Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemping
"Aku aja yang anter!" Akbar menawarkan diri, entah tapi wajahnya berbinar kala mendengar kata rumah sakit
"Berkasnya?" Tanya Zalika
"Nanti aja!"
Mau tak mau Tari dan Zalika akhirnya diantar oleh Akbar yang sepertinya hari ini rela menjadi supir menggantikan Mano
Ini juga bukan kali pertama pria itu mengantarkan sang adik kerumah sakit, entah memang karena dirinya begitu menyayangi adik perempuannya itu atau memang ada hal lain
Mobil mewah pengacara itu berhenti di sebuah gedung rumah sakit, setelah melakukan pendaftaran ketiganya duduk untuk menunggu antrian
"Abang kenapa celingukan?" Tanya Zalika karena memang sejak tadi pria disampingnya ini seperti tengah mencari keberadaan seseorang
"Enggak kok, cuma liatin orang-orang yang lagi berobat aja!" Elaknya
"Aneh" lirih gadis cantik itu
"Nona Zalika!" Seorang wanita cantik dengan jas putih menghampiri ketiganya
"Dokter Mala!" Zalika menerima pelukan dari dokter yang telah merawatnya itu
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Mala
"Baik, bahkan sangat baik!"
"Itu bagus!" Pandangan Mala beralih pada Tari yang berdiri disamping Zalika
"Apa kabar nyonya Tari!" Sapa dokter cantik itu
"Baik, bagaimana kabarmu dokter?" Tari menyambut uluran tangan dari Nirmala
"Saya juga baik, terima kasih sudah bertanya" keduanya terkekeh "Halo tuan Akbar!"
Semua orang memusatkan perhatiannya pada pria tampan yang hanya berdiri mematung tanpa menyambut uluran tangan dari sang dokter
"Bang" Zalika menyadarkan sang kakak dari lamunannya dengan sikunya
"Hah? Apa?" Akbar menoleh dan malah bertanya pada sang adik. Zalika menjawab dengan bola matanya menatap ke arah tangan dokter Mala
"Oh astaga maafkan saya dokter!" Akbar menyambut tangan sang dokter dengan perasaan tidak enak
"Tidak masalah tuan" senyuman manis itu kembali membuat sang pengacara membatu, bahkan Zalika harus memaksa melepas tautan tangan keduanya
"Jangan kelamaan, bang!" Bisik gadis itu ditelinga sang kakak
"Oh iya kamu mau lepas Arm Sling nya kan?" Tanya Mala yang dibalas anggukan oleh Zalika "Ya sudah ayo keruangan ku!"
"Kita tidak perlu antri?" Tanya Zalika, ketiga orang itu mengikuti langkah sang dokter
"Ada pelayanan khusus untuk pasien VVIP!" Nirmala terkekeh saat mengatakannya
Selama Mala melakukan perawatan pada sang adik, manik hitam Akbar tak lepas dari wajah cantik dokter wanita tersebut
"Abang naksir ya sama dokter Mala?" Pertanyaan itu tercetus begitu saja dari mulut lemes gadis manja itu
Mobil yang dikendarai Akbar kini kembali menuju kediaman Dhirgantara, guna mengantar pasangan ibu dan anak ini
"Kamu dapat pikiran dari mana?" Pria tampan itu masih berusaha untuk menyembunyikan perasaannya. Dirinya juga tengah bertanya pada hatinya tentang perasaan apa yang ia miliki pada dokter cantik itu. Rasanya hatinya bergetar kala menatap wajah cantik wanita itu
"Nenek-nenek rabun juga bisa liat, kalau Abang nggak ngedip kalau liat dokter Mala. Bahkan kayak orang bego!" Celetuk Zalika membuat Akbar melebarkan matanya
"Sopan sekali mulutmu dek!"
"Kamu serius suka sama dokter Mala, Akbar?" Kini Tari bertanya dengan serius
"Eng-enggak kok mah, Zalika cuma asal ngomong!" Akbar terlihat gugup
"Dokter Mala memang baik, dia juga sangat cantik. Mama setuju ya walaupun usia kalian terpaut cukup jauh!" Ucap Tari
"Tapi usia buka halangan kan mah?" Kini Zalika yang bertanya sementara Akbar diam saja
"Tentu saja bukan, usia itu hanya deretan angka!" Kata Tari
"Abang dengar? Sekarang bang Akbar nggak perlu takut lagi kalau mau nembak dokter Mala!" Ucapan serius dari sang adik malah terdengar seperti ejekan bagi pria itu
"Nggak ada yang seperti itu dek, Abang biasa aja!" Pria itu masih berusaha untuk meyakinkan sang adik
"Cih. Nanti dokter Mala nya digondol orang baru tau!"
