NovelToon NovelToon
Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Agen Wanita / Tamat
Popularitas:1M
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.

Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.

Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.

Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Buang Saja

Suasana dalam kediaman sang pangeran tampak muram. Tirai-tirai dibiarkan terbuka agar angin segar masuk, namun bau ramuan tabib tetap menyengat. Liang Si Wei, yang dikenal sebagai raja perang yang tak pernah gentar di medan tempur, kini terduduk lemas di dipan panjang. Wajahnya pucat, rambut panjangnya tergerai berantakan, dan tangan kirinya menekan pelipis yang berdenyut nyeri.

Di samping tempat tidurnya, mangkuk kayu yang sudah diisi air bersih berkali-kali kini kembali terisi muntah.

Mo Han berdiri paling dekat, menatap tuannya dengan wajah cemas. "Yang Mulia, Anda perlu makan sedikit. Sup yang tadi hanya disentuh seteguk."

Liang Si Wei tak menjawab. Hanya mendengus pelan, lalu kembali menutup matanya, tubuhnya sedikit bergetar saat rasa mual menyerang lagi. Ia meraih sisi tempat tidur, menunduk dan muntah lagi.

Mo Shi segera memberi air bersih, dan Mo An menyingkirkan mangkuk yang penuh itu, wajahnya tegang. "Ini sudah beberapa hari, dan semua tabib mengatakan hal yang sama, Yang Mulia sedang kelelahan. Tapi... kelelahan seperti apa yang membuat seseorang muntah terus-menerus?" ucapnya dalam hati.

"Ugh" Ia kembali mual, namun tak ada yang keluar lagi. Hanya perasaan tidak nyaman di perut dan kepala yang berdenyut menyebalkan.

Suara langkah pelan terdengar dari luar. Salah satu bawahannya, Mo Han, masuk perlahan sambil membawa kain hangat.

"Yang Mulia... air hangatnya telah disiapkan," ucapnya sambil menunduk dalam-dalam, tak berani menatap wajah pangeran yang muram dan tidak tertebak.

Liang Si Wei hanya mengangguk tanpa menjawab. Ia menerima kain itu, menyeka mulutnya pelan. Tatapannya tajam, namun kosong, seperti orang yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Sudah berapa tabib yang kalian panggil hari ini?" suaranya berat, pelan, tapi mengandung tekanan.

"Empat, Yang Mulia." Mo Han menjawab cepat. "Semua mengatakan... Yang Mulia hanya mengalami kelelahan..."

Liang Si Wei memejamkan mata sesaat. "Kelelahan?" pikirnya sinis. "Aku bahkan tidak pergi ke medan perang. Aku hanya duduk di sini, menanti kabar wanita itu."

"Kelelahan macam apa yang membuat orang mual setiap pagi... dan pusing seperti ini..." gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada orang lain.

Mo Han tidak berani menjawab. Ia hanya menunduk semakin dalam.

Pintu kamar terbuka pelan. Kali ini Mo Shi masuk, membawa nampan berisi sup hangat.

"Yang Mulia, tabib menitipkan ini untuk membantu meredakan mual..."

Liang Si Wei menoleh pelan. Matanya menatap tajam ke arah sup itu, lalu ke wajah Mo Shi.

"Buang saja."

"T-tapi... Yang Mulia."

"Aku bilang, buang."

Mo Shi langsung berlutut dan menunduk. "Ampun, Yang Mulia..."

Liang Si Wei memejamkan mata, tubuhnya bersandar ke kursi kayu berukir. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya tetap kuat. "Sudah ditemukan?" tanyanya datar.

Para bawahannya serempak menunduk lebih dalam. Mo An yang ada di antara mereka menjawab dengan hati-hati. "Belum, Yang Mulia. Tim pencari masih menyisir perbatasan. Kami yakin... istri Yang Mulia belum pergi terlalu jauh."

Liang Si Wei membuka matanya perlahan. Tatapannya tajam bagai pedang. "Sudah sebulan lebih. Kemana wanita ini sebenarnya pergi?"

