NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Operasi gelap

"Omg... ganteng banget."

"Astaga, lihat deh yang di tengah itu!"

"Geng Evos emang nggak pernah gagal bikin heboh!"

Berbagai suara kagum terdengar di telinga Valencia saat para murid perempuan berebut pandang ke arah sekumpulan cowok yang baru masuk kantin.

Valencia mengalihkan tatapannya ke arah yang sama. Sekelompok siswa berjalan dengan penuh percaya diri. Di antara mereka, satu sosok menonjol—wajahnya dingin, sorot matanya tajam, dan auranya tegas tapi misterius.

"Lo fans mereka juga?" tanya Valencia santai, melihat Yuliana, yang wajahnya langsung berseri-seri.

Yuliana mengangguk cepat. "Iya dong, Li! Hampir semua murid cewek di sekolah ini fans sama mereka."

Valencia menatap lagi ke arah kelompok itu, pandangannya akhirnya bertemu dengan tatapan si cowok bermata tajam tadi. Tapi hanya sedetik, lalu ia mendesah pelan dan kembali ke makanannya.

"Biasa aja," gumamnya santai.

Mata Yuliana langsung melebar. "What?! Li, lo bilang mereka biasa aja?"

Valencia mengangguk tanpa ragu. "Iya, Yul. Emang kenapa? Menurut lo mereka seganteng itu?"

"Ya ampun, Li! Mereka itu bagai dewa Yunani turun ke bumi!" seru Yuliana dramatis. Ia menunjuk satu per satu. "Tuh, yang senyum ramah itu Raka. Di sebelahnya Dirga, terus yang paling ujung—yang gantengnya kebangetan dan punya tatapan tajam itu—Galen, ketua geng Evos."

Valencia menatap ke arah Galen sekali lagi. Tatapan mereka sempat bertemu, tapi Valencia hanya menaikkan alis sekilas, lalu kembali fokus pada makanannya.

“Biasa aja, Yul. Nggak ada yang spesial,” katanya datar sambil menyendok nasi gorengnya lagi.

Yuliana benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Lili, si murid baru itu.

Bisa-bisanya dia bilang cowok-cowok geng Evos yang super populer itu biasa-biasa aja!

“Jadi, menurut lo... cowok ganteng itu yang kayak gimana, Li?” tanya Yuliana sambil menatap penasaran.

Valencia tidak langsung menjawab. Ia terus mengunyah nasi gorengnya dengan santai, matanya menerawang sesaat.

Bayangan sosok Evan muncul jelas di benaknya — sorot mata tegasnya, sikap tenangnya, dan wibawa yang selalu terasa setiap kali pria itu bicara. Bahkan cara Evan menatapnya pun mampu membuat Valencia tersenyum kecil tanpa sadar.

“Yang kayak gimana, ya…” gumamnya pelan, senyum tipis masih tersungging di bibirnya.

•●•

Dring! Dring!

Bel tanda pulang berbunyi menggema di seluruh penjuru sekolah. Para guru mulai berpamitan, sementara para murid berkemas dengan tenang. Tak ada yang berlarian atau berteriak seperti di sekolah biasa — semuanya terlihat rapi dan tertib, khas sekolah elit.

“Lo dijemput atau bawa mobil, Li?” tanya Yuliana sambil merapikan bukunya.

“Mobil, Yul. Lo sendiri?” balas Valencia tanpa menoleh, tangannya masih sibuk memasukkan buku ke dalam tas.

“Gue dijemput sopir. Mobil gue masih di bengkel,” jawab Yuliana sambil berdiri dan menepuk pundak Valencia.

Mereka keluar kelas bersama, berbincang ringan sampai di halaman. Tak lama, Yuliana berpamitan lebih dulu. Valencia menatap temannya itu berjalan anggun menuju sebuah mobil mewah. Seorang bodyguard membukakan pintu dan menunduk hormat.

“Dia orang kaya,” gumam Valencia pelan, sedikit kagum tapi juga heran — sekolah ini benar-benar diisi orang-orang dengan status tinggi.

Beberapa menit kemudian, suasana sekolah berubah sunyi. Tak ada lagi murid yang lalu-lalang.

Valencia berdiri di teras kelas, menatap sekitar dengan sorot mata yang kini berubah serius.

Waktunya bekerja.

Ia mengeluarkan ponselnya dari saku blazer, menekan nomor cepat.

Tak lama, suara di seberang terdengar. “Ya, Val?” suara Cakra terdengar tegas namun rendah.

“Matikan CCTV sekolah Sakura,” perintah Valencia singkat.

“Baik, perintah dilaksanakan,” jawab Cakra tanpa banyak tanya.

Sambungan ponsel terputus. Beberapa saat kemudian, ponsel Valencia bergetar — sebuah pesan masuk dari Cakra.

“Semua sudah beres.”

Tanpa membuang waktu, Valencia segera melangkah menuju gudang belakang, lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat terjadinya transaksi narkoba. Setiap langkahnya terdengar jelas di lorong yang sepi, hanya diiringi suara sepatu yang beradu dengan lantai marmer dingin.

Untuk sampai ke sana, dia harus melewati beberapa ruangan dan kelas yang sudah kosong. Lampu-lampu mulai diredupkan, menambah kesan mencekam. Untung saja, suasana sekolah yang sudah sepi membuatnya bisa bergerak dengan leluasa tanpa khawatir ketahuan.

Tatapannya tajam, penuh kewaspadaan.

“Kalau info dari Pak Dimas benar, berarti tempat itu nggak jauh lagi,” gumamnya pelan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!