Lin Yi Yue hanya punya satu keinginan, terbang bebas. Dia tidak ingin lagi terikat atau pun terkurung dalam sangkar lagi.
Bertemu Bai Ruyi membuat perasaannya campur aduk, harusnya ada rasa benci tapi mengapa juga ada harapan. Pria itu memberikannya janji yang indah, berkata akan mengubah sangkar menjadi rumahnya dan akan menemaninya terbang kemana pun.
Lin Yi Yue menginginkannya, tapi apakah itu mungkin? Beban yang dia tanggung sangat besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velika Sastra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuju Paviliun Bai Yue
Aula utama Sakte Teratai telah dipenuhi para murid dan Tetua. Begitu Bai Ruyi datang dengan Tetua Fu beragam tatapan tertuju padanya.
''Tetua Fu jadi ini murid pribadi yang kau sembunyikan selama seratus tahun ini.''
''Melihat basis kultivasinya tidak heran kau menyembunyikan nya.''
''Mungkin Tetua Fu takut kita akan merebut murid ini darinya.''
''Ya aku takut kalian akan merebut murid ku ini... Ruyi beri salam pada para Pamanmu.''
''Ruyi memberi salam pada para Tetua.''
''Jadi namanya Ruyi,'' seorang pria memasuki aula.
''Kepala Sakte!''
''Tetua Fu setelah sekian lama Tetua mengangkat murid juga, kami bahkan khawatir tidak ingin mengangkat pewaris.''
''Kalian terlalu khawatir, aku juga tidak berencana mengangkat pewaris.''
''Tidak ada pewaris? Lalu Ruyi...''
''Kepala Sakte mari kita bicarakan urusan yang penting dulu.''
''Baiklah.''
Bai Ruyi berbaris di samping Chen Lai. ''Ruyi menurutmu kenapa Tetua Fu...''
''Diam.''
''Aku sungguh penasaran.''
''Semuanya kalian dikumpulkan disini untuk memilih dua puluh murid berbakat yang bisa pergi ke Paviliun Bai Yue.''
''Paviliun Bai Yue!''
Para murid mulai berbisik ketika mendengar tiga kata terakhir.
''Semuanya tenang!''
''Murid yang dipilih harus mencapai usia seratus tahun, bisa kurang atau lebih beberapa tahun.''
''Bai Ruyi sepertinya kita akan pergi juga, aku Jadi tidak sabar. Menurutmu seperti apa Paviliun Bai Yue itu, dan juga Nona Zhao... Akhirnya aku bisa bertemu idolaku.''
''Nama-nama murid yang terdaftar tetap di aula!''
Salah satu Tetua mengeluarkan buku, cahaya bersinar ketika buku itu terbuka. Seretan nama melayang di udara, para murid yang melihat nama mereka bersorak bahagia. Sedangkan murid lain keluar dengan kecewa.
''Tetua Fu apakah Ruyi belum kau beri marga.''
''Ruyi memiliki marga sendiri, tapi hingga sekarang dia belum memberi penghormatan pada leluhurnya. Jadi aku hanya menulis namanya.''
''Eh Ruyi bukankah marga mu ba..''
''Diam. Kau tidak boleh memberitahukan marga ku.''
''Kenapa?''
''Aku.. Tidak tahu.''
''Tetua Fu pasti punya rencana sendiri. Baiklah kalian dua puluh murid yang beruntung, pergi dan berkemaslah.''
''Baik.''
''Ruyi kenapa Tetua Fu mengatakan kau belum melakukan penghormatan? Bukankan kita baru saja kembali dari sana? Mengenai marga mu..kenapa rasanya aku melupakan sesuatu yang berkaitan dengan marga mu ini. Ruyi apa kau tahu sesuatu? Ruyi, RUYI!''
''Aku harus pergi berlatih,'' Bai Ruyi berjalan menjauh.
''Tidak bisakah kau santai sehari saja?''
''Tidak.''
''Baiklah, baiklah pergi saja. Kita bertemu lagi besok.''
''Sampai jumpa.''
****************
Di dalam aula Kepala Sakte dan para Tetua masih belum pergi.
Kepala Sakte menghela nafas, ''Menurut kalian kenapa Zhu Ying tiba-tiba meminta dua puluh murid di setiap Sakte untuk pergi ke Paviliun Bai Yue?''
''Kami juga penasaran, sejak Klan Bai musnah seratus tahun terakhir, Zhu Ying selalu menutup diri dan hanya akan keluar ketika ada energi jahat yang mengacau.''
''Ya, bahkan tidak pernah menerima bantuan selama seratus tahun ini, Zhu Ying tiba-tiba melakukan ini... Apakah ada rencana?''
''Tetua Fu apa kau mengetahui sesuatu? Bagaimana pun kau pernah merawat Zhu Ying waktu kecil.''
''Meskipun aku mengetahui beberapa hal.. Aku juga tidak bisa mengatakan nya. Tenang saja selama para murid tidak melanggar peraturan Paviliun Bai Yue, mereka akan aman.''
''Tetua Fu mengatakan itu, bagaimana jika besok Tetua yang mengantarkan para murid.'' Ketua Sakte berkata.
''Tidak masalah, kalau tidak ada lagi aku pamit.''