Keempat bawahannya langsung berlutut serentak. Tak satu pun dari mereka berani membalas sepatah kata pun.

Dalam hati, Liang Si Wei mencibir. "Apa kau benar-benar ingin pergi? Atau kau hanya sedang mengujiku, wanita kejam?"

Wajahnya berubah sedikit, hampir tak terlihat, tapi keempat bawahannya yang selalu mengamati setiap gerakannya, bisa merasakan perubahan atmosfer.

Namun tak satu pun berani bertanya. Karena bagi mereka, Liang Si Wei adalah raja perang yang dingin dan mutlak. Satu kalimatnya bisa menentukan hidup mati mereka.

"Keluar." ucapnya akhirnya.

Mereka langsung bangkit dan mundur perlahan, keluar dari ruangan dengan kepala tertunduk.

Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Langit mulai mendung, bergelayut berat seperti dadanya yang sesak. Awan kelabu menumpuk di angkasa, dan bayangan petir tampak menggantung, menunggu waktu untuk menyambar.

Liang Si Wei mengusap pelipisnya pelan, mencoba meredakan denyut yang terus menerus menyerang. Tapi yang lebih mengganggunya justru rasa aneh di perut. Mual itu belum juga hilang, dan sekarang ia merasa ingin sekali makan sesuatu.

“Asam,” gumamnya pelan. Lidahnya seolah menuntut rasa itu, tajam, menyegarkan, dan bisa meredakan mual yang menyiksa.

Ia mengangkat wajah, menoleh ke arah pintu. “Mo Han.”

Sosok tinggi berjubah hitam segera masuk dan berlutut. “Ya, Yang Mulia.”

“Siapkan makanan asam. Katakan pada pelayan dapur, aku ingin acar buah, sup asam pedas, dan jeruk hijau. Cepat.”

Mo Han menunduk dalam. “Segera, Yang Mulia.”

Tanpa banyak tanya, ia keluar dan langsung menuju dapur utama. Para pelayan pria yang berjaga di sana segera berdiri tegak saat melihat Mo Han datang.

“Perintah dari Yang Mulia,” katanya singkat. “Siapkan makanan asam. Acar buah, sup asam pedas, dan jeruk hijau. Sekarang.”

Suara pisau memotong daging, air mendidih dalam panci besar, dan aroma bumbu asam pedas mulai memenuhi udara. Para pelayan dapur bekerja cepat begitu mendapat perintah langsung dari Mo Han.

“Jeruk hijau, mana jeruk hijaunya?!” seru kepala dapur, suara seraknya membelah hiruk-pikuk ruangan.

Seorang pelayan muda, Jin, menyerahkan keranjang kecil berisi jeruk yang baru dibersihkan. “Ini, Kepala! Sudah kubersihkan!”

Mo Han berdiri di dekat pintu dapur, mengawasi dengan wajah tanpa ekspresi. Sorot matanya tajam, membuat semua pelayan enggan membuka suara. Namun, saat ia melangkah keluar untuk memeriksa pengiriman bahan makanan, bisik-bisik pun dimulai.

“Kenapa tiba-tiba Pangeran minta makanan asam?” bisik Jin pada Chao, pelayan muda yang berdiri di dekat kompor.

Chao mengangkat bahu, “Entahlah. Bukankah Pangeran biasanya tidak menyukai rasa kuat?”

Seorang pelayan tua, Ming, yang tengah mencuci sayur, berdehem pelan. “Istriku dulu waktu hamil anak pertama... juga begitu. Tiap pagi mual, tiap siang marah-marah, malamnya nangis. Tapi yang paling jelas, dia selalu minta acar asam.”

Jin melirik Ming dengan mata membelalak. “Maksudmu... Pangeran...?”

“Ssst!!” Ming buru-buru menoleh ke kiri-kanan, memastikan Mo Han tidak kembali. “Bukan aku yang bilang ya! Tapi memang... aneh saja. Badan lemas, muntah tiap pagi, dan tiba-tiba ingin makanan asam?”

