Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Menjelang Pernikahan
.
Sementara itu di apartemen Vivian,
“Mila hanya sedang marah. Tidak mungkin dia benar-benar minta putus,” monolog Devan dalam hati.
Pria itu masih duduk termenung sejak Sharmila menutup panggilan secara sepihak. Badannya ada di sana tetapi otaknya entah ke mana. Sebelumnya ia tak sepeduli itu. Namun, entah kenapa saat mendengar kata putus dari wanita itu membuat pikirannya tiba-tiba kalut.
Vivian yang sedang duduk bersandar di atas ranjang merasa kesal melihat sikap Devan. Wanita itu meminum sedikit air putih yang tadi diambilkan oleh Devan, lalu meletakkan kembali gelas ke atas nakas di samping ranjang. Merangkak mendekat, lalu duduk di samping Devan.
“Kak Devan, apakah Kak Mila sedang salah paham dengan kita?” tanya wanita itu pura-pura prihatin. Sebelah tangannya menyentuh lengan Devan, sebelah tangan lagi mengusap punggung pria itu seolah ingin menenangkan.
“Bagaimana kalau aku menelpon Kakak dan menjelaskan semuanya?” tawar wanita itu.
Devan mengambil nafas dalam menegakkan badan dan menepis halus tangan Vivian yang berada di bahunya.
“Sudahlah. Jangan pikirkan ini. Sharmila meminta putus, biar aku lihat bagaimana dia menyelesaikan masalah ini.” Devan beranjak dari duduknya meninggalkan Vivian seorang diri.
Merasa kesal tapi Vivian tersenyum mendengar kata-kata tak peduli yang diucapkan oleh Devan. “Lihatlah Kak Mila! Akhirnya aku bisa mengambil Devan darimu. Dan bukan hanya Devan, aku akan mengambil semuanya. Kamu tak boleh merasakan bahagia sedikitpun,” gumam wanita itu
*
*
*
Kembali ke gedung pernikahan di mana Sharmila sudah siap dengan semua persiapan. Dewi yang setia menemaninya merasa cemas.
“Mila, apa tidak apa-apa mengganti mempelai pria? Aku rasa semua tamu akan bergunjing. Apalagi sebelumnya asisten Devan sudah mengumumkan kalau pernikahan diundur besok pagi."
"Aku yang tidak mau acaranya diundur,” jawab Sharmila santai. “Aku tidak mau kakekku tertekan karena masalah ini. Aku takut itu akan membuat kondisi beliau semakin drop.” Dewi mengangguk mengerti.
Wanita yang menghela napas pelan. “Sebelumnya aku merasa tidak masalah pernikahan ini batal. Aku mungkin bisa bicara dengan kakek pelan-pelan. Tetapi karena sepertinya Vivian ingin membuat aku malu, maka aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”
“Aku jadi membayangkan bagaimana wajah mereka," Dewi tersenyum seraya meletakkan ujung telunjuk di dagu. Matanya menerawang ke langit-langit ruang.
“Stop, jangan berhayal yang tidak penting!” Sharmila melempar bulatan tisu ke wajah Dewi. “Coba lihat apa penghulu atau Zayden sudah datang. Katakan padanya untuk bicara denganku lebih dulu!”
“Baiklah aku akan lihat keluar,” ucap Dewi lalu meninggalkan Sharmila seorang diri.
Wanita yang termenung memikirkan apa yang saat ini terjadi dalam hidupnya. Menikah dengan Zayden sama sekali tak pernah masuk dalam rencana hidupnya. Tapi apa boleh buat, jika itu bisa memukul telak Vivian akan ia lakukan. Lagi pula hanya setahun saja. Jadi tak masalah.
*
Beberapa saat kemudian…
“Nona Sharmila, semuanya sudah siap.” Jeni masuk memberikan laporan dengan penuh semangat.
“Baiklah Jeni mohon bantuannya, ya?” ucap Sharmila.
“Nona Mila ini bicara apa? Ini memang pekerjaanku jadi jangan berbicara sungkan seperti itu,” ucap Jeni.
Wanita itu begitu senang, sebagai seorang atasan Sharmila sama sekali tidak seperti Vivian yang sombong. Sharmila begitu rendah hati bahkan sangat akrab dengan para bawahan.
“Tapi,,, pengantin prianya?” Jeni ingin bertanya tapi merasa sungkan.
Sharmila memalingkan wajahnya ada sedikit rasa cemas yang tiba-tiba menghantui. Ia membuka ponsel, barangkali ada pesan dari Zayden, tapi sama sekali tak ada.
