NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20 Jenang Abang

POV Alvin

Suara ayam berkokok

membangunkanku. Gelap, itu yang

kulihat ketika membuka mata, hanya

setitik cahaya dari lampu penerangan

tetangga, yang kulihat dari celah jendela.

Rumah tanpa listrik ini yang akan ku

tinggali hingga setahun kedepan. Ya,

semoga saja listrik yang dibenarkan oleh

pak Rusdi kemarin lekas benar. Agar aku

tak terus tinggal di kegelapan seperti ini.

Tak lama aku terbangun, adzan subuh

samar ku dengar dari mushola terdekat,

bergegas aku mendatanginya, selain untuk

sholat, aku juga harus mandi. Ya,

meskipun nanti akan kotor lagi karena aku masih harus ngambil sampah.

Setelah mandi dan sholat, aku

memutuskan untuk kembali ke rumah.

Beberapa pasang mata tampak menatapku,

mungkin heran. Melihat tukang

sampahnya sholat di musholanya,

pasalnya tempat ini selisih 3 RT dengan

tempat tinggalnya sebelumnya, yang

berarti selisih 3 gang.

Hari ini masih libur, aku bisa

mengambil sampah sambil sedikit

bersantai, sebab tak diburu waktu untuk

sekolah seperti biasanya.

"Loh, masih pagi kok sudah sampai

sini mas, biasanya agak padang baru ke

daerah sini" sapa bapak-bapak yang dekat

dengan tempat tinggalku.

"Iya pak, sekarang saya tinggal disitu,

jadi jalannya lewat sini dulu, baru ke timur" jawabku seraya menunjuk rumah

yang baru ku tinggali dari kemarin.

"Loh iya tah mas, perasaan dari

kemarin rumahnya masih keliatan gelap

loh mas" ujar bapak tersebut sembari

mengernyit heran.

"Iya pak, emang listriknya belum

dibenerin. Insyaallah gak lama lagi

mungkin sudah nyala lagi" jawabku

sembari meletakkan tong sampah.

"Walah, ya sudah mas. Jangan lupa

dibancak paling enggak jenang Abanglah

sebagai syarat, karena kan rumah itu

sudah lama gak ditempati. Ya, bukannya

apa ya mas, cuma sebagai orang Jawa kan

kita biasanya gitu, kala nempati tempat

baru" ujar bapak tersebut

mengingatkanku.

"Wah, enggeh pak. Terimakasih banyak sudah di ingatkan ya pak, saya

permisi dulu, baru jalan ini soalnya" pamit

Alvin mengakhiri pembicaraannya

dengan bapak tersebut.

"Iya mas" jawab bapak tersebut.

Usai mendengar nasehat bapak tadi,

membuatku berfikir bagaimana caranya

aku membuat jenang abang, peralatannya

aja gak punya, belum bahannya.

Halah, tanya mak na ajalah nanti.

Bekerja tanpa diburu waktu nyatanya

memang lebih mudah, lebih santai karena

tak tergesa, juga sempat bercengkrama

dengan tetangga sekitar.

Apa aku berhenti sekolah aja ya? Tapi

bagaimana dengan masa depanku, apa iya

aku harus narik gerobak ini hingga tua.

Halah, pikiran apasih aku ini!! Pikiran

aneh ini harus pergi dari otakku, aku gak

boleh putus sekolah! Lulus, dapet kerja

yang lebih baik dari ini itu keharusan!!

Di rumah terakhir aku baru sadar jika

gerobak sampahku sudah penuh, melihat

jam dinding yang ada di warung saat aku

membeli minum barusan tak terasa

ternyata sudah jam 10.

Pantas saja, perut ini sudah mulai

keroncongan. Membuatku segera menarik

gerobak sampah yang sudah penuh ini, ke

warung Mak Na.

Tanpa bicara, aku segera membuka 3

bungkus nasi yang langsung ku jadikan 1

satu, segera ku makan dengan lahap. Tak

butuh waktu lama, makanan itu pun

berhasil melewati tenggorokan dan turun

ke dalam perutku, membuatku

kekenyangan.

"Luwe banget tah le" ucap Mak Na setelah aku menyelesaikan minumku.

"Hehe enggeh Mak, tadi cuma sempet

minum air putih tok' jawabku.

"Lah apa gak sarapan dulu tadi,

biasanya kan kalau hari Minggu gini,

kamu sempet sarapan dirumah le, ada

bapakmu kan di rumah" ujar Mak Na

membuatku tersenyum kecut.

"Ndak sarapan tadi Mak, hehe"

jawabku.

