Tempat itu cukup sejuk karena banyaknya tanaman hijau yang mengelilingi kolam.
"Mereka biasanya suka main disini nih. Habis berenang kita suka bakar seafood atau bikin mie instan terus makan bareng-bareng" ujar Karin dengan nada riang, ia duduk ditepian kolam dan memasukan kakinya hingga selutut ke dalam air kolam.
Yumi mengikuti pergerakan gadis itu, ia menggulung jumpsuit nya hingga ke atas lutut dan menceburkan kakinya kedalam air. Membuatnya tersenyum merasakan saat merasakan kesegarannya.
"Kamu mau berenang? Aku punya baju renang banyak kok. Gak perlu takut gak ada baju ganti"
Yumi menggeleng, ia memamerkan deretan giginya, "Itu... gue kalo renang cuma bisa blubub blubub dan hilang dari permukaan"
"Tenggelem maksud kamu?"
"Yashh.. gaya batu hahaha"
Karin tertawa pelan, "Lucu ya kamu, apa ini yang bikin Maga jadi penasaran sama kamu, Mi?"
"Penasaran...?"
Bukan suka ya? Hanya penasaran?
"Mulai sekarang, Yumi bisa dateng kapan aja, meski tanpa Maga yang ngajak sekalipun" ujar Karin mengalihkan topik pembicaraan.
Yumi berdeham, ia sedikit tersenyum menatap Karin, "Ah~beneran boleh nih?"
"Boleh dong. Malah aku seneng banget karena jadi punya temen cewek sekarang"
Karin menempelkan bahunya pada Yumi. Padahal tubuh gadis itu jauh lebih tinggi dan proporsional dibanding si cebol itu tapi, ia bermanja ria seakan Yumi menjadi kakak baginya.
"Jujur aku iri deh. Maga bisa luluh gitu sama kamu, kita yang udah kenal lama aja gak pernah bisa nyentuh atau disentuh dia loh"
Yumi mengernyit, kepala gadis itu masih bertengger dibahunya, sehingga tak bisa ia nampak jelas seperti apa ekspresi Karin saat ini. Namun kakinya masih mendayung pelan didalam air dengan santai.
"Kamu beruntung ya, jadi pengecualian didalam hidupnya Maga"
"Beneran... lo gak pernah nyentuh Maga sekalipun?"
Karin mengangkat kepalanya, ia menoleh dan tersenyum kecil, "Gak pernah"
"Bahkan Jodie, Berto pun gak pernah. Mungkin Teguh doang pernah itupun udah lama banget jauh sebelum Teguh tau kalo Maga benci disentuh"
Yumi mengedip. Separah itu ternyata ke-sensitivean lelaki itu ya. Jadi, sedikit masuk akal jika dirinya sekarang harus bertanggungjawab karena Yumi sudah menyentuhnya.
"Terus, gimana cara kalian bisa temenan sampe sedeket dan segerumbul ini?"
Karin terkekeh, "Berawal pas masih mahasiswa baru, kita sempet satu kelompok, kita banyak habisin waktu bareng disitu. Walau awalnya ngerasa aneh sama Maga yang gak bisa banget disentuh, tapi makin lama kenal ternyata dia orangnya baik dan perhatian banget. Teguh juga selalu kasih pujian tentang Maga yang bikin kita jadi makin penasaran dan pengen deket sama dia. Jadi deh kaya sekarang"
"Baguslah... dia gak sendiran meski sifatnya super aneh itu"
Karin tertawa, ia mengalihkan pandangan lurus kedepan, menatap gelombang air yang bergerak lembut.
"Kamu beruntung pokoknya, Mi.. beruntung banget"
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
...• TBC •...