Hanabi di bunuh oleh wakil ketua geng mafia miliknya karena ingin merebut posisi Hanabi sebagai ketua mafia dia sudah bosan dengan Hanabi yang selalu memerintah dirinya. Lalu tanpa Hanabi sadari dia justru masuk kedalam tubuh calon tunangan seorang pria antagonis yang sudah di jodohkan sejak kecil. Gadis cupu dengan kacamata bulat dan pakaian ala tahun 60’an.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erika Ponpon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Stella tersenyum sinis, melipat tangan di dada dengan dagu terangkat tinggi.
“Dan pada akhirnya…” katanya pelan namun menusuk, “…gue yang jadi Nyonya Gavintara, Ra. Lo kalah dari gue.”
Moira hanya menatapnya datar, tapi tatapan itu tajam — seperti belati yang disembunyikan di balik senyum tenang.
“Ya, ya… lo emang menang, Stell,” ucap Moira sambil tersenyum miring. “Tapi gue gak nyangka, lo ternyata suka banget sama barang bekas. Pantes aja… lo mirip banget sama nyokap lo.”
Senyum Stella langsung menegang, wajahnya berubah masam.
“Apa lo bilang?”
Moira melangkah mendekat, suaranya menurun tapi nadanya dingin, tajam.
“Ambil aja, Stell. Ambil semuanya — gelar, nama, bahkan calon tunangan gue lo embat juga. Tapi satu hal…” Moira menatap tepat ke mata Stella, senyum kecil kembali muncul. “…gue doain semoga lo betah ya, jadi Nyonya Gavintara yang cuma dapet sisa orang lain.”
Suasana langsung menegang.
Stella mencoba tertawa kecil, tapi getar di suaranya jelas. “Lo iri aja, Ra. Lo gak bisa nerima kenyataan kalo Arland lebih milih gue daripada lo.”
Moira menatapnya tanpa ekspresi. “Oh, bukan. Gue cuma nunggu waktu… sampe lo sadar, kalo yang lo ambil bukan cinta, tapi kutukan.”
Langkah Moira pelan tapi pasti saat meninggalkan ruangan, menyisakan Stella yang menatap punggungnya dengan rahang mengeras.
Namun, tepat sebelum Moira benar-benar pergi, ia berhenti di ambang pintu.
“Oh iya, Stell…” katanya tanpa menoleh. “Kalau lo nanti denger suara tangisan di malam pertama lo, jangan kaget. Itu bukan gue… itu hati lo yang di campakan oleh Arland.”
Moira melangkah pergi dengan tenang, meninggalkan aroma parfum lembut yang kontras dengan hawa mencekam di ruangan itu.
Stella menatap pintu yang tertutup rapat, wajahnya pucat, jemarinya menggenggam gaun erat-erat.
Namun perlahan, senyum liciknya kembali muncul.
“Lo pikir gue takut sama lo, Moira? Tunggu aja… lo belum tahu siapa musuh lo sebenarnya.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah lounge mewah dengan dekorasi glamor — lampu gantung kristal berkilauan, aroma parfum mahal menguar di udara.
Tiga gadis berpakaian modis, Nadia, Vina, dan Shilla, duduk melingkar di sekitar meja marmer putih. Mereka sedang sibuk ngosip sambil memotret makanan untuk story Instagram.
Tiba-tiba, Stella masuk dengan langkah percaya diri, memakai gaun putih elegan, rambut disanggul rapi, bibirnya tersenyum sinis seolah membawa kabar besar.
“Duh, kalian gak akan percaya deh berita hari ini,” ucap Stella sambil menjatuhkan tas mewahnya ke kursi dan duduk dengan gaya bak ratu.
Nadia langsung menatap penasaran. “Apaan sih, Stel? Lo kelihatan kayak abis menang undian rumah di Menteng.”
Vina menimpali sambil menyeruput minuman dinginnya. “Atau jangan-jangan lo dapet endorse baru dari brand luar lagi?”
Stella menatap mereka bertiga dengan ekspresi puas, lalu berkata pelan tapi menusuk,
“Lebih dari itu… tiga hari lagi gue bakal nikah sama Arland Gavintara.”
Ketiganya langsung terdiam.
Sendok Nadia sampai jatuh ke piring.
Shilla nyaris tersedak minumannya.
Vina menatap Stella dengan mata melotot.