"Emangnya ikan"
***
Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, taman belakang kediaman Dhirgantara disulap bak tempat kemping yang sesungguhnya
Beberapa tenda telah terpasang, gemerlap lampu-lampu menghiasi taman tersebut. Kemudian satu alat panggangan besar terpasang disudut. Diatasnya telah ditata beberapa makanan, seperti sosis, ayam, bakso, jagung, aneka sate-satean seperti sayur dan udang lalu jagung
Kepulan asap menghiasi taman, semuanya tampak begitu bahagia, terlebih Zalika yang rasanya dapat benar-benar berdamai dengan keadaannya. Semuanya tak luput dari cinta yang diberikan oleh seluruh keluarganya
Untuk cinta? Gadis cantik itu tak ingin memikirkannya, rasanya Zalika tak akan bisa jatuh cinta lagi setelah semua yang telah ia alami
"Waah, acara barbeque nya keren banget!" Gadis dengan mata biru itu sejak tadi tak bisa diam
"Heh bule, Lo emang nggak bisa diem apa?" Gerutu Rayn, wajah tampannya berulang kali diterpa asap karena bertugas memanggang bersama Akbar
"Kalau kamu nggak mau berisik, di hutan aja sana!" Ujar Diandra tak mau kalah
"Ayo sini! Bakar jagung, jangan sok cantik berdiri doang disitu!" Omel Rayn
"Aku ngurusin minuman ya, enak aja. Lagian aku memang cantik" jika ada keduanya, rasanya tidak mungkin jika tidak ada perdebatan
"Rasanya kita akan berbesan, Sabrina!" Celetuk Tari yang hanya dibalas senyuman oleh sahabatnya itu
"Ogah?"
"Lihat! Bahkan mereka kompak banget jawabnya!"
"Aku juga nggak keberatan kalau harus jadi menantu mama, tapi ya nggak sama playboy itu juga!" Diandra menatap sinis kearah pemuda yang mungkin telah bau asap itu
"Maksudnya?" Akbar dibuat bingung oleh ucapan adik perempuannya itu
"Hah? Bukan apa-apa!" Gadis itu terlihat gelagapan, tatapan matanya kini mengarah pada seorang pria muda yang tengah mengoleskan bumbu
Matanya yang menyipit, lalu kepulan asap yang menutupi wajahnya terlihat begitu seksi di mata Diandra, bahkan gadis itu nyaris tak berkedip
"Apa Diandra suka sama Ryan? Ini nggak bisa dibiarin, aku harus cepat nyadarin anak gadis itu! Bahwa perasaan nya salah!" Akbar berujar dalam hati sembari menatap Diandra dan Ryan bergantian
"Apa kalian akan bahas pekerjaan walaupun lagi kemping?" Tari dan Sabrina menghampiri suami mereka masing-masing sembari membawa nampan berisi hasil bakaran anak-anak mereka
"Hanya masalah kecil!" Zayyan memeluk pinggang istrinya namun dengan cepat ditepis oleh wanita itu, suaminya memang tidak kenal tempat untuk bermesraan pikir Tari
"Ayo makan!" Keempatnya memilih untuk tidak mengacau anak-anak yang sepertinya memiliki kegiatan sendiri
"Ayo main gitar nya!" Zalika menyodorkan sebuah alat musik petik itu kearah sang kakak
"Kamu pikir Abang bisa main gitar!" Gitar itu diambil lalu diserahkan pada Ryan yang diam saja sembari menikmati makanannya
"Aku juga nggak bisa bang!" Gitar itu kembali diarahkan pada Rayn, kelima orang itu memang tengah mengelilingi sebuah api unggun, agar terlihat seperti kemah yang sesungguhnya
"Biar gue aja!" Alat musik itu mulai dipangku, pemuda tampan itu mulai menutup matanya lalu memetik setiap senar yang ada
semoga terkuak ya rahasianya