Chao langsung menepuk mulut Jin yang ingin tertawa. “Hust! Jangan macam-macam! Mau kepala kalian terpisah dari tubuh, hah?! Lagipula pangeran itu seorang pria, bukan wanita.”

“Mungkin saja itu adalah Nyonya...”

Semua langsung diam seketika saat suara langkah berat terdengar. Mo Han kembali masuk, menatap satu per satu pelayan. Wajahnya seperti ukiran batu, tanpa ampun.

“Apakah sudah selesai?” tanyanya tegas.

“Sudah!” jawab kepala dapur cepat-cepat. “Sup asam pedas tinggal disiramkan minyak wijen, dan jeruk sudah ditata.”

Mo Han mengangguk. “Kemas rapi. Bawa ke kediaman Pangeran sekarang juga. Kalau ada yang tumpah atau baunya mengganggu, kalian tahu sendiri akibatnya.”

“Baik!” serempak mereka menjawab.

Setelah ia pergi, Jin menatap Chao dan Ming dengan wajah tegang. “Aku bersumpah, aku tidak akan buka mulut lagi soal... ‘itu’.”

Ming mengangguk cepat. “Bagus. Karena kalau sampai ketahuan, kita semua bisa hilang dari dunia tanpa bekas.”

Namun dalam hati mereka, satu pertanyaan muncul serempak, “Jika benar... Istri Pangeran sedang hamil... bagaimana mungkin? Apakah setelah menikah mereka langsung melakukan itu sebelum istrinya kabur? Tapi masuk akal jika begitu!”

1
Mydar Diamond
karya yang luar biasa dengan penamat yang sempurna..terima kasih thor
Lala Kusumah
makasih ceritanya luar biasa bagus menarik seruuuuuu juga inspiratif bagi kita semua, teruslah berkarya dengan karya-karyanya yang bagus lagi, semangat sehat ya 💪💪💪
Lala Kusumah
akhirnya mereka happy ending, bahagianya aku 😍😍😍❤️❤️❤️
makasih ceritanya yang luar biasa bagus 👍👍👍
matchamatcha
habis manis sepah dibuang🤣🤣
N'Dön Jùañ Shakespeare
wah udah selesai ceritanya ❤️, saya tunggu cerita-cerita selanjutnya 💪🥰
Wiji Lestari
cerita yg sangat bagus..mksh thor
Anonymous
cerita nya bagus Thor.. Apalagi kalau ada ekstra part, hehehe 🤭🙏❤️
Mursidahamien
yah udh tamat aja...bonchapnya thor
Anonymous
Terima kasih Thor sudah memberikan cerita yang bagus dan menarik.🙏❤️
Nurhasanah
klu ada S2 nya juga di jabanin sih ... asli seseru itu masih kurang rasanya 🥰🥰 mksh ya thor udah ngasih karya terbaik nya .. padahal biasanya aku klu baca novel kepanjangan suka bosen di tengah jalan tapi karya mu ini bikin ketagihan thor
vj'z tri
apa apa an Thor main tamat tamat ajj 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🎉🎉🎉🎉🎉🎉 di tunggu karya wokeh selanjut nya 🫰🫰🫰🫰🫰🫰
vj'z tri
biarpun dunia menolak ku tak takut tetap kukatakan kucinta padamu ooooooo 🤭🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣 rapalan mantra langsung di ucapkan di depan yang bersangkutan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣sabar ya papa macan
MommyRea
terima kasih Thor... ceritanya keren dan happy ending 😀
OKEY
Extra part kak buat kehebohan si kembar 3 dan kakak2nya, please...
T o R a 21
top bngt dah
Musdalifa Ifa
luar biasa seru👍
Mommy Ayu
waaaa koq udah tamat Thor....
terima kasih Thor.....
ada bonchap atau sekuel dari anak anak mereka gak Thor......
Eka Haslinda
owalaahhh dah habis.. novel othor semuanya selalu keren.. tengkyu othoorr.. nunggu cerita2 othor yg selanjutnya.. sii yuuuuuu
Kavina
Thank you Thor 😘😘 novel² luar biasa, di tunggu ya Thor karya terbaru nya 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!