"Oh ya mak, sampean bisa bikin jenang

abang kah?" tanyaku mengingat ucapan

tetanggaku tadi subuh.

"Yoh bisa toh, gampang itu. Kamu

mau tak buatin Tah?" tanya Mak Na.

"Iya Mak, kalau Ndak ngerepotin. Saya

pesen buat 10 orang aja Malk' ucapku

membuat Mak Na mengernyitkan dahi, sepertinya beliau heran.

"Buat apa kok banyak le?" tanya Mak

Na curiga.

"Aku sekarang pindah rumah Mak,

tinggal di Deket sungai itu loh, trus tadi

ada yang ngingetin, kalau pindah ke

tempat baru itu, baiknya Bancakan. Paling

enggak ya jenang abang gitu" jawabku

jujur. Aku tak mungkin berbohong, pada

orang yang beberapa bulan terakhir ini

sudah ku anggap seperti keluarga.

"Oalah, pindah kok gak bilang bilang

kamu ini le. Wes gak usah pesen, nanti sore

tak buatin dirumahmu gimana? Emang

ibumu mosok Ndak bisa bikin jenang

abang le?" tanya Mak Na lagi lagi

membuatku tersenyum kecut.

"Alvin tinggal sendirian Mak,

pingin mandiri aja" jawabku.

"Yawes nanti tak kerumahmu, tak

buatin disana, gak usah pesen" ucap Mak

Na membuatku tersenyum. Orang lain

yang sebelumnya tak ku kenal bisa berfikir

akan membantuku.

"Maaf Mak, rumahnya masih kosong,

Mak bikin disini aja, nanti sore tak ambil

ya Mak, cuma buat tetangga dekat aja Mak.

Gak usah bikin banyak banyak, kira kira

habis berapa ya Mak?" tanyaku ingin

memberi beliau uang.

"Halah wes gak usah bayar, tak buatin

tok. Kamu itu wes tak anggep cucuku, jadi

biar aku yang bancaki" tolak Mak Na.

"Eh jangan gitu Mak, ini tak kasih

dikit ya Mak, buat beli ketan, kalau kurang

aja samean yang nambahi hehe" ucapku

seraya meletakkan selembar uang

50ribuan ke meja. Sedangkan Mak Na,

masih asyik menggoreng pisang untuk dijual.

" Weh bocah gemblung!! Wes Ojo le, Ki

loh duite gowonen" ujar Mak Na, terdengar

sedikit berteriak dan keluar warung,

karena aku sudah berlalu.

"Hehe, itu sekalian buat bayar nasi

bungkus tadi kok Mak, sama minumnya

ya" ucapku tak kalah teriak sambari terus

tersenyum.

Sementara Mak Na, terlihat mengomel

sendiri sambil masuk kedalam warung.

Yang ku lihat tampak lucu.

Urusan Bancakan selesai, kini aku

masih harus memilah sampah, dan

membuang sisanya ke TPA.

Sebelum duhur, aku sudah sampai di

rumah lagi. Sarapan sekaligus makan

siang tadi membuatku masih kenyang,

lagi-lagi aku harus numpang mandi dan sholat di mushola terdekat. Meskipun

malu dengan tetangga, tapi ya mau

bagaimana lagi.

Sore harinya aku Ke tempat Mak Na

lagi, mengambil pesananku tadi siang,

dengan sepeda pancal yang sedikit

kesusahan karena harus membawa

sekresek besar jenang Abang, yang

langsung ku bagikan ke tetangga sekitar.

POV end

Keesokan harinya

Aktivitas Alvin tetap berlanjut

seperti biasa, hanya tempat tinggalnya saja

yang berpindah. Itu pun tak berpengaruh

banyak bagi sekitarnya, sebab sejak dulu

memang jarang ada yang memperdulikan

dirinya.

Mungkin hanya Mingyu, teman

sekolah yang kini dekat dengannya lah

yang sering memantau kondisi Alvin.

"Kamu jadi pindah kapan vin?" tanya

Mingyu saat di sekolah, Mingyu belum

tahu saja yang sebenarnya, bahwa kini

Alvin sudah pindah.

"Ngapain tanya tanya kapan pindah?"

sahut Alvin bercanda.

"Yah mau bantuin lah" jawab Mingyu.

"Tapi, aku udah pindah kok Ming.

Tenang aja" terang Alvin membuat

Mingyu sedikit terkejut.

"Lah kapan?" tanya Mingyu.

"Sabtu kemarin, waktu kita abis nyari

rumah itu. Sorenya aku pindah kesana"

jawab Alvin.

1
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!