Xander tubuh dengan dendam setelah kematian ibunya yang di sebabkan kelalain sang penguasa. Diam-diam ia bertekat untuk menuntut balas, sekaligus melindungi kaum bawah untuk di tindas. Di balik sikap tenangnya, Xander menjalani kehidupan ganda: menjadi penolong bagi mereka yang lemah, sekaligus menyusun langkah untuk menjatuhkan sang penguasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Detik Terakhir
Di ruangan Dokter Andre, suasana sibuk terasa jelas. Meja kerja dipenuhi botol-botol kecil, alat-alat laboratorium, dan berbagai bahan kimia yang sudah ditata rapi. Andre dengan cekatan memerika setiap bahan sambil sesekali memberi instruksi pada para dokter lainnya yang membantunya.
"Pastikan semua dosisi tepat, jangan sampai ada kesalahan," ucap Andre tegas, matanya fokus pada larutan di depannya. Para dokter lain bergerak sigap, mengaduk, menimbang, dan mencatat setiap langkah sesuai arahan.
Percikan lampu dari alat pengaduk dan botol-botol kaca yang berjejer di meja menambah kesan serius, namun juga penuh harapan. Setiap gerakan mereka jelas menandakan dedikasi untuk menghasilkan obat yang sempurna.
Andre menatap hasil sementara di meja dan mengangguk puas. "Bagus, hampir selesai. Tinggal tahap terakhir sebelum bisa digunakan."
•●•
Di halaman belakang rumah sakit, Dokter Andre menatap intinya dengan sorot mata tajam. Para dokter dan staf bergerak cepat namun rapi, memindahkan berbagai kotak berisi obat-obatan dan bahan-bahan penting ke mobil yang telah diparkir rapi di dekat pintu keluar belakang.
"Pastikan semua aman di tempatnya. Tidak ada yang tertinggal," perintah Dokter Andre dengan tegas, suaranya tegas tapi tenang, seakan memberi energi fokus kepada seluruh tim.
Sopir yang sudah menunggu di kursi kemudi mengangguk patuh. "Siap, tuan," jawabnya singkat, matanya tetap waspada memeriksa setiap gerakan staf yang sibuk.
Kotak demi kotak dimasukkan ke dalam mobil dengan teliti. Dokter Andre sesekali mengecek lebel dan daftar inventaris, memastikan tidak ada yang salah atau tercecer. Debu tipis dari halaman yang baru disapu berterbangan saat para staf bergerak cepat, dan suara gesekan roda troli menambah ritme tegang dalam keheningan sore itu.
Seorang asisten menghampiri Andre, menyerahkan daftar terakhir yang telah dicek. "Semua sudah siap, Dok. Tidak ada yang kurang."
Andre menunduk sebentar, metanya menatap timnya dengan campuran rasa lega dan kewaspadaan. "Bagus. Ingat, ini sangat penting. Jangan sampai ada yang bocor atau salah langkah. Kita harus selesaikan ini sebelum besok."
Sopir menutup pintu mobil dengan rapat, memastikan semuanya terkunci dengan aman. Angin malam berhembus, membawa aroma rumput dan debu ke halaman, namun tidak mengurangi ketegangan yang menggantung diudara.
Dokter Andre melangkah mundur sebentar, matanya menatap rumah sakit yang sibuk di belakangnya. Ada rasa cemas yang tersembunyi di balik keseriusannya–meskipun semua tampak terkendali, dia tahu bahwa waktu mereka sangat terbatas. Setiap detik yang terbuang bisa berakibat fatal.
Beberapa staf terkakhir menuntaskan tugas mereka, memastikan bahwa tidak ada satu pun barang yang tertinggal. Andre mengangguk singkat, memberikan isyarat kepada sopir untuk memulai mobil. Mesin menyala dan mobil perlahan meninggalkan halaman rumah sakit, membawa muatan yang sangat berharga itu, sementara bayangan malam mulai memanjang, menandakan bahwa pagi akan segera datang.
•●•
Setelah memastikan para pasien selamat, Xander kembali dengan aman ke rumah sakit, Xander menepi sejenak, menatap ponselnya. Layar menampilkan Feed CCTV rumah sakit yang masih aktif–rekaman yang baru saja diambil menunjukkan perawat–terlihat panik, berlari ke arah seorang dokter yang tergeletak tak berdaya. Xander menyadari dengan dingin: pasien asli yang seharusnya ada di ruangan itu... sudah hilang.
Di sisi lain, seorang staf rumah sakit tergopoh-gopoh menghampiri Dokter Andre, yang tengah fokus memberikan instruksi pada timnya.
"Dok... ada sesuatu yang aneh di sayap timur, kami... kami kehilangan jejak beberapa pasien," ucap Staf itu tergagap, matanya menatap Andre penuh kekhawatiran.
Andre menatap sebentar, lalu menghela napas, mencoba tetap tenang. "Tetap fokus pada obatnya. Jangan sampai panik menyebar," jawabnya tegas, namun suara tegangnya tak sepenuhnya tersembunyi.
Namun, di lorong-lorong rumah sakit, kepanikan mulai merebak. Alarm berbunyi, staf berlari-lari, suara sirene dan pengeras suara memanggil tenaga medis menambah suasana yang mencengkam. Setiap langkah terasa tergesa, setiap detik bagai mengangkan.
Di luar rumah sakit, Xander berdiri disebuah bukit kecil, menatap bangunan putih itu dari kejauhan. Senyum miring terukir di wajahnya, mata menatap dengan dingin namun penuh perhitungan.
"1... 2... 3..." gumanya perlahan.
DUAARR!
Seketika, ledakan dahsyat mengguncang udara. Suara benturan, kaca pecah, dan debu mengepul memenuhi langit. Bangunan rumah sakit yang baru saja sibuk runtuh, hancur berentakan, seolah di telan api yang membara.
Xander menunduk sebentar, menikmati momen itu dengan tenang. Di balik kehancuran, hanya satu hal yang ada di pikirannya: rencana berjalan sempurna, dan dunia akan segara menyesuaikan diri dengan kehendaknya.