Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 4, part 1
Anja
"Kalau mau berenang perutnya harus terisi penuh, Ayo sayang...habiskan dulu makannya!" Suara maskulin itu menyusup samar dalam indra pendengarannya, apa itu berarti semalam mereka tak jadi pulang?
"Udah ah pah, Zia udah kenyang. Mau muntah ini!" lalu, suara rajukan gadis kecil terdengar.
Anja turun dari tempat tidurnya secara perlahan, tertarik untuk mengintip pada celah jendela yang setengah terbuka, memperhatikan Kezia yang saat ini melempar pelet ikan koi pada kolam dari jarak aman. Gadis kecil itu nampak cantik mengenakan terusan putih tulang tanpa lengan dengan rambutnya setengah basah.
"Sudah papa, perutnya gak muat lagi taukk!"
"Iya, iya... Ini satu suap lagi kok. Bukannya kemarin Zia bilang kalo yang suka buang makanan itu disukain setan, ya? Ini, ayo cepat satu lagi, sayang... aaa!" mulut Reka ikut terbuka, sementara tangannya menjejalkan suapan terakhir itu pada mulut putrinya secara paksa.
Kezia cemberut dengan mulut penuh, persis sama dengan ikan buntal yang sering ia lihat pada gambar, dan hal itu membuatnya tak bisa menahan diri untuk tersenyum.
"Papa mau cuci tangan dulu, Zia mau kembali ke kamar atau mau nunggu disini?"
Kezia tak menjawab bahkan sampai pria itu meninggalkannya seorang diri. Ngambek lagi, kenapa gadis itu sering sekali merajuk? pikirnya lagi dalam hati.
Mata Anja terus memperhatikan gerak-gerik putrinya tanpa mau melewatkan hal sekecil apapun. Hatinya merasa was-was kemudian saat kini langkahnya menuju kandang kelinci, papanya pasti marah karena itu akan menyebabkan pakaiannya kotor lagi.
Kezia membuka kandangnya, dan sekarang dua kelinci dikandangnya itu melompat dengan bebas kesana kemari.
"Opa, kelincinya kabur!"teriaknya kemudian terlihat panik.
Anja mengulum senyum tertahan, gadis ini... membuat masalah!
Kezia mulai berlari untuk menangkap kelinci itu, lalu dalam sekejap mata...Kezia jatuh dengan posisi tengkurap, disusul dengan tangisan histeris setelahnya.
Anja panik, akan tetapi itu tak berlangsung lama saat tak lama kemudian Reka datang.
"Aduhhh, putri papa... dimana yang sakit?" tanyanya penuh perhatian. Pria itu menggendong Kezia lalu meletakkannya pada ayunan. Sementara Kezia masih tetap menangis.
Terlihat, pak Tias dan Bu Niar juga datang untuk melihat keadaan, dan Anja dapat melihat mereka menghela napas lega kemudian kembali kedalam rumah begitu Reka menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang serius.
"Kelincinya kabur papa,Zia tadi mau menangkapnya tapi kaki Zia tersandung!"
"sudah, tak apa-apa. Biar nanti papa suruh pak Karjo buat nangkap kelincinya. Dimana yang sakitnya sayang, kasih tau papa!" Pria itu membulak-balik setiap bagian tubuh putrinya dengan sangat teliti. " Ini dadanya, sakit gak?" tambahnya kemudian seraya menyentuh dada Kezia memastikan tak ada sesuatu yang salah juga disana.
"Enggak, tapi lutut Zia perih. Lihat papa, ada darah disini!" rengeknya manja. Kali ini, tangis gadis kecil itu mulai mereda.
"Gak apa-apa kok sayang, semua orang pernah jatuh dan terluka disini. Sekarang mau gimana, mau kerumah sakit atau di obati sama papa?"
"Zia gak suka rumah sakit. Sekarang gak sakit lagi kok,!
Tapi, baju Zia basah kena rumput"Reka mengurai senyum seraya mengacak rambut putrinya gemas.
"gak apa-apa, ayo masuk... Kita ganti baju dan obati lukanya, ok!"
Reka kemudian mengangkat tubuh Kezia kedalam gendongannya. Pria itu berjalan, satu tangannya memegangi kotak yang tadi sempat dibawanya, satu tangannya lagi menahan dengan Lues tubuh putrinya.
Ia pikir, dimana Reka yang dulu? yang sering menampakan seringaian nakal atau sinis ketika bertemu dengannya? Dimana Reka yang egois, yang sering berteriak untuk untuk mengekspresikan penolakannya? Dimana Reka yang kekanak-kanakan tanpa bisa melihat benar atau salah?
Kenapa sekarang pria itu seolah berubah, apa waktu telah mengubah segalanya? Jika iya, namun mengapa dirinya masih dalam keadaan seperti ini?
Terkurung dalam labirin luka, yang ia sendiri tak tau dimana jalan keluarnya.
semangat kak author 😍