“Kenapa dia belum juga datang?” gumam wanita itu. “Dia tidak berpura-pura menerima untuk mempermalukan aku, kan?” tiba-tiba saja ia meragukan Zayden.
“Ya Tuhan, kenapa aku begitu bodoh? Sejak dulu dia sangat membenciku, mana mungkin dia mau membantuku?!” Sharmila memejamkan matanya erat. Bagaimana bisa dia mempercayakan hal yang begitu besar pada Zayden.
Namun ketika Sharmila sedang dalam puncak kegelisahan, pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar. Sharmila yang terkejut menoleh. Tampak olehnya seorang pria masuk dengan Langkah tegap. Outfit yang digunakannya benar-benar bukan main. Bahkan seperti sengaja sudah disiapkan sejak sebelumnya.
Sharmila memandang penampilan pria itu dengan takjub. Benarkah ini Arya si pembuat masalah? Sudah berapa lama mereka tidak bertemu, Sharmila mengakui pria itu terlihat semakin tampan. Ada sesuatu yang berdesir di hatinya yang mencoba ditolak.
Zayden berdiri dengan tegap di hadapan Sharmila. “Kenapa kamu memandangku seperti itu? Kamu Terharu ya melihat ketulusanku?” tanya pria itu sambil mengedipkan matanya genit.
Sharmila memasang wajah berpura-pura ingin muntah. Tingkat kenarsisan pria ini sungguh luar biasa. “Aku bisa membeli pria sekelas tuan muda Pratama. Bagaimana mungkin tidak terharu?” balas Sharmila, tidak mau kalah.
“Wah, wah, ternyata masih tetap Nona Natakusuma yang kukenal,” ucap Zayden tergelak. Sesungguhnya maksud ucapannya adalah, Sharmila tidak pernah berubah, masih mempesona dan membuatnya berdebar seperti dulu.
Sharmila terkekeh kemudian menatap ke arah Jeni yang masih berada diantara mereka.
“Pengantin pria sudah datang, acara pernikahan sudah boleh dimulai,” katanya.
Sementara itu, Jeni masih masih menatap ke arah Zayden dengan tidak percaya sekaligus terkesima. Wanita itu seketika tergagap dan kembali mengalihkan pandangan pada Sharmila lalu mengangguk antusias.
“Baik Nona. Saya akan keluar untuk memberitahu pembawa acara.” Wanita itu pun segera berlari kecil meninggalkan mereka berdua.
*
*
*
Sementara itu di ballroom depan tepat diselenggaranya acara pernikahan kasak kusuk sedang terjadi.
“Tahu gak? Katanya pengantin pria tidak datang, tapi kenapa acara pernikahan tetap diselenggarakan? Apa Nona Sharmila ini tidak sedang mempermalukan dirinya sendiri?” bisik seorang wanita terhadap pasangannya.
“Iya benar. Kasihan sekali Nona Sharmila. Sudah tiga tahun menemani Tuan Devan, bahkan berjuang dari awal sejak pria itu belum memiliki apapun. Tetapi sekarang dia ditinggalkan di hari pernikahan.”
“Benar-benar pria tidak tahu diuntung. Kalau aku bertemu dengan pria seperti dia aku pasti akan memukul kepalanya dengan sepatu.”
“Tetapi ngomong-ngomong Vivian itu hebat juga ya? Dulu dia yang memutuskan Devan. Sekarang saat Devan akan menikah pun, dia berhasil membuat Devan kabur dari pernikahan.”
“Apanya yang hebat? Pelakor tidak harus hebat. Cukup tidak tahu diri saja.”
“Hush, jangan begitu nanti kalau ada yang dengar.”
*
Pembicaraan di antara mereka terhenti manakala sorot lampu mengarah ke pintu besar. Seorang wanita cantik dengan gaun pengantin berjalan bergandengan bersama dengan seorang pria tampan.
Mata para tamu sontak terbelalak dengan mulut terbuka lebar. Benar-benar seperti pasangan Dewa dan Dewi.
“Lihat, pria itu terlihat lebih tampan daripada Tuan Devan!” celetuk seorang tamu.
*
“Acaranya besar juga ya?” bisik Zayden di telinga Sharmila.
“Kenapa? Apa kamu takut?” Ejek Sharmila. “Awas saja kalau sampai kamu ngompol saat ijab kabul!”
Zayden tertawa, lalu kembali berbisik di telinga Sharmila. “Takut? Sayangnya seorang Zayden tidak mengenal satu kata itu.”
Sharmila tersenyum miring, kepercayaan diri Zayden benar-benar overdosis.
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