****************
Sebagai murid pribadi Tetua Fu Bai Ruyi tentu saja tinggal di gua Fu Xin. Kini Bai Ruyi berada di kamarnya, duduk berkultivasi.
''Kau sudah mengemas barang-barang mu?''
''Guru, sudah guru.''
''Kemasi semua barangmu.''
''Guru itu tidak perlu, aku pasti tidak akan pergi lama.''
''Tidak, murid yang lain mungkin akan kembali. Tapi kau akan tetap tinggal disana.''
''Kenapa?''
''Ruyi... Apakah kau tidak penasaran kenapa aku menyuruhmu untuk tidak mengatakan nama keluargamu?''
''Apa kau tidak penasaran dari mana asal usul mu? Apa kau tidak penasaran dengan Paviliun Bai Yue?''
''Guru aku memang penasaran dengan dua pertanyaan itu. Tapi kenapa aku harus penasaran dengan Paviliun Bai Yue?''
''Jadi kau tahu tentang Paviliun Bai Yue?''
''Aku tahu sedikit dari Chen Lai, dia bilang Paviliun Bai Yue bertugas dalam menjaga tiga alam dari energi jahat.''
''Bai Yue dan Bai Ruyi... Tidakkah kau ingin tahu?''
''Guru... Apa mungkin identitasku terkait dengan... Paviliun Bai Yue?''
''Tangkap ini!'' Tetua Fu melemparkan giok.
Tangan Bai Ruyi terbuka perlahan mengusap ukiran di atas giok itu, ''Bai?''
''Itu adalah tanda pengenalmu, yang hanya bisa di aktifkan oleh keturunan Klan Bai. Kemas semua barangmu, kita akan berangkat besok.''
Tetua Fu pergi, meninggalkan Bai Ruyi yang diam menatap giok di tangannya, semakin penasaran akan identitasnya.
''Sebenarnya siapa aku?''
''Bagaimana cara mengaktifkan nya?'' Bai Ruyi membolak-balik liontin giok itu.
Bai Ruyi mengalirkan kekuatannya, ''Tidak terjadi apa pun.''
''Apa caranya salah?''
Bai Ruyi melakukan segala cara, meraba giok itu berpikir dapat menemukan sebuah tombol aktif. Hingga menggunakaan pedangnya, mencoba membelahnya.
''Giok ini sangat kuat, bahkan tidak bisa dibelah? Kalau begitu artinya giok ini... Asli. Ternyata guru tidak menipu ku.''
''Tapi aku sudah lama memegang nya kenapa tidak aktif, apa guru salah memungut ku? Mungkinkah ada semacam formasi...''
''Bai Ruyi cukup gunakan darahmu untuk mengaktifkan nya!'' Teriakan Tetua Fu terdengar.
''Guru kenapa baru bilang?'' balas Bai Ruyi, juga berteriak.
''Kau tidak bertanya.''
Bai Ruyi menggigit ujung jarinya, darah menetes, mengalir ke seluruh permukaannya. Giok itu bersinar, Bai Ruyi memejamkan matanya.
''Ruyi!''
Membuka matanya Bai Ruyi melihat pria tua berdiri di hadapan nya. Ia menatap sekeliling hanya ada hamparan laut dan langit tanpa ujung. Keduanya melayang di atas permukaan laut luas.
''Kau... Siapa?''
''Bocah bodoh kau sungguh tidak bisa menebak siapa aku?''
''Oh! Ruyi memberi salam pada leluhur.''
''Baiklah waktuku tidak banyak, karena kita sudah bertemu berarti kau sudah cukup dewasa, jadi kau bisa bertanya apa pun.''
''Leluhur sebenarnya siapa diriku?''
''Kau tentu saja Bai Ruyi.''
''Leluhur aku tentu tahu namaku sendiri, aku ingin tahu siapa diriku sebenarnya. Kenapa guru harus mengasingkan ku selama seratus tahun, kenapa aku tidak boleh menyebutkan marga ku? Aku ingin mengetahui banyak hal.''
''Kau adalah Bai Ruyi... Satu-satunya keturunan Klan Bai yang selamat. Kau diasingkan karena jika musuh diluar mengetahui keberadaan mu kau akan mati.''
''Apakah Klan Bai melakukan suatu kejahatan.''
''Kau tahu tentang Paviliun Bai Yue?''
''Paviliun Bai Yue lagi, sebenarnya apa hubungan identitas ku dengan Paviliun itu?''
''Karena Klan Bai lah yang membangun Paviliun Bai Yue.''
''Paviliun Bai Yue, Klan Bai? Jadi begitu, lalu dari mana kata Yue berasal?''
''Paviliun Bai Yue bertugas menjaga tiga alam dari kekacauan energi jahat. Klan Bai sendiri memiliki tugas penting.''
''Tugas apa?''
''Menjaga dan melindungi Penguasa Paviliun dari energi jahat...''
''Tunggu, bukankah orang di Paviliun Bai Yue bisa mengendalikan energi jahat.''
''Benar, tapi ada saatnya dia kehilangan kendali. Musnahnya Klan Bai juga berhubungan dengan ini. Bai Ruyi satu hal yang harus kau ingat...''