“Hah?! Nikah?! Sama Arland?! Yang—tunangan Moira itu?!” seru Shilla tak percaya.
Stella menyilangkan kaki, menegakkan punggungnya, dan tersenyum penuh kemenangan.
“Yang mantan tunangan Moira, maksud lo. Sekarang dia calon suami gue.”
Nadia menutup mulutnya. “Ya Tuhan, Stel, lo cepet banget muternya. Lo pasti punya trik ya?”
Stella mengedikkan bahu santai. “Yah, cinta gak perlu lama-lama. Kadang lo cuma butuh momen yang tepat… dan sedikit kecerdikan.”
Vina mencondongkan tubuh, setengah berbisik, “Jadi beneran lo yang—”
Belum sempat ia melanjutkan, Stella menatap tajam dan menegaskan,
“Gue gak perlu ngelakuin apa pun yang kotor. Arland yang dateng sendiri ke gue.”
Shilla menatap Stella dengan senyum kecut. “Lo emang pemenang sejati ya, Stel. Gak heran cowok seganteng Arland bisa lo ikat.”
Stella tersenyum lebar, menegakkan dagu, dan menatap cermin di dinding.
“Yah, pada akhirnya… siapa yang lebih cantik, lebih pintar, dan lebih ambisius, dialah yang menang.”
Lalu dengan nada manis tapi menusuk, ia menambahkan,
“Kasihan ya Moira, harus belajar kalau hidup ini gak selalu adil untuk yang terlalu polos.”
Nadia, Vina, dan Shilla saling pandang — antara kagum dan ngeri.
Sementara Stella menatap pantulan dirinya di cermin, lalu berbisik pelan,
“Tiga hari lagi… nama gue bakal berubah jadi Stella Gavintara.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Arland datang ke sebuah kafe mewah di kawasan Jakarta. Suasana sore itu ramai tapi terasa asing bagi keduanya. Moira duduk dengan tenang di sudut ruangan, menatap keluar jendela besar yang memperlihatkan lalu lintas kota. Saat Arland datang, ia hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan emosi apa pun.
“Ada apa lo mau ketemu gue, Land?” ucap Moira datar tanpa menoleh. “Gak baik lo temuin wanita lain selain calon istri lo, apalagi dua hari lagi lo bakal nikah.”
Arland menarik napas berat, duduk di hadapannya. Wajahnya lelah, mata sayu tapi penuh kegelisahan.
“Stella yang jebak gue, Ra… gue gak bisa apa-apa. Bokap lebih percaya sama dia. Tapi lo harus tahu, gue gak cinta Stella… gue cuma cinta lo.”
Ia menatap Moira, suaranya bergetar. “Tunggu gue, Ra. Setelah gue nikahin Stella, gue bakal ceraiin dia. Abis itu, gue bakal nikahin lo.”
Moira menatapnya lama, sebelum akhirnya tertawa pelan. Tawa yang hambar, tanpa sedikit pun kehangatan.
“Lo lucu, Land…” katanya sinis. “Lo pikir pernikahan itu lelucon? Lo pikir gampang? Hari ini lo nikah, besok lo cerai, terus lusa lo balik ke gue?”
Arland terdiam, rahangnya menegang. Tapi Moira belum selesai. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya menusuk.
“Gue tanya deh, kalo Stella nanti hamil anak lo… lo masih mau ceraiin dia?”
Suara Moira turun pelan, tapi dingin seperti bilah pisau. “Lo akan tega ninggalin anak lo demi ngejar masa lalu lo?”
Ia berdiri, merapikan tasnya.
“Sorry, Land,” katanya sambil menatapnya terakhir kali. “Gue gak bisa ambil lagi sesuatu yang udah diambil orang lain. Termasuk lo.”
Moira melangkah pergi, meninggalkan Arland yang membisu di tempatnya.
Di luar, angin sore membawa aroma kopi dan debu kota — sementara di dalam dadanya, Arland tahu… semua penyesalannya datang terlalu terlambat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
apa alter ego nya atau gimana neh... tapi kaya nya mulai keluar ya thor alter ego nya.. asikkkk ada yg suka darah 🤭🤭
ya kasih 1 lah Thor alter ego nya utk hanabi / moira😍😍😍
, neng red dan neng winter😂😂😂
lanjutkan lagi thor... 😍😍
ini msh kisahnya hanabi alias moira kan?
koq makin kesini, gentha yg jd tokoh utama nya?
moira kliatan lemah disini